Berbisnis selalu selaras dengan resiko. Dalam artian, jika Anda berani mengambil langkah untuk berwirausaha, Anda harus siap dengan segala konsekuensinya. Terlebih lagi, untuk Anda yang melakukan usaha dengan modal nekat tanpa adanya investor ataupun uang segar yang bisa dijadikan ‘amunisi’ untuk melakukan promosi besar-besaran.

Pebisnis semacam ini diharuskan menjadi seseorang yang kreatif dan inovatif agar mampu tetap bersaing di dunia usaha yang sangat fleksibel, dapat berubah semaunya. Walaupun hanya memiliki budget minimum, bukan berarti usaha yang Anda lakukan tidak dapat berkembang. Buktinya, ada beberapa brand besar di dunia yang mampu bertahan padahal mengawali kiprah tidak dengan modal yang ‘wah’.

Contoh yang pertama adalah Louis Vitton. Brand fashion asal Prancis ini sudah ada sejak tahun 1854. Kala itu, Vitton hanyalah seorang pembuat boks kayu yang hidup di jaman Raja Napoleon. Tidak ada yang spesial dari Vitton hingga suatu saat namanya terdengar hingga kerajaan. Vitton akhirnya didaulat sebagai pembuat boks kaya khusus untuk baju-baju seluruh keluarga kerajaan. Berawal dari situ, ia akhirnya tercetus ide untuk membuat toko baju yang kini menjelma sebagai raksasa di dunia.

Bukan hanya Louis Vitton, Gucci juga merupakan sebuah brand fashion ternama di dunia. Orang dibalik kepopulerannya adalah seorang pria asal Italia bernama Guccio. Sebelum memiliki usaha sendiri, Guccio bekerja di sebuah hotel yang merupakan tempat menginap para pejabat terkenal. Berkat kemampuannya dalam menggambar, ia menciptakan Gucci dan menawarkannya kepada petinggi tersebut. Semenjak saat itu, Gucci menjadi terkenal dan berkembang pesat.

Dari dua cerita di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan jika usaha dan kerja keras akan mampu membuat usaha yang Anda lakukan berkembang walaupun tanpa modal yang besar. Selain itu, ada satu lagi persamaan yang tersirat jika Anda memperhatikan secara seksama kedua cerita di atas, yaitu Word of Mouth atau kekuatan mulut sebagai media promosi yang paling mumpuni untuk memperluas bisnis.

Vitton dan Guccio tidak menggunakan iklan untuk memperkenalkan brand fashion mereka. Akan tetapi, mereka hanya menggunakan para konsumennya untuk meraih pelanggan-pelanggan lain. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Word of Mouth adalah jawabannya.

Baca juga : Tips Promosi Lewat Reels Instagram Biar 2X Lebih Efektif

Apa itu Word of Mouth?

Word of Mouth
Word of Mouth

Word of Mouth merupakan sebuah metode komunikasi yang secara alami terjadi kepada seorang pelanggan yang menyukai barang dari suatu brand. Secara instan, mereka merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain lantaran mereka merasa kualitas dari barang tersebut sangatlah baik. Word of Mouth itu bukanlah media promosi berbayar sebab mereka melakukan hal itu karena merasa produk berkualitas harus disebar dan diketahui banyak orang.

Word of Mouth terjadi secara natural tanpa dibuat-buat. Jika produk Anda bisa dipromosikan oleh para customer itu berarti kalian memberikan mereka sebuah produk yang berkualitas. Seorang customer tidak akan mau merekomendasikan produk Anda apabila yang anda jual tidak memiliki nilai yang bagus. Oleh karena itu, jika ingin meningkatkan omset melalui WOM ini pastikan kualitas dari produk Anda sudah baik.

Word of Mouth telah berkembang pesat. Dulunya, seorang pelanggan hanya akan merekomendasikan sebuah produk melalui komunikasi dua arah alias face to face. Akan tetapi, saat ini berbeda. WOM juga bisa dilakukan di sosial media. Biasanya, dalam sebuah grup atau komunitas, mereka akan membuka discussion mengenai produk tertentu. Di sana, mereka akan me-review barang mana saja yang cocok untuk dibeli dan mana yang tidak.

Dua Jenis WOM

Sebuah jurnal yang dikeluarkan oleh IESE Bussines School University Navarra mengatakan jika sebuah produk harus berkualitas dan unik apabila ingin direkomendasikan oleh orang lain. Untuk itu, Word of Mouth dibagi menjadi dua bentuk yaitu Organic WOM dan Amplified WOM. Apa perbedaan dari kedua hal tersebut?

Organic WOM adalah sebuah bentuk perbincangan yang terjadi secara alami ketika seorang konsumen memberikan masukkan tentang sebuah produk tertentu. Pemberian input tersebut dilakukan karena mereka puas dengan produk yang ia beli tersebut. Hal tersebut tentunya akan sangat bagus bagi pelaku usaha karena mereka tidak harus melakukan promosi lagi.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi organic WOM ini antara lain adalah kepuasaan pelanggan, manfaat produk, multifungsi penggunaan, respon masukkan dan beberapa hal lainnya.

Amplified WOM berbeda dengan Organic sebab metode ini biasanya digunakan oleh sebuah perusahaan besar agar cepat mendapatkan impact dari Word of Mouth itu sendiri. Dengan dukungan dari kelompok usaha tersebut, tingkat kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk pasti akan cepat meningkat. Penggunaan Amplified disinyalir memang lebih cepat dibandingkan Organic. Tetapi, semuanya kembali lagi ke Anda.

Contoh WOM

Berikut, sebuah contoh WOM yang seringkali terjadi di masyarakat tanpa Anda sadari.

“Aku suka banget deh pake facewash merk ‘A’ soalnya itu bikin kulit aku menjadi lebih cerah dari biasanya. Aku pernah pake yang’merk ‘B’ tapi buat kulit aku jadi gatal-gatal makanya aku mendingan balik pake ke merk sebelumnya,” kata Cecillia ketika ditanya oleh teman-teman satu gengnya.

“Kalo aku malah sebaliknya dari Cecillia. Aku gak biasa pake merk ‘A’ soalnya bikin kulit aku menjadi kusam. Kalo pake merk ‘B’, kulit aku menjadi lebih muda dan pede buat jalan-jalan ke luar rumah,” Timpal salah satu teman Cecillia.

Dari kedua contoh tersebut, kalian sudah mengerti dengan apa yang dimaksu dengan Word of Mouth, bukan?

Baca juga : Strategi Promosi yang Tepat Selama PSBB Tahap 2

Iklan Berbayar

Iklan Online
Iklan Online

Dibalik hingar bingar dan dampak besar yang bisa diberikan oleh Word of Mouth, banyak pengusaha yang tidak yakin jika produk mereka mampu menarik pelanggan apabila menggunakan metode tersebut. Oleh karena itu, mereka memilih jalan pintas dengan cara mencari metode lain untuk memasarkan produknya. Saat ini, semua yang berhubungan dengan media sosial sangat cepat terkenal. Itulah sebabnya, semakin banyak pengusaha yang menggunakan iklan berbayar untuk usahanya.

Ada beberapa vendor teknologi yang mampu menjadi penyedia iklan berbayar. Mereka adalah Google, Yahoo dan beberapa media sosial, seperti Facebook, Instagram dan Twitter. Bahkan, perusahaan start up online seperti Grab juga sudah melihat ini menjadi pasar yang sangat potensial untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Pada intinya, semakin banyak keramaian, semakin besar juga dampak yang akan didapatkan oleh mereka.

Pelaku usaha melihat hal ini sebagai sebuah cara pintas untuk memasarkan produknya. Iklan berbayar memang mampu menjaring banyak pelanggan dengan cepat akan tetapi biaya yang dikeluarkan harus lah besar. Sebab, semakin besar biaya yang dikeluarkan, semakin besar juga jangkauan yang bisa diraih oleh seorang pelaku usaha. Jika sudah seperti ini, persaingan hanya akan terjadi di lingkaran pemodal besar saja.

Analisis Iklan Berbayar

Jika sudah menggunakan iklan berbayar, tidak perlu diragukan lagi seberapa besar dampak yang akan didapatkan. Salah satu iklan berbayar yang paling ampuh adalah Google Adwords. Beberapa waktu lalu, Lyfe Marketing sempat melakukan sebuah uji coba terhadap tiga buah bisnis kecil di Amerika Serikat. Dalam waktu beberapa bulan, mereka mampu meningkatkan penjualan ketiganya mencapai 457%. Namun, mereka mengatakan ada beberapa pakem yang harus dilakukan apabila optimasi semacam ini berhasil.

Sebelum mengiklankan ketiga bisnis tersebut, Lyfe Marketing harus melakukan riset pasar terhadap segi minat pasar bisnis-bisnis itu sendiri. Misalnya, salah satu bisnis yang ia cover adalah tempat kebugaran. Oleh karena itu, mereka menargetkan seseorang yang berada di usia tertentu dan yang pastinya sangat menyukai olahraga. Pun dengan usaha-usaha lainnya yang ia gunakan dengan cara serupa.

Jika dampak dari Google Adwords sangatlah besar, bagaimana dengan media sosial seperti Instagram dan Facebook? kedua plaform milik Mark Zuckerberg tersebut memiliki jumlah pengguna aktif perhari yang sangat besar, yakni Instagram 800 juta users. sedangkan Facebook mencapai 2,7 juta users. Dilihat dari jumlah tersebut, Facebook seharusnya memberikan dampak lebih besar. Tapi, apakah iya?

Menurut sebuah laporan yang diambil dari Instagram, 80% pengguna sosial media pasti mengikuti atau mem-follow satu akun bisnis yang ia dapatkan dari ads. Sedangkan, Facebook hanya sekitar 70%. Perbedaan kedua cukup jauh sehingga Instagram bisa dibilang sebagai media yang terbaik untuk mengembangkan bisnis saat ini.

Word of Mouth Tetap Lebih Efektif

Efektivitas Word of Mouth
Efektivitas Word of Mouth

Jika boleh disimpulkan, Word of Mouth merupakan dua buah metode meraih pelanggan yang saling bertolak belakang, Bagaimana tidak, WOM itu bisa dikatakan sebagai cara yang alamiah sedangkan iklan berbayar lebih sedikit ‘memaksakan’. Tanpa memiliki modal besar untuk memasarkan produk, seorang pebisnis mungkin tidak akan mampu berkembang apabila terus mengandalkan iklan berbayar.

Lebih lanjut, iklan berbayar akan hilang sendirinya apabila seorang pelaku usaha tidak lagi memiliki modal untuk memasang iklannya. Sedangkan WOM akan terus berjalan karena itu merupakan reaksi alamiah dari seseorang untuk merekomendasikan produk bagus yang ia dapatkan. Tetapi, apakah WOM selalu berdampak positif terhadap peningkatan penjualan Anda? kenyataanya tidak.

WOM juga bisa berdampak buruk terhadap usaha Anda apabila seseorang merasa kecewa dengan produk yang mereka beli. Sekali seorang pelanggan memberikan respon yang buruk, usaha Anda juga akan menerima dampaknya sebab pelanggan tidak akan mau membeli produk Anda lagi karena review buruk dari teman-temannya.

Untuk menguji seberapa efektif Word of Mouth dibandingkan dengan Iklan Berbayar, Nielsen Indonesia sempat melakukan riset kepada 30.000 orang di 60 negara. Hasilnya bisa dibilang cukup mengejutkan karena para responden lebih memilih pengaruh teman dibandingkan hasil iklan. Di Asia Tenggara sendiri, rekomendasi produk dari teman unggul sebesar 81% sedangkan sisanya 19% responden masih mempercayai media iklan.

Kepercayaan merupakan sebuah hal yang rapuh. Sekali Anda mengecewakan hati para konsumen, mereka pasti akan memilih untuk kabur dan mencari produk lain. Oleh karena itu, jaga kualitas usaha Anda dan terus melakukan inovasi agar para pelanggan tetap setia dan merekomendasikan produk Anda ke orang lain. Dengan itu, usaha Anda akan dapat bertahan tanpa harus melakukan belanja iklan yang besar di sosial media.

Daniel Nugraha