Tagihan setelah menerima barang atau jasa, merupakan komponen vital dalam pengelolaan arus kas bisnis. Dalam konteks B2B, tempo pembayaran tidak hanya membantu dalam mempertahankan hubungan baik antar bisnis tetapi juga memainkan peran strategis dalam memastikan kelancaran operasional dan keuangan.

Sebagai contoh praktis, misalkan sebuah perusahaan A memberikan tempo pembayaran 30 hari kepada perusahaan B untuk pembelian bahan baku sebesar Rp100 juta. Dengan asumsi margin keuntungan bersih 10%, perusahaan A dapat mengalokasikan dana dari penjualan tersebut untuk keperluan lain sambil menunggu pembayaran, sehingga membantu likuiditas mereka.

Kenapa Bisnis Butuh Tempo Pembayaran?

Tempo pembayaran sangat penting dalam transaksi bisnis ke bisnis (B2B) karena beberapa alasan, yaitu:

1. Mengelola arus kas

Dalam transaksi antar bisnis (B2B), seringkali ada banyak uang yang terlibat dalam setiap transaksi. Dengan adanya kesepakatan untuk membayar nanti, misalnya dalam 30 hari, buyer bisa mengatur keuangannya lebih baik. Hal ini membantu mereka menjaga uang tunai agar cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sambil menunggu uang dari hasil penjualan masuk. Jadi, kalau sebuah perusahaan punya kesempatan bayar nanti, mereka bisa lebih leluasa mengelola keuangan tanpa harus segera membayar ke supplier.

2. Memfasilitasi pembelian volume besar

Tempo pembayaran memudahkan pembelian dalam volume besar, yang biasa terjadi dalam transaksi B2B. Dengan tempo, pembeli dapat memesan jumlah yang mereka butuhkan tanpa harus langsung membayar penuh di muka, yang bisa sangat membantu dalam mempertahankan operasional tanpa hambatan karena keterbatasan dana jangka pendek.

Baca Juga: Praktik Jatuh Tempo Pembayaran Bisnis di Asia dan Eropa

3. Menyesuaikan dengan siklus produksi

Banyak bisnis B2B beroperasi dalam siklus produksi yang panjang (30-45 hari menurut McKinsey) , dimana produk atau jasa yang mereka beli hari ini mungkin tidak menghasilkan pendapatan sampai beberapa waktu ke depan. Tempo pembayaran memungkinkan pembeli untuk menyesuaikan pembayaran mereka dengan siklus penerimaan pendapatan, sehingga mengurangi tekanan pada arus kas.

PaperPay Out

Kiat-Kiat dalam Memberikan Tempo untuk Buyer

Business owner sebaiknya tidak sembarangan dalam memberikan tempo, melainkan mengikuti beberapa hal seperti: 

1. Pertimbangan volume dan frekuensi transaksi

Buyer dengan volume transaksi besar dan frekuensi pembelian reguler mungkin lebih layak mendapatkan tempo pembayaran yang lebih fleksibel. Misalkan, untuk pembelian bulanan di atas Rp50 juta, kamu bisa menawarkan tempo 45 hari, dibandingkan dengan standar 30 hari.

2. Kebijakan internal dan cash flow

Pastikan kebijakan tempo pembayaranmu selaras dengan kebutuhan arus kas bisnis. Misalnya, jika analisis cash flow menunjukkan bahwa perusahaan dapat menanggung tempo hingga 60 hari tanpa mengganggu operasional, gunakan ini sebagai batas maksimum tempo yang bisa ditawarkan.

3. Kedekatan hubungan 

Buyer yang sudah lama berlangganan dan menunjukkan sejarah pembayaran yang positif, misalnya, mereka yang telah bertransaksi secara reguler dengan volume pembelian signifikan. Sebagai contoh, bisnis dapat menawarkan tempo pembayaran hingga 60 hari untuk buyer langganan dengan catatan pembayaran yang baik, dibandingkan dengan standar 30 hari untuk buyer baru.

Sementara itu, buyer baru mungkin menghadapi evaluasi awal yang lebih ketat sebelum diberikan fleksibilitas serupa. Namun, ini tidak menutup kemungkinan untuk buyer baru untuk memperoleh syarat pembayaran yang lebih menguntungkan di masa depan, berdasarkan rekam jejak pembayaran mereka. 

Baca Juga: Mengungkap Sisi Strategis Tempo Pembayaran dalam Bisnis, Bergunakah?

Dengan mempertimbangkan ketiga hal di atas, kamu bisa memberikan jarak tempo yang pas. Ini jadi win-win solution bagi kamu dan buyer kamu. Nah, apakah kamu sudah melakukannya dengan benar? Karena 82% masih mengalami masalah cash flow, karena salah dalam memberikan tempo pembayaran ke buyer menurut US Bank.

Apakah kamu termasuk business owner ke 82% itu?

Strategi Memberikan Tempo yang Tepat

Pemberian tempo pembayaran kepada buyer harus dilakukan dengan cermat agar memberikan hal yang baik bagi bisnismu. Berikut tips-tips yang perlu diperhatikan: 

1. Cek histori pembayaran buyer

Kamu bisa mengecek histori pembayaran buyer. Apakah mereka sering bayar tepat waktu? Telat sedikit-sedikit? Atau bahkan lama? Nah ini mempengaruhi keputusanmu dalam memberikan tempo. Jika sering telat, maka kamu perlu memastikan agar buyer dapat membayar dengan tepat waktu. 

2. Berdasarkan angka transaksi

Pembelian yang lebih besar seringkali memerlukan investasi awal yang signifikan dari pembeli, sehingga wajar jika diberikan tempo pembayaran yang lebih panjang. Sebagai contoh, perusahaan alat berat yang biasanya menawarkan tempo 30 hari untuk pembelian rutin mungkin menawarkan tempo 90 hari untuk kontrak pembelian besar senilai lebih dari Rp500 juta, mengakui besar investasi yang dibutuhkan oleh pembeli.

Baca juga: Tempo Pembayaran: Apakah Sama-Sama Dibutuhkan B2B dan B2C?

3. Sediakan metode pembayaran yang variatif

Buyer pasti akan senang, jika mereka dapat membayar dengan metode yang diinginkan. Untuk itu, kamu perlu menyediakan beragam metode agar fleksibel. Salah satu metode yang patut disediakan, yaitu kartu kredit.

Konsepnya sama dengan belanja baju atau makanan, buyer tidak harus bayar langsung saat ini juga, tapi di bulan depan. Sediakan itu dengan Paper.id, platform pembayaran bisnis yang bisa dipakai dengan gratis. Cara pakainya mudah, tersedia di iOS dan Android, Ayo gunakan Paper.id sekarang dengan cara klik di bawah ini!

Daniel Nugraha