Harga teman merupakan sebuah ironi. Di satu sisi, Anda ingin memberikan yang terbaik untuk teman Anda. Namun di sisi lain, Anda juga tidak mau merugi lantaran memberikan harga murah kepada mereka. Fenomena ini memang sudah lazim terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Jadi, apa yang akan anda pilih diantara persahabatan dengan uang?
Sederhananya, harga teman merupakan sebuah potongan harga yang diberikan seorang pemilik bisnis terhadap teman atau sahabatnya sejak lama. Dengan membawa kata suci ‘teman’, anda -sebagai pelaku usaha- pastinya kesulitan untuk menolak apabila dimintai diskon untuk barang yang Anda buat. Walapun sebenarnya di dalam hati, Anda sangat berat untuk melakukannya.
Fenomena harga teman memang sudah terlanjur menyebar sehingga sulit untuk menanggulanginya. Satu-satunya cara paling ampuh adalah mengelak dengan cara sedang membutuhkan uang secara finansial. Padahal, ada baiknya, Anda mengatakan jujur jika Anda sebenarnya bukanlah menjual produk tetapi nilai dan fungsinya yang akan membantu anda secara kontinyu ke depan.
Namun, apakah memberikan harga teman itu 100% salah? nyatanya tidak. Jika Anda mempercayai sebuah pepatah “setiap kebaikan akan dibayar dengan kebaikan pula”, percayalah, akan ada impact baik dari potongan harga yang Anda berikan kepada teman. Apa itu? baca terus sampai habis.
Baca Juga: Memahami Customer Retention yang Bisa Meningkatkan 25% Keuntunganmu
Harga Teman, Gambaran Tidak Menghargai Sebuah Barang
Coba bayangkan jika Anda dan saya merupakan seorang sahabat sejak lama. Anda baru saja membuat sebuah restoran baru dan ingin mengundang saya sebagai seorang tamu pertama. Ketika saya ingin membayar, Anda mengatakan semuanya gratis. Reaksi apa yang harus saya keluarkan? tentunya senang namun ada sedikit rasa tidak enak. Hal itu lumrah ketika Anda menerima traktiran dari teman.
Berdasarkan contoh di atas, apakah Anda pikir tindakan yang saya ambil benar? menurut saya salah. Mengapa? karena sebagai teman, saya seharusnya mendukungnya dengan cara membayar secara penuh. Hal tersebut akan membuatnya merasa dihargai sebagai seorang pelaku bisnis. Sayangnya, sikap itu memang jarang sekali dimiliki seseorang ketika mendapatkan harga teman dari sahabatnya sendiri.
Dharmesh Shah, CTO Hubspot, mengatakan jika Anda membayar sebuah barang secara penuh, meskipun harganya kecil, hal tersebut akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi teman Anda sebagai seorang pemilik bisnis. Jadi kesimpulannya, kenapa tidak kita hapus -mulai dari sekarang- perkataan harga teman demi memberikan mereka kredit sebagai pelaku usaha?
Mendapatkan diskon memanglah sangat menyenangkan. Akan tetapi, apakah itu membuat Anda menjadi seseorang yang menghargai usaha teman Anda? tentunya tidak. Karena menurut sang CTO Hubspot, uang memang tidak menjadi prioritas utama sang pemilik usaha tetapi itu akan membuat mereka merasa dihargai sebagai seorang pengusaha. Jika bukan uang tujuan menyuruh Anda datang, lalu apa? jawabannya adalah feedback.
Feedback berupa masukkan apakah produk yang akan mereka luncurkan itu akan bagus di pasaran. Selain itu, apakah ada dampak lain yang menimbulkan kebimbangan di masyarakat. Oleh karena itu, sebagai teman, Anda harus memberikan ulasan-ulasan tersebut agar teman Anda menjadi lebih semangat dalam memperbesar bisnisnya.
Harga Teman Seharusnya Lebih Mahal, Bukan Sebaliknya….
Menurut sosiolog Nia Elvina yang dikutip dari Vice, “harga teman itu terbentuk dari pola kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia yang menganut sistem kekeluargaan. Keberadaan tali kawan itu membuat transaksi ekonomi yang terjadi di dalamnya tidak murni tentang bisnis melainkan embel-embel kedekatan.”
Jika memang menganggap sebagai kerabat atau bahkan keluarga, mengapa harga teman menjadi lebih murah malahan seharusnya menjadi lebih mahal? Hal itu dilakukan demi mendukung kemajuan bisnis dan juga kesempatan untuk maju satu langkah dan berbeda dari kebanyakan orang yang biasanya hanya bisa menjadi konsumen.
Kenapa harga teman harusnya lebih mahal? karena menuangkan sebuah ide menjadi produk bukanlah hal yang mudah dan murah. Sebagai contoh, apakah Anda pernah minum kopi di Starbucks? Apa perbedaanya dengan warung kopi di jalanan? pasti karena ide, inovasi dan kreatifitas sang pemilik itu sendiri.
Pemilik Starbucks, Howard Schultz, berani mempertaruhkan tenaga dan waktunya untuk menciptakan sebuah kopi yang berbeda dari biasanya. Oleh karena itu, Anda harus membayar mahal sekitar 50-90 ribu rupiah hanya untuk segelas kopi. Namun, apakah Anda rugi mengeluarkan uang sebanyak itu? untuk kualitas, saya rasa tidak.
Word of Mouth
Satu-satunya keuntungan memberikan harga teman kepada sahabat adalah dengan mengharapkan adanya word of mouth atau promosi dari mulut ke mulut. Walaupun terbilang lebih murah dibandingkan promosi lainnya, dampak yang diberikan WOM ini sangatlah besar.
Survey yang dilakukan Nielsen bahkan sangatlah mencengangkan. Bagaimana tidak, sekitar 88% orang di dunia masih percaya jika word of mouth merupakan rekomendasi terbaik untuk mencari barang dengan kualitas terbaik. Persentase tersebut bahkan mengalahkan promosi melalui media sosial yang mengharuskan setiap pemilik usaha mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup besar.
Masih dari Nielsen, kepercayaan pengaruh besar dari Word of Mouth bahkan sangat terlihat di Asia Tenggara. Di Filipina, 91% masyarakat masih mempercayai WOM sebagai promosi terbaik, persentase itu meningkat 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Pun di Indonesia yang memiliki persentase mencapai 89%. Kesimpulannya, Word of Mouth memang masih menjadi basis terbesar agar bisa meraih banyak konsumen.
Word of Mouth memang menjadi salah satu strategi marketing yang sangat efektif dan masih ampuh hingga saat ini. Selain biaya yang relatif lebih murah, keberadaan sosial media membuat WOM akan selalu menjadi tombak utama dalam bisnis saat ini.
Sebuah buku berjudul The Power of The Word of Marketing bahkan menyimpulkan sekitar 74% konsumen tidak jadi membeli barang setelah mendapatkan kabar dari temannya jika produk tersebut sangat buruk. 93% orang akan langsung membeli barang tanpa pikir panjang ketika menerima masukkan dari orang terdekatnya mengenai produk tersebut.
Word of Mouth memang sangat ampuh dalam membangun brand image usaha Anda di mata konsumen. Namun, Anda wajib hati-hati dalam melakukan promosi mulut ke mulut karena bisa saja hal tersebut malah ‘membunuh’ usaha kalian. Kenapa? karena ketika ada seseorang tidak menyukai produk Anda, otomatis mereka tidak akan merekomendasikan barang tersebut kepada temannya.
Baca Juga: Word Of Mouth Gratis, Kenapa Pebisnis Lebih Pilih Iklan Berbayar?
Prinsip Tidak Meminta Harga Teman
Pertemanan merupakan sebuah timbal balik antara dua orang atau lebih. Mereka tidak bisa hanya meminta namun juga harus bisa memberikan sesuatu karena itulah arti dari persahabatan. Berdasarkan pemahaman di atas, Anda juga tidak boleh meminta harga teman apabila Anda tidak bisa memberikan dampak baik terhadap produk tersebut. Bisakah Anda membuat barang tersebut laku sebagai imbalannya?
Bayarlah sebuah barang sesuai dengan nilainya. Jika Anda merasa produk tersebut sangat berguna bagi kebutuhan Anda, berikan apresiasi dengan harga yang pantas walaupun itu terhadap teman. Tanamkan rasa canggung ketika Anda meminta diskon terhadap agar hal tersebut tidak terjadi secara berulang-ulang.
Suka merasa gak enak menagih hutang ke teman? Tenang, gunakan Paper.id sekarang juga. Sebab, di software invoice dan akunting #1 di Indonesia tersebut, Anda bisa tagih lebih profesional melalui invoice. Nantinya, invoice itu bisa dikirimkan lewat aplikasi messenger seperti Whatsapp, Line dll. Dengan begitu, Anda tidak perlu ketemu langsung deh! Klik disini buat daftar gratis.
- Kelebihan dan Kekurangan Virtual Credit Card Dibandingkan Kartu Kredit Fisik - Oktober 3, 2024
- AP Automation Cost dan Dampaknya Dalam Mengurangi Anggaran Bisnis - September 24, 2024
- Cashback s.d Rp250 Ribu Dengan Visa Commercial Card! - September 20, 2024