Instagram Marketing- “Followers ingin melihat foto ataupun video yang dibagikan dalam konten yang kamu (influencer) buat, bukan seberapa banyak likes yang didapatkan,” kata petinggi Instagram seperti yang dilansir dari Tech Crunch beberapa waktu lalu.

Bersamaan dengan pernyataan tersebut, Instagram secara resmi melakukan test atau uji coba penyembunyian likes dan komentar. Percobaan itu dilakukan di beberapa negara besar dunia, seperti Irlandia, Italia, Jepang, Brasil, Australia, Kanada dan Selandia Baru.

Keputusan kontroversial yang dilakukan oleh Instagram ini dipicu karena semakin banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan media sosial mereka sendiri. Banyak dari pengguna yang mulai ‘gila’ terhadap pujian di Instagram melalui bentuk likes dan komentar. Keputusan ini disambut baik oleh banyak pihak, tentunya tidak bagi para influencer.

Dari segi psikologi, penyembunyian likes dan komentar tentunya sangat bagus untuk mengurangi insekuritas semua pengguna. Namun dalam sisi instagram marketing ataupun bisnis, hal ini tentunya sangatlah tidak baik, terutama bagi mereka yang mencari nafkah melalui endorsement.

Baca Juga: Ini Yang Terjadi Jika Kamu Beli Followers Instagram Untuk Akun Bisnismu!

Analitik untuk kerjasama

Endorse selebgram

Dalam instagram marketing, data analitik adalah segalanya. Jika seseorang influencer ingin mendapatkan kerjasama dengan sebuah produk, maka dia harus bisa menyajikan data yang valid, caranya adalah dengan melihat engagement dalam bentuk likes dan komentar.

Netbase mengungkapkan jika data analitik penghitungan influencer berdasarkan tiga hal yakni followers, likes dan komentar. Apabila perhitungan ketiganya revelan, maka seorang influencer bisa mendapatkan endorsement dengan sebuah pihak.

Hal inilah yang menjadi masalah bagi para influencer. Bagaimana jika penyembunyian likes dan komentar bersifat permanen? Apakah mereka sudah tidak relevan lagi untuk menarik masa? Atau, mereka masih bisa mendapatkan kerjasama tertentu akan tetapi dengan menggunakan data analitik lainnya?

Senior Content Strategist Hubspot, Amanda Zantal-Wiener mengatakan jika seorang influencer harus segera mencari cara untuk mengatasi hal ini jika Instagram benar-benar mematikan kedua tombol tersebut. Dari sisi instagram marketing, ini merupakan sebuah bencana besar bagi mereka semua.

Baca Juga: Strategi Pemasaran, Cara Starbucks Menjual Kopi dengan Harga Mahal Tapi Laku di Pasaran

Kurang termotivasi

Cara Berjualan di Instagram

Kanada menjadi salah satu tempat tes uji coba penghilangan likes dan komentar Instagram. Influencers di negara tersebut mengatakan jika mereka telah kehilangan motivasi lagi untuk membuat konten di media sosial. Mereka beralasan jika engagement menjadi faktor utama kenapa mereka semangat selama ini.

Lebih lanjut, mereka menambahkan jika likes merupakan sebuah ‘pujian’ dari followers dengan apa yang mereka kerjakan. “Likes adalah merupakan sebuah faktor motivasi bagi para influencer. Saat ini, tidak ada lagi audiens yang memberikan penghargaan dengan apa yang telah kami lakukan,” ujar Kate Weiland, salah satu influencer dari Kanada.

Hal ini tentu saja menjadi sesuatu yang aneh bagi para influencer sebab mereka kerap kali mendapatkan applause dari para pengikutnya berdasarkan total engagement yang didapatkan. Lantas, bagaimana cara memecahkan masalah ini dan apakah penghilangan ini cukup berdampak positif bagi psikologi seseorang?

Bukti sebuah survey

beli followers instagram

Trial penyembunyian likes dan komentar menuai respon negatif, terutama pada sisi instagram marketing ataupun pemasaran. Respon tersebut ternyata sesuai dengan sebuah survey yang dijalankan oleh hastaghpaid.com. Dalam laman tersebut, survey membuktikan jika influencer mengalami dampak buruk akibat dari uji coba ini.

Beberapa fakta yang terjadi di dalam lapangan adalah:

Lebih dari setengah kreator yang berada di daerah uji coba merasa mereka kehilangan setengah dari jumlah likes pada saat normal. Hal itu terjadi karena followers mereka mungkin merasakan jika konten yang dibuat, baik itu berbentuk gambar atapun video, tidak lagi relevan dengan keinginan mereka.

“Jika tombol likes tidak lagi diperlihatkan (jumlahnya), maka followers akan mengurungkan niat mereka untuk memberikan likes karena merasa konten itu tidak relevan lagi,” ucap salah satu kreator.

1 dari 3 kreator mengatakan jika jumlah komentar mereka jauh menurun setelah ujicoba ini dilakukan. Dalam media sosial, konten memang merupakan ‘raja’ namun engagement seperti likes, komentar dan follows masih tetap menjadi tujuan utamanya.

47% kreator menganggap jika mereka mengalami penurunan followers yang sangat drastis akibat dari uji coba ini. Hal tersebut membuat mereka khawatir dengan perkembangan Instagram ke depannya lantaran itu merupakan cara mereka memperkenalkan diri ke audiens yang lebih luas.

Baca Juga: Bisnis Marketing, 4 Jenis ‘Fake Influencer’ yang Tidak Cocok Buat Bisnis

Instagram Marketing Atau Anxiety?

endorse artis - alliancetalent.net

Instagram sudah setengah jalan dalam mengambil keputusan dalam penghilangan likes dan komentar. Keputusan tersebut mungkin akan berlangsung dan melibatkan wilayah yang lebih luas dan Indonesia bisa terkena dampaknya. Hal itu membuat influencer harus waspada apabila hal ini benar-benar terjadi..

Instagram mungkin sadar jika keputusan ini mungkin tidak ada yang benar ataupun salah. Sebab, apabila mereka tetap menggunakan pola yang sama, mengandalkan engagement, mereka mengkhawatirkan dampak yang terjadi, salah satunya adalah anxiety karena tidak mendapatkan apresiasi dari followers.

Jika menghilangkan anxiety merupakan sisi positif dari penghilangan ini, maka Instagram harus mengorbankan pihak lain, yakni influencer. Sebab, data analitik memang yang membuat mereka bisa tetap mendapatkan ‘uang’ dari endorsement dengan pihak-pihak terkait.

Influencer seharusnya sadar jika mereka ‘menumpang’ di sebuah platform yang bisa kapanpun goyah atau bahkan tutup. Jika mereka ingin membangun kerajaan sendiri tanpa takut diganggu dengan perubahan seperti ini, maka mereka harus membuat sebuah plaftorm sendiri yang bisa digunakan untuk mencari lahan pekerjaan. Namun masalahnya, apakah mereka bisa melakukan itu?

Daniel Nugraha