Bagaimana perusahaan seperti Toyota, Dell, dan Zara bisa beroperasi dengan efisiensi tinggi, tanpa stok menumpuk, namun tetap responsif terhadap permintaan pasar? Jawabannya ada pada konsep Just In Time (JIT).

Konsep ini secara nyata telah membuat bisnis-bisnis besar seperti Toyota melejit, dan tentunya bisa dilakukan juga untuk bisnis skala apa pun.

Yuk, simak penjelasan lengkapnya di sini!

Apa Itu Just In Time (JIT)?

Mengutip Investopedia, Just In Time adalah sistem manajemen operasional yang berfokus pada pengurangan pemborosan dengan hanya memproduksi dan menerima barang saat dibutuhkan, bukan sebelumnya. 

Filosofi ini pertama kali dikembangkan oleh Toyota pada 1970-an dan menjadi bagian penting dari Toyota Production System (TPS).

Di era bisnis yang menuntut kecepatan, efisiensi biaya, dan ketahanan rantai pasok, JIT semakin relevan. 

Hal ini begitu penting bagi manajer operasional, profesional supply chain, pemilik bisnis, atau mahasiswa manajemen yang ingin memahami bagaimana proses produksi bisa dijalankan lebih ramping dan responsif.

Secara konsep, JIT bertujuan untuk:

  • Mengurangi pemborosan (waste)
  • Meningkatkan efisiensi produksi
  • Menyesuaikan pasokan bahan atau barang dengan kebutuhan aktual

Berbeda dengan pendekatan tradisional yang menyimpan stok dalam jumlah besar (Just In Case), JIT hanya membeli atau memproduksi saat benar-benar dibutuhkan.

Baca Juga: Inventory Management System: Definisi dan Pentingnya untuk Bisnis

Manfaat Penerapan Just In Time dalam Bisnis

Dengan mengurangi kebutuhan akan gudang besar dan stok berlebih, JIT membantu bisnis menekan biaya penyimpanan, mengurangi risiko barang kadaluarsa atau rusak, dan menjaga arus kas tetap sehat. 

Produksi yang lebih efisien juga mempercepat waktu penyelesaian pesanan dan meningkatkan respons terhadap permintaan pasar.

Di sisi kualitas, karena cacat dicegah sejak awal, produk yang dihasilkan cenderung lebih konsisten. 

JIT juga mendorong kolaborasi antardepartemen dan memberikan ruang untuk perbaikan proses yang berkelanjutan.

Tiga Pilar Filosofi JIT

1. Penghapusan pemborosan (Muda)

Ini adalah prinsip paling mendasar dari JIT. 

Pemborosan (muda) dalam sistem JIT adalah segala sesuatu yang tidak menambah nilai pada produk atau layanan. 

Pemborosan yang dimaksud mencakup hal-hal seperti produksi berlebihan, menunggu, transportasi yang tidak perlu, pemrosesan berlebihan, kelebihan inventaris, gerakan yang tidak perlu, dan cacat. 

JIT berupaya mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan ini untuk merampingkan proses dan mengurangi biaya.

2. Peningkatan berkesinambungan (Kaizen)

JIT bukanlah sistem yang statis; ini adalah perjalanan peningkatan berkelanjutan. Filosofi ini, yang dikenal sebagai Kaizen, menekankan bahwa semua karyawan, dari manajemen puncak hingga lini produksi, terus mencari cara untuk meningkatkan proses, menghilangkan pemborosan, dan meningkatkan kualitas. 

Kaizen berfokus melakukan perubahan kecil dan bertahap secara teratur untuk mencapai peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu.

3. Penghargaan terhadap karyawan

Keberhasilan JIT sangat bergantung pada partisipasi aktif dan komitmen semua karyawan. Artinya, upaya ini melibatkan pemberdayaan karyawan untuk mengidentifikasi masalah, menyarankan solusi, dan mengambil kepemilikan atas pekerjaan mereka. 

Keterlibatan tersebut termasuk pelatihan silang (cross-training), mempromosikan budaya kerja tim, dan menghargai masukan mereka. 

Rasa hormat yang kuat terhadap karyawan menumbuhkan motivasi dan kemauan untuk berkontribusi pada upaya peningkatan berkelanjutan.

Baca Juga: Warehouse Management System: Pengertian, Proses, dan Rekomendasi

Contoh Nyata Implementasi JIT

1. Toyota

Sebagai pionir JIT, Toyota mengubah cara produksi mobil: semua komponen dikirim saat dibutuhkan. Hasilnya, efisiensi tinggi dengan biaya penyimpanan rendah.

2. Dell

Dell menggunakan JIT untuk merakit komputer berdasarkan pesanan pelanggan. Ini membuat mereka bisa menyesuaikan produk dengan cepat tanpa stok berlebih.

3. Zara

Dalam industri fashion yang cepat berubah, Zara mengandalkan JIT untuk merespons tren. Produksi dan distribusi dilakukan dalam batch kecil dan cepat.

4. Industri lain

Restoran cepat saji, logistik, dan food & beverage juga mulai menerapkan prinsip JIT, terutama untuk produk yang mudah rusak atau tren tinggi.

Baca Juga: Purchase Order Management System: Pengertian, Cara Kerja, & Manfaatnya

Apakah Just In Time Cocok untuk Bisnismu?

Just In Time bukan sekadar metode produksi—ini adalah strategi bisnis untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan menyehatkan arus kas. Namun, implementasinya perlu perencanaan, kedisiplinan, dan dukungan teknologi.

Di masa depan, teknologi seperti AI, IoT, dan predictive analytics akan semakin memperkuat sistem JIT. Kamu bisa mulai dengan mengevaluasi proses bisnismu sekarang: apakah prosesnya sudah ramping? Apakah stok sering berlebih?

Kalau kamu ingin mengelola alur pesanan, stok, dan pembayaran lebih efisien, kamu bisa mulai dari sistem yang terintegrasi, misalnya Paper.id

Dengan platform Paper.id, kamu bisa mencatat pesanan, mengatur invoice, dan memantau arus kas secara real-time—semua terhubung ke mitra supplier dan pelangganmu. 

Siap bergerak lebih cepat dengan proses Just In Time? Yuk, coba Paper.id sekarang. Gratis!

Content Writer dengan 4 tahun pengalaman menangani konten beragam topik di berbagai industri baik B2C dan B2B, termasuk bisnis, ekonomi, keuangan, dan sebagainya. Saat ini menulis di Paper.id untuk memperkaya wawasan pemilik bisnis dan memajukan industri B2B seluruh Indonesia.
Nadiyah Rahmalia