Menggunakan kemeja dan dasi, dilengkapi dengan jas, Tony Stark bukanlah seorang superhero biasa. Sama seperti Bruce Wayne a.k.a Batman, ia menjadi seorang pahlawan cerdas yang mengandalkan teknologi. Penggunaan artificial intelligence atau kecerdasan buatan, membuatnya mampu membuat robot perang yang dikenal sebagai Ironman, lengkap dengan Jarvis sejenis Google Assistant yang mendampinginya.

Suatu waktu, Time, majalah terkemuka di dunia, sempat merilis beberapa orang terkaya di dalam dunia superhero. Well, siapa sangka kekayaan dari Tony Stark mencapai 12,4 triliun dollar apabila dirincikan ke dalam dunia nyata. Jumlah tersebut lebih besar dari Bruce Wayne pemilik Wayne Enterprise namun masih kalah jika dibandingkan kekayaan milik 90,7 triliun dollar. Kekayaan Black Panther didapatkan dari harga vibranium.

Jika kebanyakan orang cerdas dan kaya pendiam, Tony Stark merupakan kebalikkan dari hal tersebut. Tony adalah orang yang sombong, tidak bisa diam, dan mengandalkan kekayaannya untuk menyelesaikan sesuatu. Untungnya, dia hanyalah karakter fiksi yang dibuat oleh salah satu komik terbesar di dunia, yakni Marvel. Namun, jangan salah, Tony Stark dunia nyata itu sudah ada di dalam diri Elon Musk.

Buktinya, pria berusia 47 tahun tersebut pernah menghadiri sebuah acara podcast sembari berbicara ngelantur. Bukan karena dia tidak mengerti, melainkan karena di sedang menghisap ganja. Itu merupakan salah satu alasan mengapa Elon Musk disejajarkan dengan Tony Stark. Lantas, kenapa harus didebat?

Baca Juga: Bisnis Film Marvel, Sempat Tersiksa dan Berubah Menjadi Raksasa

Tony Stark Dunia Nyata

Tony vs Musk
Tony vs Musk

47 tahun lalu, pada 28 Juni 1971, Elon Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan. Ia lahir dari rahim seorang ibu yang merupakan model serta praktisi diet kenamaan asal Kanada bernama Faye. Ayahnya merupakan ahli elektromagnetik bernama Errol. Sayangnya, pemilik Tesla tersebut hanya merasakan 10 tahun hidup di dalam satu keluarga yang rukun sebab kedua orang tuanya memilih berpisah.

Elon dan adiknya memilih untuk tinggal bersama dengan sang ayah. Sayangnya, ia kerap kali menerima kekerasan dari orang tuanya tersebut bahkan mendapatkan ‘ceramah’ dalam waktu berjam-jam. Pun di sekolah, Elon lebih sering menerima tindakan bullying dari temannya lantaran ia suka menyendiri. Tindakan itu harus diterima dalam sekolah dari jenjang dasar hingga atas.

Momen ini yang mengingatkan Elon Musk sebagai Tony Stark dari dunia nyata. Sebelum kedua orang tuanya meninggal, Tony tidak memiliki teman dan hanya lebih sering ‘bergelut’ dengan dunianya sendiri. Kegemaran akan teknologi menjadi salah satu alasan kenapa Elon disebut-sebut sebagai kembaran Tony Stark dari dunia nyata. Belum lagi, dengan ambisinya bersama dengan Tesla, Solar City hingga SpaceX.

Singkat cerita, di usia 12 tahun, ketertarikan Elon Musk terhadap teknologi sudah mulai terlihat. Kala itu, ia berhasil menjual sebuah komputer yang telah dirakit sedemikian rupa dengan harga mencapai 500 dollar. Hal tersebut akhirnya berlanjut hingga kuliah di Stanford. Di tahun 1999, ia berhasil menciptakan X.com yang kini dikenal sebagai salah satu layanan finansial terkemuka, Paypal.

Baca Juga: Menyelidiki Gurita Bisnis Hartono Bersaudara, Orang Terkaya di Indonesia

Proyek Ambisius Tesla, Solar City dan Space X

SpaceX
SpaceX

Kemiripan Elon Musk dengan Tony Stark pun semakin menjadi-jadi pada tahun 2004 ketika ia berambisi membuat mobil elektrik di bawah naungan Tesla Motors. Tak hanya itu, ia juga berambisi membawa bumi ke Mars melalui projek Space X. Belum lagi dengan Solar City yang dibuat agar manusia tidak terlalu bergantung dengan listrik yang semakin hari semakin menipis. Pintar, berbuat seenaknya dan ambisius, tidak ada salahnya untuk menyamakan keduanya, bukan?

Selain dikatakan mirip dengan Tony Stark, ia juga beberapa kali disejajarkan dengan Steve Jobs yang merupakan pendiri Apple. Akan tetapi, Elon mengatakan jika dirinya sangatlah berbeda. Bahkan, ia pernah berkelakar jika Apple merupakan ‘kuburan’ dari Tesla lantaran menerima beberapa insinyur yang telah dipecat dari perusahannya untuk menyaingi pembuatan projek mobil listrik.

Terlepas dari kontroversi yang dibuat, Elon memang berbeda dibandingkan dengan banyak pengusaha lainnya. Ketika banyak dari mereka yang mengembangkan inovasi untuk mendapatkan keuntungan besar, namun hal itu tidak berlaku baginya. Sebab, Elon Musk memiliki misi berbeda selain meraup uang, yakni membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik ke depannya dengan tidak menggantungkan kepada satu alat saja.

Contohnya, ia menciptakan mobil listrik dan juga energi terbarukan agar penggunaan minyak bumi tidak terlalu diporsir dan habis. Jika hal itu terjadi dan belum ditemukan penggantinya, apa yang akan terjadi kepada bumi di masa depan?

Hyperloop, Projek Ambisi Atau Fantasi?

Hyperloop Elon Musk
Hyperloop Elon Musk

Beberapa tahun lalu, tepatnya di pintu tol keluar Brebes, terjadi peristiwa kemacetan parah. Bagaimana tidak, selama 48 jam, para pemudik yang ingin menuju ke daerah Jawa Tengah harus terjebak tidak bisa keluar. Bahkan, banyak pengendara yang mengeluhkan hal tersebut. Kemacetan bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di bagian dunia lainnya.

Berdasarkan fakta itulah, Hyperloop tengah dirintis. Hyperloop sendiri menyerupai sebuah tabung yang bisa membuat kecepatan kereta bertambah berkali-kali lipat. Elon Musk disebut-sebut menjadi salah satu inisiator yang ingin mewujudkan impian tersebut. Layaknya time travel, ia berkelakar bisa mencapai 560 km hanya dalam waktu 35 menit. Sebagai gambaran, jarak tersebut sama saja seperti dari Jakarta menuju Semarang.

Cara kerja Hyperloop bisa dibilang hampir mirip dengan vacuum cleaner. Jadi, seseorang akan masuk ke dalam tabung dan secara cepat akan sampai ke tujuan. Lagi, wacana dari Tony StarMusk cukup kontroversial sebab kecepatan yang harus dihasilkan dari Hyperloop harus lebih cepat dari sebuah pesawat jet yang melaju hingga 350 mile per jam.

Baca Juga: Stan Lee Meninggal, Legenda Komik Marvel Dan Pendobrak Industri Film

Kemiripan Kedua Tokoh

Iron musk
Iron musk

Ada berbagai alasan untuk mengatakan kenapa Elon Musk didaulat sebagai Tony Stark dunia nyata. Yang pertama, mungkin keengganan dirinya untuk pensiun. Di usia 31 tahun, ia memiliki kekayaan 165 juta dollar setelah menjual Paypal. Jika kebanyakan orang memilih pensiun dan menikmati hidup, Elon malah memutar kembali uang tersebut sebagai modal pembuatan Tesla, SpaceX dan Solar City. Hal serupa yang dilakukan Tony di Avengers.

Kedua, ketika Tony Stark menciptakan ratusan atau bahkan ribuan baju perang, Elon Musk membuat ratusan cara untuk menyelamatkan bumi, mulai dari menghilangkan ketergantungan penggunakan bahan bakar tidak terbarukan hingga meriset Mars sebagai salah satu tempat potensial masa depan melalui Projek SpaceX tersebut.

Terakhir, Tony Stark dunia nyata tersebut juga merupakan ‘biang’ kontroversi. Banyak sekali hal-hal yang mengagetkan yang pernah ia lakukan, mulai dari menghina seorang analis Wallstreet lantaran tidak bisa memberikan pertanyaan berbobot hingga bertingkah semaunya seperti di salah satu acara podcast yang mana ia malah merokok ganja.

Dengan berbagai kemiripan tersebut, masih haruskah kita mendebat dirinya sebagai Tony Stark dunia nyata?

Daniel Nugraha