Di era digitalisasi dan globalisasi saat ini, dunia bisnis telah mengalami evolusi yang signifikan. Dari cara kerja hingga model bisnis yang diterapkan, perubahan-perubahan ini mempengaruhi bagaimana pelaku bisnis menavigasi pasar dan menghadapi tantangan. 

Dalam diskusi tentang bisnis modern, dua istilah seringkali muncul dan menjadi perbincangan hangat: start-up dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Meskipun keduanya merujuk pada usaha atau bisnis, keduanya memiliki karakteristik, tujuan, dan pendekatan yang berbeda. Namun, tak jarang banyak yang masih bingung dan menganggap kedua istilah ini sama. 

Baca Juga: 4 Kesalahan Utama Dalam Bisnis Startup yang wajib kalian hindari

Start-up & UMKM

start-up dan UMKM keduanya merupakan entitas yang populer di dunia bisnis. Walaupun keduanya mungkin bermula dari usaha yang kecil, namun terdapat perbedaan antara keduanya. Istilah start-up umumnya dikaitkan dengan perusahaan yang berfokus pada teknologi, sementara UMKM lebih mengarah pada bisnis dengan skala yang lebih kecil hingga menengah.

start-up menurut salah satu inkubator terbesar yaitu Y Combinator sebagai salah satu perusahaan yang dibangun untuk tumbuh dengan cepat yang biasanya didominasi oleh perusahaan berbasis teknologi yang dapat menjangkau banyak pengguna & berkembang dengan cepat”. Coba Anda bayangkan bagaimana  sebuah perusahaan Airbnb pada tahun 2009 mendapatkan pendanaan sebesar US$600 ribu dollar atau Uber yang mampu mendapatkan pendanaan sebesar US$1,25 juta. Kemudian keduanya mampu memiliki ide-ide baru serta mengambil pasar yang begitu besar hingga membuat disruption pada suatu industri. 

Disruption sendiri biasanya menjadi salah satu tujuan para start-up. Contohnya adalah Slack yang memiliki ambisi untuk melakukan revolusi komunikasi di tempat kerja atau tujuan Grubhub untuk mempermudah dalam pemesanan makanan.

Kemudian UMKM sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai bisnis yang dioperasikan oleh individu, keluarga, atau entitas bisnis berukuran kecil yang cenderung berupa barang ataupun jasa. Klasifikasi UMKM ditentukan berdasarkan omzet tahunan, total aset atau kekayaan, serta jumlah pekerja.

UMKM sendiri tidak membutuhkan pertumbuhan yang sangat cepat seperti start-up atau mendisrupsi suatu sektor industri. 

Lalu apa perbedaannya? Berikut perbedaan antara UMKM dan Start-up yang harus Anda tahu. 

Baca Juga: Peran Startup Dalam Mendukung Tumbuh Kembang UMKM

Perbedaan UMKM & Start-up 

1. Ide

Dasar pendirian start-up dan UMKM memiliki perbedaan mendasar sejak awal. Start-up umumnya lahir dari gagasan-gagasan segar yang menggugah dan berpotensi merubah pola konvensional di masyarakat, seperti fenomena ojek online.

start-up cenderung berakar pada ide yang eksperimental. Di sisi lain, UMKM lebih banyak didirikan dengan motivasi mencapai keuntungan, membuat risiko bisnisnya cenderung lebih terjaga ketimbang start-up.

Sebagai hasilnya, UMKM sering menawarkan produk atau jasa yang tak jauh berbeda dengan kompetitor mereka, seperti restoran, salon, atau bisnis kuliner rumahan.

2. Jangkauan bisnis

Perbedaan lain antara start-up dan UMKM terletak pada cakupan bisnis. start-up memiliki jangkauan bisnis yang luas dan terus-menerus dalam tahap pengembangan. Mereka menetapkan target yang ambisius, tidak hanya berfokus pada pasar lokal, tetapi juga mengincar pasar internasional.

Di sisi lain, UMKM beroperasi dalam skala yang lebih terbatas, seringkali dimulai dari tingkat lokal. Meski ada beberapa UMKM yang berhasil mengembangkan bisnisnya hingga skala nasional, proses tersebut memerlukan waktu yang relatif lama, terutama karena sumber pembiayaannya berbeda dengan start-up.

3. Visi

Dari sisi visi, start-up dan UMKM memiliki orientasi yang sangat berbeda. Pendiri start-up biasanya bercita-cita untuk “berdampak besar di dunia”. Mereka ingin mengubah norma yang ada, bahkan mungkin mengguncang industri di mana mereka berada. Sebaliknya, UMKM lebih fokus pada visi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat di lingkungan mereka.

Bagi UMKM, tujuan utamanya adalah untuk bertahan dan terus beroperasi. Mereka senantiasa berupaya menemukan cara dan kesempatan agar bisnis mereka tetap eksis.

Namun, start-up memiliki karakteristik sebagai entitas yang pada dasarnya bersifat transisional dengan tujuan besar untuk mengembangkan bisnisnya. Umumnya, langkah akhir yang diincar oleh start-up adalah untuk menggalang dana melalui Penawaran Saham Perdana (IPO).

4. Keuntungan

Kapan modal kembali dan kapan keuntungan mulai dirasakan? Jika Anda bertanya pada start-up dan UMKM, jawabannya tentu berbeda.

UMKM biasanya mulai meraih keuntungan dengan lebih cepat, bisa saja sejak hari pertama operasi. Ini karena fokus utama UMKM adalah pencapaian keuntungan.

Namun bagi start-up, pencapaian keuntungan mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Prioritas awal mereka adalah menciptakan produk yang diminati oleh konsumen dan menarik perhatian pasar.

Setelah berhasil mendominasi pasar, keuntungan yang diperoleh bisa mencapai angka miliaran atau bahkan triliunan rupiah. Inilah mengapa dalam dunia start-up, kita sering mendengar istilah “bakar uang”.

Dalam periode ini, fokus start-up adalah ekspansi dan pertumbuhan. Setelah fase pertumbuhan, barulah start-up beralih ke tahap pencarian keuntungan.

5. Pendanaan

Salah satu perbedaan khas dan umumnya diakui antara start-up dan UMKM terletak pada cara pendanaannya. UMKM biasanya memulai dengan dana pribadi atau mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman, bahkan mungkin melalui pinjaman bank.

Di sisi lain, walaupun start-up mungkin juga memulai dengan dana pribadi pendirinya, mereka aktif mencari pendanaan dari investor eksternal. Tujuan jangka panjang start-up adalah menggalang dana dari masyarakat melalui IPO.

6. Teknologi

Bagi start-up, teknologi menjadi salah satu pilar utama, bahkan mungkin menjadi produk inti mereka. Meskipun produk kunci mereka bukan berbasis teknologi, start-up tetap memerlukan dukungan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.

Di sisi lain, UMKM seringkali tidak terlalu bergantung pada teknologi canggih atau mengintegrasi teknologi secara mendalam dalam aktivitas sehari-hari. Teknologi yang mereka gunakan biasanya terfokus pada aspek pemasaran, akuntansi, dan  invoicing. Dimana ketiga hal tersebut membantu kegiatan operasional dari UMKM ini sendiri. 

Salah satu contohnya adalah aplikasi invoice online dari Paper.id. Dengan Paper.id, para pelaku usaha UMKM sangat terbantu dalam pembuatan serta pengiriman invoice. Semua hal itu dapat dilakukan dengan mudah, selain itu juga, invoice yang dibuat pun sudah terekonsiliasi dengan beragam metode pembayaran digital. Jadi tidak perlu lagi repot untuk menyediakan banyak pembayaran untuk customer

Nah, buat Anda yang ingin mencoba aplikasi invoice online dari Paper.id, bisa klik tombol daftar dibawah ini, yuk coba sekarang juga!

Alfian Dimas