Salah satu konsep yang seringkali terlewatkan bahkan banyak yang tidak disadari olehsetiap pemilik bisnis adalah Cash Conversion Cycle (CCC). CCC bukan hanya sekedar istilah keuangan, melainkan sebuah ukuran penting yang menggambarkan seberapa efisien sebuah perusahaan mengelola persediaan, piutang, dan hutangnya untuk menghasilkan kas. 

Dengan pemahaman yang mendalam tentang CCC, bisnis dapat mengidentifikasi peluang untuk mempercepat aliran kas, yang pada akhirnya meningkatkan likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

Untuk mengetahui selengkapnya, yuk pelajari lebih lanjut tentang cash conversion cycle mulai dari pengertian hingga cara menghitungnya dengan membaca informasi di bawah ini.

Pengertian Cash Conversion Cycle (CCC)

Cash conversion cycle (CCC) atau siklus konversi kas, adalah metrik yang mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah modal kerja menjadi kas. Modal kerja sendiri adalah aset yang digunakan perusahaan untuk menjalankan operasinya, seperti persediaan (inventory), piutang (account receivables), dan hutang dagang (account payables).

Dengan kata lain, CCC adalah perputaran arus kas dengan menghitung waktu  dari saat perusahaan membayar supplier untuk membeli persediaan/bahan baku hingga menerima menerima pembayaran dari buyer dari aktivitas penjualan akhir Konsep ini penting karena memberikan wawasan tentang efisiensi operasional dan manajemen arus kas perusahaan.

CCC dihitung dengan menjumlahkan periode persediaan (inventory), periode piutang (Account Receivables) , dan kemudian mengurangi periode pembayaran utang (Account Payables):

CCC = Periode Persediaan (Inventory) + Periode Piutang (Account Receivables)– Periode Pembayaran Utang (Account Payables)

Terdapat 3 komponen utama dalam CCC ini, sebagai berikut:

Komponen Cash Conversion Cycle (CCC)

1. Persediaan (Inventory) atau Days of Inventory Outstanding

Waktu yang diperlukan untuk menjual persediaan. Ini mencakup proses produksi, penyimpanan, dan akhirnya penjualan barang tersebut. Periode persediaan yang lebih pendek menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dalam mengelola stok. Intinya ini mengukur jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaannya menjadi penjualan.

2. Piutang Dagang (Accounts Receivable) atau Days Sales Outstanding

Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan setelah penjualan dilakukan. Periode piutang yang lebih pendek menandakan bahwa perusahaan efektif dalam mengumpulkan pembayaran, meningkatkan likuiditas. 

3. Hutang Dagang (Accounts Payable) atau Days Payable Outstanding

DPO sendiri digunakan untuk mengukur jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar utang kepada supplier atau vendornya. DPO yang lebih tinggi dapat memberikan manfaat bagi CCC karena artinya perusahaan lebih lama “memegang” uang mereka sebelum harus membayar vendor. Hal ini meningkatkan arus kas.

Dari ketiga komponen diatas, kamu bisa langsung dengan mudah menghitung untuk mencari nilai CCC, berikut ini cara menghitung cash conversion cycle:

Contoh & Cara Menghitung Cash Conversion Cycle (CCC)

Untuk memahami perhitungan CCC dengan lebih baik, kita akan langsung ambil contoh dari perusahan terkemuka seperti Starbucks.

Starbucks, dengan jaringan kafe di seluruh dunia, mengelola persediaan bahan baku seperti kopi, susu, dan makanan, serta menghadapi tantangan dalam mengumpulkan pembayaran dari pelanggan dan mengelola pembayaran kepada pemasok. Dengan hasil perhitungan di setiap komponennya adalah sebagai berikut:

  • Days of Inventory Outstanding (DIO): Starbucks rata-rata memegang persediaan selama 60 hari. Ini mencerminkan waktu dari pembelian bahan baku hingga bahan tersebut digunakan atau dijual.
  • Days of Sales Outstanding (DSO): Mengingat model bisnis Starbucks yang kebanyakan transaksi secara instan (pelanggan membayar saat membeli), DSO sangat rendah, yaitu sekitar 5 hari.
  • Days of Payable Outstanding (DPO): Starbucks memiliki kesepakatan pembayaran dengan pemasoknya sehingga rata-rata membayar hutang dalam 75 hari.

Jadi kalau kita ambil dari setiap komponen dan digabungkan dengan rumus CCC maka:

CCC=DIO+DSODPO

Kita dapat menghitung CCC untuk Starbucks sebagai berikut:

CCC=60+5−75=−10

Hasil perhitungan menunjukkan CCC negatif sebesar -10 hari. Dalam konteks manajemen arus kas, ini adalah hasil yang sangat positif. CCC negatif berarti Starbucks menerima pembayaran dari penjualannya lebih cepat daripada harus membayar pemasoknya. 

Ini memberi Starbucks keunggulan arus kas, memungkinkannya untuk menggunakan kas tersebut untuk operasi lainnya, seperti pembayaran utang, investasi dalam pertumbuhan, atau pengembalian kepada pemegang saham, sebelum kas tersebut harus dibayarkan kepada pemasok. 

Pengaruh CCC terhadap Kesehatan Arus Kas Bisnis

Cash Conversion Cycle (CCC) merupakan indikator penting dalam manajemen keuangan yang menggambarkan berapa lama sebuah perusahaan membutuhkan waktu untuk mengubah pengeluaran kas terkait produksi menjadi penerimaan kas dari penjualan. Dengan mengoptimalkan CCC, perusahaan dapat mempercepat penerimaan kasnya, meminimalisir kebutuhan untuk pinjaman, dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. 

Sebuah studi oleh jurnal Elsevier menunjukkan bahwa perusahaan dengan CCC yang lebih rendah cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Fakta ini menegaskan pentingnya pengelolaan modal kerja yang efisien dalam mencapai keunggulan kompetitif. 

Misalnya, perusahaan seperti Dell telah meraih kesuksesan dengan menerapkan model “build-to-order“, yang secara signifikan mengurangi waktu inventaris mereka dan mempercepat CCC. Strategi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan dengan pengiriman yang lebih cepat.

Di sisi lain, perpanjangan CCC dapat menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam menjual inventaris atau mengumpulkan pembayaran dari pelanggan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. 

Dalam kasus ekstrem, hal ini dapat mengarah pada krisis likuiditas, di mana perusahaan tidak memiliki cukup kas untuk memenuhi kewajibannya. Contoh nyata dari kondisi ini bisa dilihat dalam kasus beberapa perusahaan ritel yang gagal mengadaptasi strategi manajemen inventaris yang efektif, mengakibatkan akumulasi inventaris yang berlebihan dan akhirnya, kesulitan keuangan.

Oleh karena itu, CCC bukan hanya sebuah angka dalam laporan keuangan, ini adalah cerminan dari seberapa efisien sebuah perusahaan dalam mengelola siklus operasionalnya. Untuk investor, pemahaman tentang CCC dapat memberikan wawasan penting tentang potensi risiko dan peluang dalam investasi mereka. 

Dengan demikian, CCC menjadi topik yang menarik dan relevan, tidak hanya bagi profesional keuangan tetapi juga bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana sebuah bisnis dijalankan. Dengan mengoptimalkan CCC, perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan arus kasnya tetapi juga posisi kompetitifnya di pasar.

Nah buat kamu seorang busines owner dan ingin CCC-nya bagus, kamu bisa menggunakan Paper.id, dengan Paper.id, kamu bisa mendapatkan tambahan tempo dari pembayaran tagihan bisnis. Caranya gimana? Yaitu dengan cara bayar tagihan dengan kartu kredit.

Di Paper.id, kamu bisa bayar tagihan bisnis dengan kartu kredit, dengan begitu kamu bisa mendapatkan tambahan tempo hingga 45 hari. Gimana? Menarik bukan, yuk pakai Paper.id sekarang juga dengan klik tombol dibawah ini!

Alfian Dimas