“3 tahun lalu, kami mencoba melakukan beberapa penyesuaian untuk Blackberry Messenger (BBM), salah satu aplikasi pesan singkat yang pernah kamu gunakan, sebuah platform multifungsi yang bisa digunakan tidak hanya untuk menelepon dan mengirim pesan namun juga melakukan berbagai hal menarik lainnya,” tulis pihak Blackberry di dalam postingan mereka.

Pernyataan yang dibuat oleh pihak Blackberry tersebut dirilis pada tanggal 31 Mei 2019. Di hari itu pula, Blackberry secara resmi menutup aplikasi pesan instan BBM dikarenakan semakin kurangnya minat dari para pengguna.

BBM sebenarnya berbenah. Mereka sempat melakukan beberapa perubahan besar, salah satunya merilis aplikasi tersebut untuk versi Android. Sayangnya, strategi itu dinilai terlambat lantaran berkembangnya aplikasi lain bernama Whatsapp atau WA.

Baca juga: Fitur WhatsApp Yang Bisa Digunakan Untuk Bisnis

Pada 2020, WA telah memasuki usia mereka yang ke-11. Berbanding terbalik dari BBM, Whatsapp malah terus berkembang dengan pesat, baik dari segi pengguna bahkan hingga pendapatan. Terima kasih kepada Mark Zuckerberg, sang pemilik saat ini.

Whatsapp juga melakukan beberapa perubahan setiap periodenya. Terbaru, mereka memutuskan untuk memberikan biaya berlangganan bagi para penggunanya. Dengan kata lain, WA tidak lagi gratis. Lantas, bagaimana transformasi Whatsapp dari awal pembuatan hingga saat ini yang menetapkan biaya berlangganan?

Masa-masa Awal Whatsapp

Pada tahun 2009, aplikasi messenger Whatsapp diluncurkan pertama kali tepatnya pada bulan Februari oleh dua orang mantan pegawai Yahoo bernama Brian Acton dan Jan Koum. Pada awalnya, WA hanya bisa digunakan untuk pengiriman pesan antara dua orang saja, tidak ada sistem grup dll.

Tepat setahun berselang, WA merilis fitur baru pertama mereka yakni sharing location dimana semua pemilik akun bisa memberikan informasi tentang keberadaan suatu tempat. Fitur tersebut cukup booming dan digunakan sebagian besar penggunanya pada masa itu.

Kemudian di tahun 2011, Whatsapp memecahkan rekor pribadi yakni dalam sehari terdapat sekitar 1 miliar pesan yang terkirim di aplikasi tersebut. Bersamaan dengan itu, mereka juga merilis fitur grup yang memungkinkan beberapa pengguna mengirimkan pesan berantai sekaligus ke lebih dari satu orang.

Pemecah Rekor

5 tahun setelah berdiri, Whatsapp semakin berkembang dan menjadi aplikasi pengirim pesan nomor satu di dunia. Tak lama berselang, WA diakuisisi oleh Facebook dengan total kesepakatan mencapai 19 miliar dollar atau kurang lebih 233 triliun rupiah. 

Momen tersebut ditandai dengan kehadiran fitur baru mereka yakni recording message dimana semua orang bisa mengirimkan pesan suara mereka. Pada saat itu, pengguna Whatsapp sendiri telah mencapai 500 juta pengguna. Cukup fantastis untuk perusahaan yang masih terbilang muda dari segi usia.

Pemilik Facebook, Mark Zuckerberg sempat dinilai ‘gila’  karena mengeluarkan uang terlalu besar untuk membeli Whatsapp. Namun, Mark berhasil menghapus stigma negatif tersebut dan membuat WA semakin digemari saat ini oleh semua kalangan, baik itu kelas atas hingga bawah.

Lahirnya Fitur-fitur Besar

Di tahun 2015 hingga 2019, Whatsapp kemudian kembali meluncurkan berbagai fitur besar yang menopang kebutuhan pengguna. Diawali dengan WA Web, yakni memungkinkan pengguna menggunakan aplikasi instan tersebut via desktop ataupun laptop.

Selanjutnya, WA merilis beberapa fitur lainnya seperti Video Call dan juga Whatsapp Business. Untuk fitur yang terakhir, itu sangatlah menarik terutama bagi mereka yang memang terjun ke dalam dunia bisnis. 

Namun, perjalanan Whatsapp menjadi salah satu aplikasi pesan instan terpopuler di dunia tidak selalu mulus. Ada beberapa kejadian kontroversial yang sempat mengaitkan mereka dengan tindakan cyber kriminal, salah satunya adalah pencurian identitas.

Baca juga: Ubah Peraturan Privasi Data, Aman Chatting Bisnis di Whatsapp?

Kontroversi Whatsapp

Whatsapp berencana membuat aplikasi mereka menjadi berbayar seharga 1 dollar atau kurang lebih 14 ribu rupiah setiap setahunnya. Pengguna tidak diwajibkan untuk membayar namun mereka yang memilih menggunakan secara gratis harus rela menonton iklan yang nantinya akan tersedia di aplikasi tersebut.

Sebenarnya, itu bukanlah satu-satunya kontroversi yang pernah dilakukan oleh Whatsap. Dikutip dari Tech in Asia, ini beberapa kontroversi mereka lainnya:

Di tahun 2015, Whatsapp membuat peraturan nyeleneh di Dubai dan Abu Dhabi. Pengguna yang menggunakan WA di kedua kota tersebut tidak boleh menggunakan kata kasar. Jika hal itu dilanggar, maka dikenakan denda mencapai 45 ribu euro atau 790 juta rupiah.

Dua bulan setelahnya, celah keamanan Whatsapp versi web terserang oleh malware sehingga ada kemungkinan jika data-data pribadi para penggunanya bocor ke publik.

Masih di tahun yang sama, Whatsapp secara sengaja memblokir akses-akses yang menghubungkan antara link mereka ke telegram. Dengan begitu, link yang didirect ke website tersebut tidak akan aktif.

Masih ada banyak lagi kontroversi lainnya.