Proses panjang dilalui dalam melakukan manajemen inventaris. Terlebih lagi dalam sebuah gudang perusahaan terdapat berbagai jenis produk dengan cara perawatan yang berbeda pula. Tergantung dari aktivitas bisnis sendiri, manajemen inventaris dibagi ke dalam 4 tahapan, yaitu raw material, work in process, finished goods dan MRO goods.

Hai pengusaha, ini merupakan bab ke-3 dari Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula. Jika kamu ingin mendalami pemahaman tentang pengelolaan gudang atau inventory management, kamu bisa lihat daftar lengkapnya di bawah ini:

  1. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Introduction (Part 1)
  2. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Masalah dalam Gudang (Part 2)
  3. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Tipe Pengolahan Stok (Part 3)  – Kamu disini.
  4. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Metode (Part 4).
  5. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Alur Proses (Part 5)
  6. Ultimate Guide Inventory Management Khusus Pemula: Kesimpulan (Part 6)

Bahan Baku (Raw Material)

Raw material adalah bahan dasar yang dibeli sebuah perusahaan dari supplier untuk membuat produk yang akan dijual kepada klien. Contohnya adalah pembelian terigu untuk sebuah restoran pizza ataupun kain untuk pembuatan baju.

Peran raw material dalam sebuah perusahaan sangatlah vital. Tanpa adanya bahan mentah ini, perusahaan tidak bisa membuat produk untuk pelanggan. Akibatnya, arus kas menjadi bermasalah karena tidak adanya profit atau pemasukkan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Work In Process (WIP)

Tahapan kedua setelah raw materials adalah work in process (WIP) yang merupakan proses pembuatan bahan-bahan mentah menjadi produk jadi untuk dijual kepada konsumen. Ini bukanlah proses terakhir sebab masih dalam produksi yang memerlukan pemeriksaan final.

Contohnya mungkin bisa dianalogikan seperti sepasang sepatu yang telah selesai dibuat namun belum bisa langsung dijual kepada pelanggan sebab harus dibuatkan kardus atau packing terlebih dahulu. Sentuhan akhir akan terjadi pada proses selanjutnya.

Stok WIP inilah yang seringkali menjadi beban tersembunyi bagi banyak perusahaan manufaktur. Walaupun tidak terasa, namun semakin banyak WIP yang terkumpul pada jalur produksi, ini artinya semakin banyak stok yang tidak bisa dijual maupun dikembalikan kepada supplier. Namun stok WIP harus tetap ada supaya kapasitas jalur produksi tetap maksimal. Untuk mengatur masalah ini akan dibahas pada bagian Just-in-Time (JIT) Inventory. 

Finished Goods

Ini adalah tahapan terakhir yang termasuk di dalam manajemen gudang. Pada tahap ini, produk sudah selesai dan bisa dijual kepada konsumen. Sebuah produk akan bisa dikatakan bagus apabila telah melewati quality control yang dilakukan dengan cara sesuai perusahaan itu sendiri.

Misalnya dalam perusahaan sepatu, pengecekan terakhir biasanya dilakukan adalah dengan memeriksa secara detail mengenai warna dari sepatu dan kerapian penjahitan.

MRO Goods

Maintenance, repair and operating supplies (MRO) Goods adalah merupakan alat ‘pendukung’ dalam sebuah proses produksi. Walaupun digunakan untuk menghasilkan produk, MRO Goods tidak bisa dikategorikan ke dalam tahapan finished goods.

Dengan kata lain, MRO Goods adalah penunjang setelah produk selesai dibuat. Tujuannya adalah untuk merawat, memperbaiki ataupun mengoperasikan produk. Alat-alat yang termasuk sebagai MRO Goods adalah:

  • Peralatan industri (katup, kompresor, pompa).
  • Barang habis pakai (peralatan kantor, laboratorium, dll).
  • Alat keamanan (sarung tangan, helm, sepatu kerja dll).

MRO Goods adalah tipe barang yang pengusaha sering menganggap-remeh untuk diatur. Namun pada perusahaan yang padat modal (capital intensive), contoh pertambangan atau oil and gas, kumpulan MRO Goods bisa mencapai angka ratusan juta!

Defective Goods

Tidak ada satupun perusahaan yang mampu membuat produk 100% sempurna. Diantara sekian banyak produk yang diproduksi, pasti akan ada hasil yang kurang sempurna (cacat) baik dari segi warna, ukuran ataupun besaran. Produk ini disebut sebagai defective goods.

Kerusakan sebuah produk memang tidak dapat diukur namun hal ini bisa dicegah sejak pertama bahan baku produk (raw material). Pemeriksaan bahan baku bisa menjadi solusi paling bagus untuk menghasilkan produk terbaik nantinya.

Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan cara melakukan inspeksi pada saat melakukan pembuatan produk. Biasanya, pihak pengawas akan mengambil sampel dari masing-masing produk untuk diteliti apakah ada kemungkinan kecacatan atau tidak.

Buat kamu yang penasaran untuk mengetahui inventory management lebih lanjut, kamu bisa baca semua keseluruhan babnya di bawah ini:

Daniel Nugraha