Startup Unicorn- 88 juta orang sudah Go-online dan 79 juta orang diantaranya ‘melek’ media sosial. Studi mengenai data pengguna internet di Indonesia tersebut dilakukan oleh Hootsuite. Dari data tersebut dapat disimpulkan jika teknologi dan digitalisasi semakin berkembang di Indonesia. McKinsey melanjutkan jika tren tersebut bisa membuat Indonesia meraih keuntungan 250 miliar dollar di tahun 2025 mendatang.

Potensi pasar yang besar membuat perusahaan startup berkembang biak. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai lini usaha mulai masuk ke ranah online. Tidak percaya? Lihat aja, sekarang apapun bisa dilakukan hanya dengan menggunakan jari Anda. Misal, memesan ojek, membeli makanan bahkan hingga mengelola bisnis. Ke depannya, makin banyak lagi perusahaan rintisan yang akan tumbuh subur di Indonesia.

Mendirikan perusahaan rintisan memang tidaklah mudah. Namun, apabila sangat berguna bagi masyarakat dan mampu menyedot banyak perhatian, gelar startup unicorn pun bisa mereka sandang. Lantas, kenapa banyak perusahaan rintisan menginginkan hal tersebut? Dan, bagaimana cara mereka mendapatkan untung dari menjual ‘jasa’ kepada masyarakat?

Baca Juga: Mengenal Estonia, Surga Startup Dunia yang Mampu Saingi Amerika

Apa Itu Startup Unicorn?

Start Up Ride Sharing
Start Up Ride Sharing

Singkatnya, startup unicorn merupakan adalah julukan bagi perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai 1 miliar dollar atau kurang lebih 14 triliun rupiah dalam kurs Indonesia. Akan tetapi, tidak semua perusahaan rintisan bisa mendapatkan predikat spesial tersebut. Kualifikasi tinggi membuat banyak startup lebih banyak yang jalan di tempat atau bahkan tutup karena tidak mampu bertahan dalam persaingan.

Beberapa perusahaan rintisan yang telah mendapatkan predikat unicorn adalah Uber dan Grab. Keduanya merupakan startup ride-sharing yang telah tersebar di berbagai belahan dunia. Lebih lanjut, beberapa bahkan perusahaan yang dulunya adalah startup telah berhasil masuk ke dalam pasar saham atau IPO, semisal Facebok, Xiaomi, Twitter hingga Linkedin.

Namun, apakah semua startup yang telah berlabel triliunan rupiah tersebut bisa dikatakan sukses? Jawabannya tidak juga. Karena, ada beberapa yang gagal memenuhi ekspektasi besar dari para investor, Jawbone merupakan salah satu yang harus bangkrut. Perusahaan yang bergerak di bidang perangkat elektronik tersebut dinyatakan pailit di tahun 2017 padahal mereka sudah berusia lebih dari 20 tahun.

Contoh lainnya adalah Powa Tecnologies. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa tersebut harus merasakan bangkrut setelah 3 tahun mendapatkan gelar unicorn dengan valuasi sebesar 2,7 miliar dollar. Gulung tikar terjadi lantaran Powa gagal menciptakan inovasi sehingga mereka ditinggalkan para pelanggan lamanya. Di akhir riwayatnya, Powa hanya menyisakan uang 200 ribu euro di akun rekening bank mereka.

Baca Juga: Melihat Strategi Iklan Tokopedia yang Berbeda dari Marketplace Lainnya

Perjalanan Panjang Startup Unicorn

CEO Air Bnb
CEO Air Bnb

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, startup unicorn merupakan sebuah perusahaan rintisan yang telah memiliki valuasi mencapai 1 miliar dollar. Tidak mudah untuk mencapai hal tersebut karena ada berbagai tahap yang harus dilewati. Sebagai contohnya, Air Bnb saja membutuhkan waktu hingga 10 tahun agar bisa menjadi raksasa travel di dunia. Bagaimana kisahnya?

Pada akhir 2007, Bryan Chesky dan Joe Gebbia memulai mengembangkan sebuah aplikasi yang memudahkan seseorang dalam mencari tempat tinggal sementara. Awalnya, ide tersebut kurang mendapatkan respon positif karena internet memang belum berkembang pesat seperti saat ini. Butuh waktu dua tahun bagi mereka untuk mendapatkan seed funding 600 ribu dollar dari Sequoia Capital.

Di awal 2011, Air Bnb mulai mendapatkan perhatian karena mampu mengembangkan sayap usahanya hingga ke-89 negara di dunia. Tak butuh waktu lama, setahun berselang, mereka mengumumkan telah berhasil mendapatkan 10 juta transaksi penginapan di seluruh dunia karena saat itu, usaha serupa memang belum banyak ditemukan.

Berbagai pencapaian besar kemudian mereka dapatkan hingga puncaknya terjadi pada tahun 2016. Kala itu, mereka mengatakan telah menjadi salah satu perusahaan unicorn yang memiliki valuasi mencapai 30 miliar dollar. Ribuan cobaan telah mereka lewati. Bahkan, CEO Air Bnb pernah curhat panjang lebar di Medium mengenai beberapa vendor yang pernah menolak usahanya tersebut dengan sangat halus.

Baca Juga:  3 Ide Startup Terburuk yang Malah Memiliki Valuasi Triliunan Rupiah

Unicorn Asal Indonesia

Unicorn -GNFI.com
Unicorn -GNFI.com

Bukan hanya di Amerika Serikat, cap perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari 14 triliun rupiah juga dimiliki beberapa startup tanah air. Hingga saat ini, tercatat Gojek, Bukalapak, Traveloka dan Tokopedia yang mendapatkan gelar tersebut. Pencapaian itu tidak mereka dapatkan dengan mudah sebab butuh waktu yang cukup lama hingga mereka bisa menjadi seperti saat ini.

Gojek, perusahaan ride-sharing, yang didirikan oleh Nadiem Makariem baru bisa sukses setelah Setelah 6 tahun berdiri. Saat ini saja, mereka masih melakukan promosi besar-besaran di berbagai sektor untuk menggenjot perkembangan penggunaan aplikasi mereka di seluruh sendi kehidupan, seperti order makanan, membeli tiket bioskop hingga kebutuhan lainnya.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu, Gojek mengatakan dengan bangga jika 1 dari 2 orang di seluruh Indonesia telah menggunakan aplikasinya. Dengan kata lain, Gojek telah diinstal di setengah penduduk Indonesia yang mana merupakan keempat terbesar di seluruh dunia.

Tokopedia, marketplace di Indonesia, menjadi perusahaan selanjutnya yang berhasil meraih predikat Unicorn dan kemudian berturut-turut diikuti oleh Traveloka dan Bukalapak. Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara cukup yakin jika ada 5 startup di tanah air yang bergelar unicorn. Namun, mimpi itu sepertinya masih harus ditahan hingga waktu yang belum ditentukan.

Asal Mula Unicorn

Founder Cowboy Ventures
Founder Cowboy Ventures

“Saya bermain dengan kata-kata yang berbeda seperti ‘home run’, ‘megahit’, dan mereka semua terdengar agak aneh. Jadi saya memasukkan ‘unicorn’ karena mereka – ini adalah perusahaan yang sangat langka, dalam arti bahwa ada ribuan startup di bidang teknologi setiap tahun, dan hanya segelintir yang akan menjadi perusahaan unicorn. Mereka sangat langka,” kata Lee, seperti dikutip International Business Times.

Penggunaan kata Unicorn dalam menggambarkan sebuah perusahaan rintisan spesial pertama kali diutarakan oleh Aileen Lee. Founder dari Cowboy Ventures tersebut menggunakan kata unicorn karena banyak perusahaan yang bermimpi untuk mendapatkan valuasi mencapai 1 millar dollar. Namun, hal itu tidaklah mudah karena berbagai faktor harus dilalui sebuah perusahaan terlebih dahulu.

Data yang dikeluarkan dari CSB Insight menjadi acuannya. Dari puluhan ribu startup yang tersebar di seluruh dunia, hanya ada sekitar 325 saja yang bergelar unicorn. Menariknya, keempat dari mereka berasal dari tanah air seperti Traveloka, Gojek, Bukalapak dan Tokopedia.

Daniel Nugraha