Pemilik Sinarmas Group, Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia pada 26 Januari 2019. Menurut keterangan dari keluarga, pria berusia 98 tahun tersebut ‘pergi’ karena faktor usia dan penyakit yang dideritanya. Eka bukanlah kelahiran Indonesia sebab ia baru datang ke tanah air pada umur 9 tahun dari Quanzhou, China bersama dengan orangtuanya yang merantau untuk memulai kehidupan baru di daerah Makassar.
Kesuksesan besar diraih oleh pemilik nama asli Oei Ek Tjong tersebut. Sebab, semasa hidup, ia berhasil menciptakan beberapa bisnis besar di bawah payung Sinarmas Group, seperti di bidang Pulp dan Kertas, Agribisnis, Keuangan, Real Estate hingga Telekomunikasi. Semua usaha yang dilakukannya tidak dibangun secara karena ia membutuhkan waktu puluhan tahun merealisasikan mimpi besarnya tersebut.
Berkat dedikasi dan kerja kerasnya semasa menjabat sebagai bos Sinarmas Group, Forbes mengganjarnya dengan penghargaan sebagai orang terkaya ketiga di Indonesia dengan nilai aset mencapai 8,6 miliar dollar atau kurang lebih 121 triliun rupiah. Hartanya hanya kalah dari dua orang, yakni Susilo Wonowidjojo dan Hartono Bersaudara.
Baca Juga: Menyelidiki Gurita Bisnis Hartono Bersaudara, Orang Terkaya di Indonesia
Imigran dari China
Pada tahun 1923, Eka Tjipta Widjaja lahir di Quanzhou, China. Masa kecilnya bisa dibilang kurang bahagia lantaran ia tidak bisa bermain sepeti anak-anak seusianya. Berdasarkan artikel dari Washington Post, pria yang lahir dengan nama Oi Ek Tjong tersebut sudah harus pindah dari tanah kelahirannya menuju ke Indonesia, tepatnya Makassar pada usia 7 tahun. Kala itu, ia dikabarkan menaiki kapal laut.
Bersama dengan orangtuanya, perjuangan Ek untuk naik kapal tersebut juga tidaklah mudah sebab mereka harus berhutang uang kepada rentenir sebanyak 150 dollar itupun mereka hanya bisa menyewa kapal kelas paling bawah. Belum lagi dengan menerima kenyataan terombang-ombing di lautan selama 7 hari 7 malam.
“Bersama ibu saya ke Makassar. Lantaran tidak mempunyai uang, kami menggunakan kapal kelas bawah dan berada di laut selama 7 hari 7 malam. Ada uang 5 dollar saja kami tidak bisa belanjakan karena kami berhutang kepada rentenir sebanyak 150 dollar,” kata Eka Tjipta ketika diwawancarai Grid.id beberapa tahun lalu.
Setibanya di Makassar, antusiasmenya sebagai seorang pebisnis pun mulai terlihat, mulai dari berjualan toko kelontong hingga usaha lainnya yang ia jalankan demi membantu orangtuanya melunasi hutang. Tak lama berselang, Eka Tjipta bersekolah namun ia dikabarkan hanya menamatkan SD. Tapi, Bloomberg menuliskan jika sang pemilik Sinarmas Group itu mendapatkan gelar Doktor Kehormatan dari Pittsburgh University.
Pemilik Sinarmas Group
Jejak bisnis Eka Tjipta sebagai seorang bos Sinarmas sudah terlihat sejak tahun 1950. Pada masa itu, ia mulai memulai berbagai macam usaha, salah satu yang paling sukses adalah kopra. Daerah penjualan daging kelapa muda tersebut bahkan bukan hanya di Makassar tapi juga melebar ke Pulau Selayar. Lebih lanjut, Kopra miliknya juga sempat didistribusikan kepada TNI yang bermarkas di Timur.
Kesuksesan tersebut tidak membuat Eka Tjipta puas sebab ia kemudian pindah dari Makassar menuju ke Surabaya untuk membesarkan bisnisnya. Jalan hidup membuatnya kembali merantau ke Jakarta dan mendirikan CV. Sinarmas Jaya di Pasar Pagi. Disitulah, titik balik bisnisnya semakin terlihat karena ia mulai terlibat dalam ekspor-impor tekstil dan berbagai macam lainnya.
Pada tahun 1968, CV Bitung Manado Oli terbuat dan minyak goreng menjadi fokus utamanya. Merk dagang yang dipakai adalah Bimoli dan cukup populer di kalangan masyarakat hingga saat ini. Pengembangan minyak goreng ia lakukan lantaran memang sempat menjadi bos kopra di Makassar. Singkatnya, Bimoli berpindah tangan kemudian ia membuat Filma dan Kunci Mas sampai sekarang.
Kemudian, Sinarmas Group melebarkan sayap ke bisnis pulp dan kertas yang dibuat di daerah Mojokerto pada 1972 bernama PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia. Tak butuh waktu lama, perusahaan tersebut sukses besar dan bahkan hingga saat ini telah melakukan ekspor ke 120 negara ke 6 benua berbeda. Real Estate menjadi fokus ketiga yang dibuat oleh Eka Tjipta, salah satunya adalah Grand Wisata di daerah Bekasi.
Berselang satu dekade kemudian, Pemilik Sinarmas Group tersebut mulai melakukan ekspansi besar ke bidang bisnis keuangan. Ia membangun perusahaan asuransi bernama PT. Sinarmas Multiartha ada juga Perbankan dengan nama Bank Sinarmas hingga pengelolaan dana yang diurus oleh PT. Sinarmas Sekuritas. Dunia komunikasi juga kemudian dijajal dengan meluncurkan layanan tv kabel berbayar di bawah naungan brand My Republic dan juga produk smartphone dan voucher, yaitu Smartfren.
Pewaris Sinarmas Group
Kepergian Eka Tjipta Widjaja membuat banyak orang mempertanyakan siapakah yang akan mewarisi perusahaan sang ayah yang bernilai miliaran dollar itu. CNNIndonesia menuliskan setidaknya ada 4 putra dan putrinya dari Eka yang memiliki kapasitas untuk melanjutkan gurita bisnis di Indonesia. Siapa saja nama-nama tersebut?
1. Oi Hong Leong
Oi menjadi kandidat pertama yang dikabarkan akan meneruskan warisan sang ayah. Pria berusia 70 tahun tersebut kini terdaftar sebagai Warga Negara Singapura dan memiliki kekayaan mencapai 1,5 miliar dollar versi Forbes. Jumlah kekayaan tersebut didapatkan dari bisnis real estate dan juga kepemilikan museum pribadi di Singapura. Fyi, ia termasuk ke dalam daftar 50 orang terkaya di Singapura versi majalah yang sama.
2. Frankle Widjaja
Pria yang akrab dipanggil Djafar ini menjabat sebagai CEO dari Bund Center Investment. Menurut majalah Bloomberg, Frankle, pria berusia 61 tahun, juga sudah terjun langsung dalam bisnis sang ayah, terutama di bidang pulp dan kertas.
3. Franky Oesman Widjaja
Satu tahun lebih tua dari Frankle, Franky merupakan kandidat selanjutnya yang disebut-sebut mewarisi gurita bisnis sang ayah sebagai pemilik Sinarmas Group. Menurut Marketscreener, Franky menjadi ketua dalam 15 perusahaan berbeda, salah satunya adalah President Director di Sinarmas Group.
4. Sukmawati Widjaja
Anak wanita tertua dari Eka Tjipta ini juga bisa melanjutkan jejak sang ayah sebagai bos Sinarmas Group. Riwayatnya dalam dunia korporasi tidak perlu diragukan lagi karena ia kini menduduki posisi sebagai Executive Chairman di Top Global Limited sejak tahun 2010.
Baca Juga: Bagaimana Rasanya Menjadi Keluarga Orang Terkaya di Indonesia?
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024
- Perbedaan Faktur dan Invoice dalam Bisnis, Apa Saja? - Oktober 23, 2024
- Kenali AP & AR Automation yang Mampu Tingkatkan Bisnis Lebih Pesat - Oktober 23, 2024