Sebagai business owner, pernah merasa kebingungan saat melihat arus kas bisnismu dan bertanya-bertanya, “Ke mana perginya semua uang ini?” Mengelola keuangan bisnis bukan hanya tentang memahami pemasukan saja lho, tetapi juga penting untuk memahami pengeluaran atau cash outflow.

Tanpa pengelolaan yang baik, cash outflow bisa menjadi perkara yang membuat bisnismu kekurangan dana untuk beroperasi. Sesuai studi dari Plooto yang menunjukkan bahwa kesenjangan cash flow bisa menyebabkan bisnis tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan mereka, hingga mengakibatkan hilangnya peluang pertumbuhan dan bahkan risiko kebangkrutan.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan cash outflow, apa fungsinya dalam bisnis, dan bagaimana cara menghitungnya? Maka dari itu, berikut pembahasan lebih lanjut mengenai cash outflow agar bisnismu tetap sehat secara finansial. Simak di bawah!

Apa Itu Cash Outflow?

Cash outflow adalah semua uang yang keluar dari bisnis untuk membayar berbagai kebutuhan, termasuk gaji karyawan, biaya operasional, pembelian bahan baku, dan kewajiban keuangan lainnya. 

Sederhananya, cash outflow adalah arus keluar kas yang terjadi saat bisnis mengeluarkan uang untuk berbagai pengeluaran. Pengeluaran ini merupakan bagian dari aktivitas bisnis sehari-hari dan sangat penting untuk memastikan bahwa bisnis dapat beroperasi dengan baik.

Namun, jika tidak dikelola dengan benar, arus kas keluar yang terlalu besar dibandingkan dengan pemasukan dapat menyebabkan masalah keuangan yang serius bagi bisnis.

Baca juga: Cash Flow dan Free Cash Flow, Apa Sih Perbedaannya?

Jenis-Jenis Cash Outflow

Arus kas keluar dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber dan tujuannya. Berikut adalah beberapa jenis utama cash outflow dalam bisnis:

1. Pengeluaran operasional (operating outflows)

  • Gaji karyawan: Pembayaran rutin untuk karyawan, termasuk gaji, bonus, dan tunjangan.
  • Biaya sewa: Pengeluaran untuk menyewa ruang kantor, pabrik, atau properti lain yang digunakan untuk operasional bisnis.
  • Pembelian bahan baku: Pengeluaran untuk membeli bahan baku yang diperlukan untuk produksi barang atau jasa.
  • Utilitas: Pembayaran untuk listrik, air, internet, dan layanan lainnya yang mendukung operasi bisnis.

2. Pengeluaran investasi (investing outflows)

  • Pembelian aset tetap: Pengeluaran untuk membeli properti, pabrik, peralatan, atau mesin yang akan digunakan dalam jangka panjang.
  • Investasi pada perusahaan lain: Pengeluaran untuk membeli saham atau investasi lainnya pada perusahaan lain.
  • Pengeluaran untuk R&D: Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan produk baru atau peningkatan teknologi.

3. Pengeluaran pembiayaan (financing outflows)

  • Pembayaran dividen: Pengeluaran untuk membayar dividen kepada pemegang saham.
  • Pelunasan utang: Pengeluaran untuk membayar kembali pinjaman atau kewajiban lain yang dimiliki perusahaan.
  • Bunga pinjaman: Pembayaran bunga atas pinjaman atau utang yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Pengeluaran non-operasional (non-operating outflows)

  • Pajak: Pembayaran pajak penghasilan, pajak penjualan, atau pajak lainnya yang diwajibkan oleh pemerintah.
  • Sumbangan atau CSR: Pengeluaran yang dialokasikan untuk kegiatan sosial atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Baca juga: Kenapa Kamu Butuh Proyeksi Cash Flow? Ini 5 Alasannya!

Fungsi Memahami Cash Outflow dalam Bisnis

Berikut fungsi cash outflow bagi bisnis, di antaranya:

1. Mengelola cash flow

Pengeluaran uang secara berkala membantu bisnis untuk memastikan bahwa ada dana yang cukup untuk kebutuhan operasional sehari-hari. Dengan memahami kapan dan berapa banyak uang yang keluar, bisnis dapat merencanakan arus kasnya dengan lebih baik. 

Misalnya, jika bisnismu mengetahui bahwa setiap bulan harus membayar supplier bahan baku dan gaji karyawan pada tanggal tertentu, nah kamu dapat mempersiapkan dana yang diperlukan sebelumnya.

2. Mengurangi risiko keuangan

Dengan mengelola arus kas keluar secara efektif, bisnis bisa mengurangi risiko tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan. Contoh sederhananya adalah memastikan bahwa pembayaran kepada supplier dilakukan tepat waktu untuk menghindari denda atau penghentian suplai.

3. Membangun kepercayaan mitra bisnis

Pengelolaan arus kas keluar yang baik juga dapat membantu membangun kepercayaan dengan mitra bisnis. Ketika kamu selalu membayar vendor atau supplier tepat waktu, ini menunjukkan profesionalisme dan tanggung jawab, yang dapat memperkuat hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.

4. Menarik minat investor

Investor cenderung lebih tertarik pada bisnis yang memiliki pengelolaan keuangan yang baik, termasuk arus kas keluar. Ketika sebuah bisnis bisa menunjukkan bahwa mereka memiliki kontrol yang baik terhadap pengeluaran mereka, ini akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modal.

Cara Menghitung Cash Outflow

Berikut adalah langkah-langkah dasar dalam menghitung cash outflow:

1. Identifikasi semua pengeluaran

Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua jenis pengeluaran yang terjadi dalam periode tertentu (misalnya, bulanan atau tahunan). Pengeluaran ini bisa termasuk gaji, sewa, utilitas, pembelian bahan baku, pembayaran utang, pajak, dan biaya lainnya.

2. Kategorikan pengeluaran berdasarkan jenisnya

Kategorikan pengeluaran menjadi operasional, investasi, dan pembiayaan. Ini membantu dalam menganalisis dari mana pengeluaran terbesar berasal dan bagaimana hal ini memengaruhi cash flow bisnis.

3. Hitung total pengeluaran dari setiap kategori

Hitung total pengeluaran untuk setiap kategori yang telah diidentifikasi. Ini akan memberikan gambaran jelas tentang berapa banyak uang yang keluar untuk operasional sehari-hari, investasi, dan pembiayaan.

Contoh: Jika total pengeluaran operasional adalah Rp100 juta, investasi Rp50 juta, dan pembiayaan Rp30 juta, maka total arus kas keluar adalah Rp180 juta.

4. Gunakan rumus dasar untuk cash outflow

Rumus dasar untuk menghitung cash outflow adalah:

Total Cash Outflow = Total Pengeluaran Operasional + Total Pengeluaran Investasi +

Total Pengeluaran Pembiayaan

Dengan menjumlahkan semua kategori pengeluaran, kamu akan mendapatkan total arus kas keluar untuk periode yang dihitung.

Contoh: Dalam contoh sebelumnya, total cash outflow untuk bulan tersebut adalah Rp180 juta.

5. Analisis dan bandingkan dengan cash inflow

Setelah menghitung total cash outflow, penting untuk membandingkannya dengan cash inflow (arus kas masuk) untuk periode yang sama. Ini membantu untuk menentukan apakah bisnis mengalami surplus atau defisit dalam arus kas.

Contoh: Jika cash inflow dalam bulan tersebut adalah Rp200 juta, maka bisnis masih memiliki surplus arus kas sebesar Rp20 juta. Namun, jika cash inflow hanya Rp150 juta, berarti ada defisit sebesar Rp30 juta yang perlu dikelola.

Baca juga: Cash Flow yang Sehat dan Tidak, Dinilai dari Mana?

Demikianlah penjelasan mengenai cash outflow, mulai dari pengertian, jenis, hingga cara menghitungnya. Pada akhirnya, arus kas keluar memainkan peran yang sangat penting dalam kesehatan keuangan bisnis. 

Dengan memahami dan menghitung arus kas keluar secara akurat, kamu bisa memastikan bahwa bisnismu memiliki arus kas yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan operasional dan keuangan. 

Untuk mempermudah pengelolaan cash outflow secara real-time, gunakan saja Paper.id. Dengan fitur otomatisasi yang ditawarkan Paper.id, kamu bisa memantau cash outflow dengan lebih efisien, membuat laporan keuangan yang akurat, dan mengelola invoicing serta pembayaran dengan lebih mudah. 

Yuk, gunakan Paper.id sekarang juga untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan bisnismu dengan cara klik tombol di bawah ini!

Muhamad Dika Wahyudi
Latest posts by Muhamad Dika Wahyudi (see all)