90% startup bangkrut. Riset itu dilakukan oleh Neil Patel sebagaimana dilansir dari Forbes. Kenapa bisa sebuah perusahaan rintisan gulung tikar? Menurutnya, seorang entrepreneur memang patut untuk percaya diri tetapi juga mereka harus melihat realitas yang terjadi di lapangan. Statistik dan riset memang menjadi acuan namun potensi pasar yang ditargetkan harus tetap menjadi tujuan untuk sukses.
Mike Maples, seorang investor bidang teknologi, mengatakan jika ada sekitar 10 ribu perusahaan rintisan yang mendapatkan seed funding atau pembiayaan awal. Akan tetapi, hanya ada sekitar 1500 saja yang akan mampu menembus series A. Kemudian, 80 diantaranya akan berhasil sukses menuju ke series selanjunya dan tinggal tersisa 12 saja yang mampu bervaluasi miliaran dollar.
Angka tersebut memang tidaklah mengejutkan mengingat saat ini hanya ada sekitar kurang lebih 300 startup saja yang mampu menyandang status sebagai unicorn. Namun, berstatus sebagai perusahaan bervaluasi miliaran dollar belum tentu menjanjikan kenyamanan. Sebab, 3 startup di bawah ini malah harus gulung tikar padahal sudah bernilai cukup besar. Apa yang mendasari hal itu terjadi?
Baca Juga: Startup Unicorn, Perusahaan Rintisan yang Bernilai Belasan Triliun Rupiah
Startup Bangkrut: Jawbone
Setelah lebih dari 20 tahun berdiri, perusahaan teknologi bernama Jawbone akhirnya dilaporkan bangkrut pada tahun 2017. Perusahaan tersebut menjual berbagai macam alat seperti earpiece bluetooth hingga wireless speaker. Ketatnya persaingan bersama dengan Fitbit dan Samsung disebut sebagai biang keladi ketidakmampuan Jawbone untuk bertahan padahal ia memiliki status unicorn.
Beberapa tahun sebelum dinyatakan bangkrut, Jawbone mendapatkan gelar unicorn karena memiliki valuasi mencapai 3,2 miliar dollar. Beberapa cara sempat mereka coba untuk menyelamatkan perusahaan dari pailit, salah satunya adalah dengan menjual alat fitness tracking. Sayangnya, produk tersebut tetap tidak mampu bersaing di pasaran dan menyelamatkan Jawbone dari kebangkrutan.
Menurut catatan dari News.com, bangkrutnya Jawbone merupakan kegagalan terbesar kedua sebuah perusahaan startup setelah meraih pendanaan unicorn. Di peringkat pertama adalah Solar Energy Firm Solyndra yang gulung tikar pada tahun 2011 silam. Fyi, total pendanaan yang didapatkan oleh Jawbone adalah sekitar 900 juta dollar dari beberapa investor yang berbeda.
Saat ini, CEO Jawbone, Hosain Rahman, sudah membuat sebuah perusahaan baru yang bernama Jawbone Health Hub yang berfokus terhadap pengembangan produk kesehatan. Uniknya, Hosain tetap mempekerjakan sebagian besar pegawai dari usaha sebelumnya.
Powa Technologies
Pada tahun 2013, Powa Technologies berhasil meraih pendanaan series A sebesar 76 miliar dollar. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak bagi sebuah perusahaan startup sepanjang sejarah dalam sejarah pendanaan series A. Hal tersebut juga membuat Powa Technologies diperhitungkan sebagai salah satu service provider untuk ecommerce yang paling terkemuka. Sayangnya, anggapan tersebut tidak berhasil dipertahankan.
3 tahun berselang, tepatnya setelah Powa memiliki valuasi mencapai 2,7 miliar dollar, perusahaan tersebut dinyatakan bangkrut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan startup tersebut gulung tikar, salah satunya adalah kekurangan inovasi dalam membuat produk baru. Selama ini, mereka hanya mengandalkan PowaTag yang bisa scan barang dan juga melakukan pembelian barang melalui smartphone.
Delloite melaporkan jika Powa Technologies sudah bangkrut setelah memiliki beban hutang mencapai 200 juta dollar yang dalam 3 tahun terakhir. Business Insider melaporkan jika CEO Powa, Dan Wagner, merupakan orang yang patut bertanggung jawab. Sebab, ada seorang mantan pegawai Powa Technologies mengatakan sang CEO yang kerap berpesta dan menghabiskan uang dari perusahaan.
Di akhir keruntuhannya, startup bangkrut tersebut hanya menyisakan uang sebesar 200 ribu euro dari yang sebelumnya mempunyai total valuasi mencapai 2,7 miliar dollar. Kejadian tersebut diingat sebagai kegagalan terbesar sebuah startup di seluruh UK.
Theranos
Theranos merupakan sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kesehatan. Diambil dari kata Terapi dan Diagnosis, founder dari startup ini adalah wanita berusia 19 tahun bernama Elizabeth Holmes. Murid dari Stanford University tersebut pun berperan atas kesuksesan Theranos yang sempat menyandang status unicorn dengan total aset mencapai 9 miliar dollar
Salah satu terobosan yang ia buat adalah membuat produk untuk mengetahui sampel darah seorang pasien. Mudahnya, ia menciptakan alat yang bisa mendeteksi golongan darah seseorang hanya dengan setetes darah. Jadi, pasien tidak perlu lagi takut darahnya diambil melalui suntikan karena hal itu dialami oleh banyak orang, mulai dari anak kecil hingga dewasa.
Pada awalnya, Holmes mendapatkan julukan sebagai The Next Steve Jobs. Ia juga mendapatkan gelar sebagai TIME’s Most Influential People in the World, one of Forbes’ Most Powerful Women, serta gelar Glamour magazine’s Woman of the Year. Banyak yang terkesima dengan terobosan dari Holmes hingga pada akhirnya sebuah hal besar terjadi.
Wall Street Journal mengabarkan jika beberapa scientist ragu dengan terobosan dari Holmes. Tak lama berselang, perempuan tersebut terbukti tidak mampu melakukan apa yang telah dijanjikan. Bahkan, penemuannya dikatakan bisa berpotensi membahayakan bagi kesehatan pasien. Perlahan demi perlahan, Theranos pun runtuh dan akhirnya bangkrut karena ketidakjujuran pemiliknya sendiri.
Lebih lanjut, di tahun 2018, Holmes didenda sekitar 500 ribu dollar dan juga dipaksa untuk mengembalikan uang dari para investor yang totalnya mencapai 18,9 juta dollar. Startup bangkrut dan Holmes harus menerima akibat dari apa yang ia telah lakukan beberapa belas tahun terakhir.
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024
- Perbedaan Faktur dan Invoice dalam Bisnis, Apa Saja? - Oktober 23, 2024
- Kenali AP & AR Automation yang Mampu Tingkatkan Bisnis Lebih Pesat - Oktober 23, 2024