Dalam dunia bisnis, ada dua model bisnis yang sering digunakan, yaitu konsinyasi dan dropship. Namun, ternyata masih banyak pelaku bisnis yang masing bingung perbedaan kedua model bisnis tersebut. Memang apa perbedaannya?

Konsinyasi adalah suatu modal bisnis dimana pemilik produk (consignor) menitipkan barang dagangannya kepada penjual (consignee) untuk dijual. Setelah produk terjual, consignee akan mendapatkan komisi dari penjualan tersebut.

Sementara itu, dropship merupakan suatu model bisnis dimana penjual atau yang biasa disebut dropshipper memasarkan dan menjual produk milik pihak lain atau menjadi perantara antara pembeli dan supplier (pihak lain).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini perbedaan satu sama lain antara konsinyasi dan dropship yang penting diketahui pelaku bisnis sebelum menentukan model untuk bisnisnya. Simak penjelasannya di bawah ini.

Baca Juga: Sistem Konsinyasi: Kelebihan dan Kekurangan Menjual ‘Produk’ Orang

Perbedaan Konsinyasi dan Dropship

Alur Model Bisnis Dropship
Alur Model Bisnis Dropship (Photo by Max Oke)

Meski sama-sama melibatkan penjualan produk tanpa harus membelinya terlebih dahulu, model bisnis konsinyasi dan dropship memiliki perbedaan yang signifikan. 

Berikut ini perbedaan mengenai konsinyasi dan dropship:

Perbedaan Konsinyasi dan Dropship

1. Stok dan barang

Pada model bisnis konsinyasi, pemilik produk atau consignor yang memiliki stok barang dan menitipkannya kepada penjual atau consignee untuk dijual. Sedangkan pada model bisnis dropship, penjual atau dropshipper tidak memiliki stok barang, melainkan mengirimkan pesanan langsung kepada supplier.

2. Pengiriman barang

Dalam model bisnis konsinyasi, consignee bertanggung jawab atas pengiriman barang kepada pembeli. Sedangkan dalam model bisnis dropship, supplier bertanggung jawab atas pengiriman barang kepada pembeli.

3. Pengembalian barang

Pada model bisnis konsinyasi, consignee harus menangani pengembalian barang dan mengembalikan barang kepada consignor jika tidak terjual. Sedangkan dalam model bisnis dropship, supplier harus menangani pengembalian barang dan memproses pengembalian kepada pembeli.

4. Biaya pengiriman barang

Dalam model bisnis konsinyasi, consignee menanggung biaya pengiriman barang kepada pembeli. Sedangkan dalam model bisnis dropship, biasanya penjual atau dropshipper menanggung biaya pengiriman.

5. Harga jual

Pada model bisnis konsinyasi, consignee biasanya menetapkan harga jual berdasarkan kesepakatan dengan consignor. Sedangkan dalam model bisnis dropship, penjual atau dropshipper menentukan harga jual berdasarkan harga yang diberikan oleh supplier.

6. Kualitas barang

Dalam konsinyasi, consignee bertanggung jawab atas kualitas barang dan harus memastikan kesesuaian dengan deskripsi consignor. Sedangkan dalam dropship, supplier bertanggung jawab atas kualitas barang dan harus sesuai dengan deskripsi penjual.

7. Keuntungan

Dalam model bisnis konsinyasi, consignee mendapatkan keuntungan berupa komisi dari penjualan produk. Sedangkan dalam model bisnis dropship, penjual atau dropshipper mendapatkan keuntungan berupa selisih harga jual dan harga beli dari supplier.

8. Kontrol atas kualitas barang

Alur Bisnis Sistem Konsinyasi
Alur Bisnis Sistem Konsinyasi (Photo by Ginee)

Dalam model bisnis konsinyasi, consignor memiliki kontrol atas stok barang dan dapat memutuskan untuk menarik kembali barang yang belum terjual. Sedangkan dalam model bisnis dropship, supplier memiliki kontrol atas stok barang dan dapat memutuskan untuk menghentikan penjualan produk jika stok barang sudah habis atau tidak tersedia.

9. Risiko kerugian

Dalam model bisnis konsinyasi, consignee memiliki risiko kerugian jika produk tidak terjual atau kembali rusak saat pengiriman. Sedangkan dalam model bisnis dropship, supplier memiliki risiko kerugian jika produk yang dikirimkan tidak sesuai dengan pesanan atau rusak saat pengiriman.

10. Fleksibilitas menentukan harga

Dalam konsinyasi, consignee memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam menentukan harga jual karena mereka memiliki kontrol atas stok barang. Sedangkan dalam model bisnis dropship, penjual atau dropshipper memiliki lebih sedikit fleksibilitas dalam menentukan harga jual karena harga sudah ditentukan oleh supplier.

Baca Juga: 3 Contoh Bisnis Konsinyasi yang Paling Menguntungkan

Kesimpulannya, model bisnis konsinyasi dan dropship memiliki perbedaan yang signifikan yang penting diketahui bagi pelaku bisnis. Dengan mengetahui perbedaan keduanya, maka kamu bisa mempertimbangkan dengan cermat sebelum memilih model bisnis untuk bisnis kamu.

Mau terima pembayaran dengan mudah dari pelanggan bisnis kamu? Gunakan saja Paper.id. Aplikasi yang memudahkan menerima pembayaran invoice kamu dengan berbagai pilihan metode, seperti transfer antar bank dan kartu kredit.

Paper.id sangat cocok untuk kamu yang saat ini akan memulai atau sedang menjalani bisnis konsinyasi atau dropship. Tertarik? Ayo daftarkan segera bisnis kamu dengan klik link di bawah ini sekarang juga!

Muhamad Dika Wahyudi