Ritel adalah suatu kebutuhan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status wabah virus corona atau Covid-19 menjadi pandemi, pemerintah Indonesia menghimbau agar masyarakat berkegiatan di rumah saja sebagai upaya memerangi pandemi Covid- 19. Keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentu berdampak besar untuk para pengusaha, khususnya ritel.

Saat krisis pandemi seperti sekarang ini, konsumen telah mengubah pola perilakunya menjadi mode bertahan hidup dan lebih konservatif. Bahkan konsumen menjadi lebih berhati-hati dan lebih ingin untuk berada di dalam rumah daripada keluar hanya sekedar untuk berbelanja atau makan di luar. 

Akibatnya, terdapat beberapa sektor yang terkena imbas penurunan dan beberapa sektor mengalami peningkatan. Beberapa contoh usaha yang mengalami kemerosotan seperti industri pariwisata, penerbangan, kuliner, olahraga serta ritel. Berbanding terbalik dengan industri diatas beberapa usaha yang justru mengalami peningkatan yang signifikan di bidang e-commerce dan delivery atau jasa pengiriman.

Retail atau yang sering disebut dengan ritel adalah suatu proses penjualan produk (barang dan jasa) langsung ke konsumen akhir dalam jumlah yang relatif kecil dan digunakan untuk konsumsi pribadi. Kata ritel sendiri berasal dari bahasa Perancis “Ritelier” yang artinya adalah memotong atau memecah sesuatu. 

Baca juga: Tips pengelolaan bisnis ritel selama pandemi

Dengan kata lain penjual dapat menjual barang dagangannya dengan cara “eceran”. Berdasarkan format atau ukurannya ritel terbagi menjadi beberapa jenis. Seperti dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2017 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Berikut adalah beberapa perubahan pola konsumsi yang terjadi pada saat pandemi berlangsung bahkan ada kemungkinan pola ini berlangsung sampai selamanya. Mari kita bahas pola-pola berikut:

Lebih Fokus Terhadap Nilai

Seperti yang kita tahu, pada saat ini konsumen lebih berfokus terhadap produk yang memiliki nilai guna yang lebih bermanfaat untuk kehidupannya. Mereka cenderung mengenyampingkan ego dan sifat konsumtif mereka.

Bukan hanya nilai fisik barang saja, tetapi untuk saat ini mereka juga memberlakukan nilai-nilai intangible seperti pengetahuan. Saat ini sudah banyak orang yang mengetahui bagaimana persaingan kerja semakin ketat.

Membangun Rasa Kepedulian Terhadap Konsumen

Saat seperti ini, para konsumen tidak lagi peduli dengan suatu brand atau merek dagang. Sebagai pelaku usaha di dunia ritel, Anda harus mempersiapkan atau lebih meningkatkan brand awareness saat dan pasca-pandemi.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan brand awareness, seperti:

  • Membuat loyalty untuk para konsumen
  • Melakukan social responsibility
  • Membuat sebuah campaign

Hal-hal seperti itu akan membantu masyarakat sadar akan brand atau merek dagang Anda memiliki nilai yang sangat baik.

Baca juga: Tips pengelolaan gudang untuk bisnis ritel 

Konsumen Beralih Untuk Berbelanja Secara Online

Sejak pandemi, pola belanja masyarakat berubah drastis dari yang awalnya mengunjungi toko fisik (offline) beralih ke sistem elektronik (online). Bahkan sebelum terjadi pandemi seperti saat ini, pangsa pasar online seperti e-commerce yang dahulu sangat diminati oleh kaum milenial sekarang telah merambah ke semua kalangan, sehingga pasar online dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Dahulu orang dengan usia 40 tahun keatas lebih cenderung berbelanja ke supermarket/ hypermart karena dapat melihat barang secara fisik dan memilih barang tersebut. Tetapi pada saat pandemi dan pasca-pandemi seperti sekarang ini mereka lebih cenderung menikmati berbelanja secara online

Group Buying

Group buying yang sangat terkenal pada tahun 2010 dahulu seiring zaman mengalami kemunduran. Kemunduran itu terjadi karena banyak produk di e-commerce sudah banyak yang murah.

Saat terjadinya pandemi ini banyak produk yang mulai menaikkan harga jual karena harga produksi yang tinggi dan inflasi yang terjadi saat ini. Belakangan ini group buying kembali hadir sebagai inovasi setelah beberapa tahun menghilang. Karena kesulitan ekonomi yang dirasa saat ini, para konsumen tidak mau menghabiskan uang dengan membeli satu produk yang sama dengan kuantitas yang banyak agar mendapat harga yang cukup murah. 

Group buyer dapat diaktifkan agar banyak orang yang membeli produk yang sama dengan kalian dan akan mendapatkan potongan harga yang cukup baik. Biasanya group buyer berlaku untuk 2 atau 4 orang dalam satu group dengan item yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak pandemi terhadap masyarakat Indonesia membuat perubahan baik dari pola pikir konsumen yang menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dan kebersihan dengan mengaku menjadi lebih sering mengkonsumsi produk kesehatan dan lebih sering mengkonsumsi minuman bervitamin, serta lebih memilih berbelanja secara online.

Hal ini juga merubah para pelaku usaha ritel dalam situasi saat ini agar dapat menciptakan peluang untuk tetap menjalankan bisnis mereka dan pada saat yang sama membantu konsumen mencukupi kebutuhan sehari hari.