Paper.id Blog – Di masa pandemi, industri makanan dan minuman tetap menunjukkan pertumbuhan meski berfluktuasi.

Tentunya pertumbuhan ini tidak terlepas dari transformasi digital di industri makanan dan minuman.

Hal tersebut juga disampaikan oleh peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) yang menegaskan industri makanan dan minuman tetap tumbuh positif di tengah pandemi COVID-19 dan berpotensi mendorong pemulihan ekonomi negara.

Diketahui bahwa saat ini industri makanan dan minuman menunjukkan pertumbuhan positif bahkan di masa pandemi, dan mayoritas adalah industri kecil dan menengah yang masih menghadapi banyak tantangan dalam upaya mereka untuk terus berkembang. 

Baca Juga: Berikut Solusi Menghadapi Fraud Dalam Bisnis

Contoh tantangan yang dihadapi industri makanan

Saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) makanan dan minuman masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan usahanya, antara lain tantangan internal berupa keterbatasan modal, kelemahan manajemen, standar dan legalitas usaha yang belum terpenuhi, serta kemampuan inovasi yang terbatas.

UKM tersebut juga menghadapi tantangan eksternal yang meliputi ketidakpastian pasokan bahan baku, fluktuasi harga bahan baku, permintaan pasar yang tidak stabil, dan persaingan antar pelaku usaha.

Oleh karena itu selain pelatihan, pembinaan, dan kemudahan dalam pengurusan legalitas usahanya, digitalisasi usaha juga merupakan jalan keluar dari permasalahan yang ditimbulkan oleh tantangan yang mereka hadapi. 

Maka sebaiknya, pemerintah membantu usaha kecil menengah dalam sektor makanan dan minuman untuk berkembang dengan meringankan persyaratan legalitas bagi mereka.

Pada sektor swasta dan masyarakat sipil juga dapat mendukung dengan memberikan pelatihan dan bimbingan penting tentang keterampilan bisnis, manajemen keuangan, dan penguasaan teknologi untuk UKM.

Baca Juga: Pakai QRIS, Bisnis Bisa Makin Laris, Kok Bisa?

Apa yang harus dilakukan untuk bertahan? 

Saat ini dengan pesatnya perkembangan teknologi dan pesatnya transformasi digital yang mengubah wajah perekonomian, termasuk di Indonesia, UKM makanan dan minuman perlu dibantu dalam mempersiapkan diri untuk beradaptasi dan berinovasi, sehingga mampu menyamai levelnya, untuk menjadi industri besar.

Dalam hal ini pemerintah juga harus memperhatikan pelaku UKM makanan dan minuman yang sebagian besar didominasi oleh perempuan dengan membuat regulasi yang sensitif gender.

Seperti yang telah diberitakan bahwa industri F&B telah mengalami lonjakan. Sebagian besar inisiatif difokuskan pada bagian tertentu dari rantai nilai dalam menargetkan kegiatan tertentu. 

Misalnya, ada upaya signifikan yang difokuskan pada pengurangan kemasan sekali pakai sebagai tanggapan terhadap peta jalan keberlanjutan dari banyak merek F&B dan berbagai dorongan pemerintah untuk melarang plastik sekali pakai.

Hal ini mengakibatkan peningkatan upaya pengumpulan dan daur ulang plastik dan penggunaan kembali untuk pengemasan dan aplikasi lainnya.

Demikian pula, upaya yang disebutkan di atas pasti akan berdampak pada peningkatan hasil bagi keberlanjutan operasi industri makanan dan minuman agar menjadi industri yang benar-benar sirkular.

Oleh karena itu kita perlu merancang pendekatan sirkular pada sistem pangan. Ini akan melibatkan pembuatan pendekatan multi-cabang yang mencakup seluruh jaringan rantai nilai. Integrasi kegiatan dari berbagai bagian rantai nilai merupakan kebutuhan saat ini