Berfokus pada profit dalam bisnis memang penting. Namun, mencatat dan memantau rasio likuiditasnya tak kalah penting, agar kamu selalu tahu kemampuan bisnismu membayar kewajibannya.
Yuk, simak detail tentang rasio likuiditas di bawah ini!
Definisi Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah indikator keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya (utang lancar) dengan aset lancar yang dimilikinya, seperti kas, piutang, atau persediaan.
Rasio ini penting untuk menilai apakah perusahaan memiliki cukup aset yang mudah dicairkan untuk menutupi utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.
Contoh Rasio Likuiditas
Berikut adalah contoh singkat rasio likuiditas dalam bisnis:
- Aset Lancar: Rp200.000.000
- Persediaan: Rp50.000.000
- Kas: Rp70.000.000
- Kewajiban Lancar: Rp100.000.000
1. Current ratio
Current Ratio = Aset Lancar ÷ Kewajiban Lancar
Current Ratio = 200.000.000 ÷ 100.000.000 = 2,0
Artinya: Perusahaan punya 2x aset lancar dibanding utang jangka pendek.
2. Quick ratio
Quick ratio = (Aset Lancar – Persediaan) ÷ Kewajiban Lancar
Quick ratio = (200.000.000 – 50.000.000) ÷ 100.000.000 = 1,5
Artinya: Tanpa persediaan pun, masih cukup likuid.
3. Cash ratio
Cash ratio = Kas ÷ Kewajiban Lancar
Cash ratio = 70.000.000 ÷ 100.000.000 = 0,7
Artinya: 70% kewajiban jangka pendek bisa langsung dibayar tunai.
Itulah definisi dan contoh rasio likuiditas yang bisa kamu gunakan untuk bisnismu sendiri.
Untuk mempermudah penyusunan rasio likuiditas dalam bisnis, kamu perlu memastikan pencatatan yang rapi. Hal ini bisa jadi lebih praktis kalau pakai Paper.id.
Di Paper.id, setiap transaksi berbasis invoice yang kamu lakukan akan langsung tercatat otomatis dan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan sederhana yang ramah pebisnis pemula.
Dari situ, kamu bisa mulai mengalkulasikan rasio likuiditas bisnismu.
Selain itu, di Paper.id kamu juga bisa bayar atau terima transaksi bisnis dengan kartu kredit tanpa perlu mesin EDC, lho.
Yuk, coba Paper.id sekarang!