Keputusan bisnis adalah salah satu kunci dalam perencanaan dan operasional perusahaan, baik yang sedang berjalan maupun yang akan datang. Namun, terdapat situasi dimana keputusan yang diambil justru berakibat fatal hingga mengakibatkan kerugian yang signifikan.

Nah, contoh keputusan bisnis yang buruk itu pernah menggemparkan bisnis internasional. Kala itu, keputusan manajemennya berhasil membawa perusahaan-perusahaan top dunia merugi.

Lalu perusahaan apa saja itu? Untuk mengetahuinya, simak ulasan lengkap mengenai keputusan bisnis top dunia terburuk berikut hingga selesai ya!

Baca Juga: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspansi Bisnis

1. Google – Tidak jadi Dibeli Oleh Exite

Excite merupakan search engine terbesar pada tahun 1990-an. Melansir Surfky Finance, founder Google, Larry Page dan Sergey Brin mendatangi Excite dan berusaha menjual Google seharga USD 1 juta.

Bukan itu saja, kedua founder Google itu bahkan menurunkan harganya menjadi USD 750 ribu – USD 250 ribu Sebuah tawaran yang cukup menggiurkan untuk perusahaan yang saat ini sudah bertumbuh dan dihargai sebesar USD 395 miliar.

Namun sayang, George Bell, CEO Excite tidak berkenan untuk membeli Google karena ia ingin menempuh jalannya sendiri. Hingga beberapa tahun setelahnya, saham Excite anjlok dan Google semakin naik.

2. Motorola – Enggan Membuat Smartphone

Berdasarkan laporan dari NBCNews, kesuksesan ponsel Razr yang memiliki desain tipis dan unik, mendorong Motorola mencapai puncak pendapatan yang tinggi di tahun 2006. Mereka berhasil menguasai 22% pasar ponsel.

Bahkan di tahun itu, Motorola berhasil meraih pendapatan sebesar USD 43,7 miliar.

Namun, perusahaan ini gagal meluncurkan ponsel pintar generasi baru yang memanfaatkan merek Razr. Hingga pada tahun 2007, Motorola menjual ponsel tradisional dengan harga yang lebih tinggi.

Kemudian, akibat kurangnya urgensi dan penyesuaian dengan pasar, yang kala itu sudah mulai beralih ke smartphone. Saham Motorola mengalami penurunan yang signifikan lebih dari 90%, dari bulan Oktober 2006 hingga Maret 2009 yaitu dari awalnya saham perusahaan mencapai lebih dari USD 107 menjadi kurang dari USD 13.

Perusahaan pun  merilis smartphone Razr di tahun 2010, namun itu tidak membuahkan hasil, karena Motorola harus bersaing dengan BlackBerry dan iPhone.

Bukan itu saja, kegagalan Motorola juga disebabkan karena mereka tidak beralih ke 3G, disaat kompetitor mulai  menerapkannya. Di tahun ini juga Motorola hanya mencatatkan pendapatan sebesar USD 22 miliar.

Kegagalan ini akhirnya menjadikan perusahaan terpuruk dan unit mobile-nya dipisah dan dijual ke Google Inc.

3. Blockbuster vs Netflix

Pada awal tahun 2000-an, Blockbuster adalah jaringan rental video terbesar di Amerika. Mereka memiliki lebih dari 9,000 toko persewaan video dan DVD di seluruh dunia, dengan pendapatan tahunan mendekati USD 6 miliar.

Pada tahun 2000, startup baru Netflix menawarkan mereka USD 50 juta untuk membantu meluncurkan layanan DVD streaming.  Namun,  mereka menolak tawaran itu dan lebih memilih mempertahankan bisnis sewa fisik mereka.

Pengambilan keputusan bisnis ini akhirnya menjadi salah satu kesalahan besar yang sangat merugikan Blockbuster. Hal ini terjadi ketika Netflix berkembang menjadi layanan streaming yang dominan, sedangkan Blockbuster harus mengalami kebangkrutan  pada tahun 2013.

4. Kodak – Bertahan dengan Kamera Filmnya

Kodak adalah pemimpin dalam industri fotografi dan kamera selama lebih dari 10 dekade. Namun, pada akhir 1990-an, mereka gagal untuk beradaptasi dengan fotografi digital.

Bahkan sebetulnya, Kodak memiliki teknologi fotografi digital pada awal 1970-an karena melihat tren dunia yang akan beralih ke kamera digital.

Tapi mereka enggan melibatkan diri sepenuhnya dalam pengembangan teknologi tersebut, karena khawatir bisa melemahkan penjualan kamera film-nya.

Hasilnya, perusahaan ini tidak bisa bersaing dengan kompetitor yang lebih inovatif. Bahkan dua kompetitornya, Fuji dan Sony sudah lebih dulu masuk ke pasar kamera digital.

Pada tahun 2012, Kodak pun resmi mengalami kebangkrutan.

5. Yahoo – Menolak Tawaran Miliaran Dollar dari Microsoft

Melansir The Ladders, Microsoft berencana untuk mengakuisisi Yahoo pada tahun 2008 dengan penawaran senilai USD 44,6 miliar. Namun, Yahoo menolak tawaran tersebut karena dianggap terlalu rendah.

Pemegang saham Yahoo kala itu merasa bahwa nilai perusahaan Yahoo lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh Microsoft. Namun, penolakan itu ternyata salah, karena sejak saat itu nilai Yahoo terus menurun.

Pada tahun 2011, kapitalisasi pasar Yahoo hanya sekitar USD 22,24 miliar. Tahun 2015, Yahoo bahkan mengalami kerugian sebesar USD 4,4 miliar.

Hingga akhirnya, Verizon, salah satu perusahaan internasional telekomunikasi Amerika Serikat, mengakuisisi Yahoo pada tahun 2016 dengan harga USD 4,83 miliar. Ini mengakhiri berdirinya Yahoo secara independen.

Baca Juga: 5 Fungsi Invoice Tagihan Pembayaran untuk Keputusan Bisnis

Melihat beberapa contoh keputusan tersebut, bisa dikatakan bahwa tidak semua keputusan memberikan hasil baik untuk keberlangsungan perusahaan.

Ada kalanya pemilik bisnis mengambil langkah yang keliru hingga menyebabkan keputusan yang buruk bahkan berdampak fatal.

Untuk itu, sebagai pemilik bisnis, kamu perlu mengambil langkah yang tepat agar terhindar dari hal buruk yang bisa saja terjadi dan mengancam keberlangsungan bisnis. Salah satunya dengan mulai menggunakan digital invoice. Mengapa?

Itu karena, ketika bisnis atau perusahaan kamu masih bergantung pada proses manual dalam operasinya, kemungkinan terjadinya human error sangat tinggi. Tentu hal ini berpotensi merugikan perusahaan bukan? Selain itu, kamu juga jadi tidak terbuka pada perkembangan teknologi yang sebetulnya bisa membuat bisnismu semakin produktif.

Nah, agar lebih mudah, kamu bisa menggunakan Paper.id dalam pembuatan hingga pengirimannya.

Paper.id adalah platform invoice yang bisa membuat dan kirim invoice digital secara otomatis. Bahkan customer bisa bayar invoice itu melalui metode payment apapun dengan mudah.

Sangat menarik bukan? Yuk, gunakan Paper.id sekarang, gratis!

Nadiyah Rahmalia