Mendirikan perusahaan startup masih menjadi dambaan masyarakat dunia khususnya anak muda. Melansir dari laporan MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia), di Indonesia sendiri, hampir 70% pendiri startup didominasi oleh generasi Y yakni mereka yang lahir pada tahun 1981 sampai 1994.
Semangat pendiri startup generasi Y ini untuk berkreasi dan keberanian dalam pengambilan keputusan memang patut dipuji. Ini pula yang mendorong perusahaan rintisan bergelar Unicorn seperti Xendit, Gojek, Blibli, Ajaib, dll terus menjamur. Walaupun demikian, minimnya pengalaman serta keterbatasan modal disinyalir masih menghantui mereka saat hendak mengakselerasi bisnis. Kondisi pun semakin terpuruk akibat COVID-19 yang membuat sebagian lini bisnis mereka mengalami pivot atau bahkan berhenti total. Melihat realita ini, banyak pendiri startup lain mulai memprioritaskan untuk bekerjasama dengan investor perorangan (angel investor) hingga lembaga keuangan seperti Bank serta Modal Ventura.
Menariknya, banyak para ekonom terkenal di dunia mengingatkan kerjasama strategis ini seperti dua mata pisau. Di satu sisi, dengan adanya sinergi ini, pendiri startup tidak hanya akan memiliki keluasan dalam menjaga arus kas mereka, tetapi juga akses akan mentor. Di sisi lainnya, kolaborasi juga akan memberikan tekanan dan ekspektasi yang lebih kepada mereka. Hal ini biasanya dikarenakan ketidakcocokan budaya kerja dan asas ketidakpercayaan. Melakukan riset sebagai bagian selektif dalam memilih investor juga menjadi penting.
Alhasil, berkaca pada poin sebelumnya, suntikan dana investor tidaklah menjadi sebuah keharusan untuk pengembangan bisnismu. Benar bahwasanya semakin besar bisnis yang ditangani, semakin besar pula modal yang kita butuhkan. Bagaimanapun juga, kamu tetap harus berhati-hati dan mempelajari secara matang persyaratan dan tantangan apa saja yang akan kamu temui ketika menandatangani kontrak untuk bekerjasama dengan investor. Mereka bukanlah orang dermawan yang dengan secara cuma-cuma menitipkan uangnya, sehingga bisa jadi ini adalah bumerang bagi pengembangan bisnismu.
Investor Bukan Segalanya Bagi Kesuksesan Bisnis
Cerita sukses pendiri startup yang game-changing dan menginspirasi sesama pelaku bisnis berkat penggalan dana investor pun tak terhitung. Di dalam negeri, perusahaan dengan brand Traveloka misalkan, kini terus menjadi top of mind apabila seseorang hendak bepergian. Di tahun 2012, perusahaan yang didirikan oleh Ferry Unardi dan kawan-kawan awalnya hanya memberikan jasa berupa pencarian perbandingan untuk harga tiket pesawat dari berbagai situs. Berkat dana investor, traveloka telah menjelma sebagai aplikasi super (superapps) untuk segala jenis pemesanan tiket dan juga berhasil melakukan ekspansi pasar hingga ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dll.
Nama besar lain seperti Tokopedia juga turut meramaikan pasar dengan cerita inspiratifnya. Bagaimana tidak, perusahaan berlambang burung hantu berwarna hijau ini berhasil menarik hati perusahaan-perusahaan raksasa dunia seperti Google, Temasek Holdings Pte, Sequoia Capital, SoftBank Internet and Media Inc serta Alibaba untuk berinvestasi kepada mereka. Tak heran jika, Tokopedia didapuk sebagai salah satu E-commerce terbaik di dunia bersanding dengan Amazon, Alibaba, dll.
Lantas demikian, apakah untuk menjadi perusahaan sukses, para pelaku bisnis perlu untuk fokus pada upaya penggalangan dana investor? Jawabannya, sama sekali tidak.
Memilih Mandiri, Tolak Investor
Menolak tawaran investor malah sukses besar. Inilah yang dialami perusahaan seperti Tuft & Needle yang bermarkas besar di San Fransisco. Bagi yang tidak mengenal perusahaan ini, Tuft & Needle adalah salah satu perusahaan pemasok kasur tidur primadona rakyat Amerika yang berteknologi tinggi. Alasan kuat mereka mengurungkan niat untuk tidak terpikat pada rayuan investor adalah ketakutan mereka untuk terus beroperasi sesuai dengan keinginan investor, walaupun pernah di suatu kondisi mereka terpaksa untuk melakukan pinjaman sebesar US$ 500 ribu pada Bond Street guna menjaga aliran kas agar tetap optimal. Utang tersebut tak pernah menjadi kendala mengingat perusahaan ini terus mendulang keuntungan labat berlipat ganda, dan tak gentar untuk bersaing dengan perusahaan sejenis seperti Casper yang aktif didanai modal ventura.
Alih-alih berbangga untuk mengumumkan kerjasama dengan venture capital firms kelas dunia, Zoho Corporation, perusahaan yang menyuplai software bisnis, malah terus mengedukasi market bahwa menjadi bootstrap atau perusahaan dengan modal sendiri itu perlu. Tidak sampai disitu, kekhasan petinggi Zoho untuk mengesampingkan lantai bursa sebagai salah satu tujuan mereka juga menarik untuk dikaji seperti yang terlansir melalui laman blog perusahaan mereka. Telah berusia lebih dari seperempat abad dan berkantor pusat di India, Zoho diklaim sebagai platform pengembangan aplikasi termurah (low-code) saat ini sehingga sudah digunakan oleh ratusan juta orang yang tersebar hampir di 200 negara di dunia. Seluruh angka pencapaian dan prestasi yang dinobatkan menurut CEO nya, Sridhar Vembu, adalah buah upaya dari kerasnya komitmen mereka untuk terus lincah tanpa adanya benturan kepentingan dengan investor.
Penggalangan dana atau tidak adalah infinite game bagi pelaku bisnis. Jika kamu memilih setuju, maka bersiaplah untuk menghadapi gempuran ekspektasi dari partner investor. Investor apalagi sekelas modal ventura tidak mencari perusahaan bernilai jutaan atau bahkan milyaran dolar, tetapi mereka menginginkan perusahaan multi-miliar dolar. Maka daripada itu, campur tangan mereka akan selalu eksis dan bisa jadi mempengaruhi keputusan bisnismu di kemudian hari. Banyak cerita dimana personil modal ventura terbilang lebih agresif ketimbang pendiri perusahaan rintisan, dimana seringkali menekankan pada ekspansi bisnis secepat mungkin, penambahan armada sebanyak mungkin, dan menjadikan pertumbuhan (growth) diatas profit.
Maka daripada itu, jika kamu hendak melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat, wajib hukumnya untuk selektif. Paling tidak kamu perlu mempertimbangkan 3 hal yakni seperti apa tipe funding yang kamu butuhkan (angel investors, crowdfunding, atau venture capital) yang disesuaikan dengan tahap bisnismu saat ini, seberapa besar dana yang kamu butuhkan, dan bagaimana budaya kerjasama list modal ventura yang mau kamu targetkan.
Setelah itu, mulailah untuk membuat pitch deck yang menarik berikut dengan data pendukung seperti laporan keuangan dan proyeksi bisnismu, menggali technical terms terkait kerjasama dengan investor, dan ikuti kompetisi serta platform lainnya sehingga kamu berkesempatan untuk langsung bertemu dengan calon investor.
Baik menggunakan dana investor ataupun tidak, pada akhirnya paling penting bagi bisnis untuk bisa mengelola keuangan dan operasionalnya dengan baik. Di era teknologi yang serba canggih ini, sudah ada banyak sarana untuk memaksimalkan potensi bisnis lewat automasi, seperti Paper.id, platform invoicing dan pembayaran digital untuk bisnis. Dengan Paper.id, kamu dapat merasakan nikmatnya membuat invoice secara digital dalam waktu singkat, kirim dan terima pembayaran dengan berbagai opsi termasuk kartu kredit, dan masih banyak kelebihan lainnya.
Yuk, download dan daftarkan bisnismu ke Paper.id sekarang!
- 5 Alternatif Pinjaman Modal Usaha untuk UMKM agar Bisnis Makin Maju - Oktober 10, 2024
- Apa Itu Cost of Fund? Cara Kerja, Unsur, hingga Faktor-Faktornya - Oktober 10, 2024
- Biaya Operasional Bisnis: Jenis-Jenis dan Cara Menghematnya - Oktober 10, 2024