Contoh Bisnis Konsinyasi- Konsinyasi adalah sebuah metode bisnis yang mana melibatkan dua pihak, yakni pemilik produk dan penjual. Nantinya, pihak pemilik produk akan menitipkan produk mereka kepada penjual dengan serangkaian persetujuan tertentu. Lebih lanjut, penjual harus menyetujui besaran keuntungan yang akan didapatkan sesuai dengan berapa banyak produk yang mereka bisa jual.

Dengan kata lain, pihak penjual tidak perlu mengeluarkan modal uang untuk membeli produk. Satu-satunya hal yang perlu mereka lakukan adalah menjual produk milik pihak pertama. Setelah itu, mereka akan mendapatkan komisi sesuai dengan kesepakatan. Biasanya, nominal persetujuan maksimal adalah 10% dari harga penjualan.

Jadi, apabila sebuah produk terjual dengan harga 100 ribu rupiah, penjual berhak mengambil 10 ribu sebagai keuntungan yang ia peroleh. Lantas, apa saja contoh bisnis konsinyasi yang paling laku dan mendatangkan profit besar bagi para penjual saat ini? Di bawah ini, terdapat 3 contoh yang bisa kamu coba mulai menggunakan metode bisnis konsinyasi ini. Siap jadi pengusaha tanpa modal?

Baca Juga: Keuntungan Konsinyasi Bagi Pelaku UMKM

Contoh Bisnis Konsinyasi

Barang Konsinyasi

Barang Konsinyasi

Biasanya, produk konsinyasi harus memiliki harga nilai jual yang besar dan juga tahan lama. Dalam artian, mereka bukanlah makanan ataupun minuman yang umum ditemukan di sekitaran kamu. Di bawah ini, terdapat 3 contoh diantaranya yang bisa kamu jadikan referensi dalam memulai bisnis konsinyasi.

1. Baju

Contoh bisnis konsinyasi pertama yang paling laku adalah baju. Namun, produk yang dimaksud adalah baju-baju dengan brand internasional, seperti Bathing Ape, Supreme dll. Merk-merk tersebut agak sulit ditemukan di Indonesia sehingga kamu harus mencarinya di e-commerce internasional. Itulah kenapa penjual konsinyasi produk tersebut sangat laris di tanah air dalam beberapa tahun terakhir.

Kenapa Bathing Ape dan Supreme menjadi dua brand paling dicari walaupun harganya menyentuh jutaan rupiah? jawabannya adalah prestise atau gengsi. Semakin besar sebuah brand tertentu, semakin merasa keren juga orang yang menggunakannya. Dailysprout pernah membuat riset yang mengatakan jika 90% penjualan baju terjadi karena para konsumen terpengaruh dengan nama besar sebuah brand.

Baca Juga: Sistem Konsinyasi: Kelebihan dan Kekurangan Menjual ‘Produk’ Orang

2. Mainan (Action Figure)

Baju merupakan produk sehari-hari yang digunakan namun memiliki nilai yang cukup mahal dalam bisnis konsinyasi. Selain baju, bisnis konsinyasi selanjutnya yang cukup menggiurkan adalah penjualan mainan, khususnya action figure. Dalam 5 tahun terakhir, Statista mencatat penjualan mainan ini cukup tinggi dan Indonesia menjadi salah satu negara yang ‘doyan’ membeli mainan.

Saat ini, bisnis action figure hanya dikuasai oleh 5 perusahaan berbeda, yakni Mattel, Namco Bandai, Lego, Hasbro dan Jakks Pacific. Tidak semua mainan ini bisa ditemukan di Indonesia sehingga para kolektor harus mencarinya hingga ke luar negeri. Walaupun pasar pencari action figure cukup kecil, namun mereka berani membayar mahal apabila ada mainan yang sangat diinginkan.

3. Sepatu

Fashion merupakan jenis bisnis konsinyasi terbaik sebab peminat yang cukup tinggi. Selain baju, sepatu juga merupakan komoditas lain yang cukup menarik banyak pelanggan. Beberapa brand besar seperti Nike, Vans hingga Adidas merupakan sepatu yang paling laris. Jenis-jenis yang dicari biasanya tidak ada di Indonesia sehingga kamu harus mencari melalui supplier yang berada di luar negeri.

Sejauh ini, Nike memang masih menguasai pasar dunia dalam hal sepatu menurut riset yang dilakukan oleh Statista. Pencapaian mereka dalam satu tahun terakhir adalah 9,8 miliar dollar di seluruh dunia. Indonesia menjadi salah satu pasar potensial namun tidak semua jenis sepatu bisa didapatkan. Ini merupakan peluang buat kamu yang ingin memulai bisnis konsinyasi di ranah footwear.

Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Sistem Penjualan Konsinyasi?

Konsinyasi Harus Urus Stok?

Manajemen Logistik

Manajemen Logistik

Apa yang membedakan bisnis konsinyasi dengan dropshipper? Jawabannya adalah di pengelolaan stok. Kalo dropshipper, penjual tidak perlu menyediakan gudang sebab tugas mereka hanya mencari pelanggan dan pembelian akan diteruskan oleh pihak pemilik produk. Sedangkan, konsinyasi membutuhkan stok sebab penjual bertanggung jawab atas seluruh produk milik sang pemilik sebagai produsen.

Oleh karena itu, penjual yang menggunakan metode konsinyasi membutuhkan sebuah software yang dapat membantu mereka dalam berjualan. Cara manual masih bisa dilakukan namun waktu yang dibutuhkan akan lebih lama karena harus berulang kali membuka buku stok dan mengurangi produk setelah ada penjualan. Dengan Software ini, semuanya tidak perlu dilakukan karena bisa dilakukan secara otomatis.

Kamu bisa mengandalkan Paper.id, software invoice & payment antar bisnis terbaik. Salah satu fiturnya, fitur pengelolaan stok dapat membantu kamu dalam mengelola stok jarak jauh. Kamu bisa mengetahui stok dari banyak gudang sekaligus tanpa harus ke gudang. Lebih hemat waktu & minim kesalahan karena semuanya dihitung oleh sistem.

 

Selain itu, kamu bisa mengirimkan invoice secara digital. Bayangkan, invoice bisa langsung sampai tanpa harus menunggu berhari-hari. Belum lagi, proses tukar faktur yang mudah dimana kamu tidak harus lagi menunggu berjam-jam, semuanya bisa dilakukan hanya dari laptop. Kalo ada cara yang lebih mudah dan efisien, kenapa masih menggunakan cara lama yang membutuhkan waktu dan tenaga? Daftar Sekarang, Gratis.