Pada bulan Agustus 2018, Badan Pusat Statistik mengatakan jika Indonesia mengalami deflasi mencapai 0,05%. Hasil tersebut ternyata berbanding terbalik dengan bulan lalu. Pada Juli 2018, Indonesia malah mengalami inflasi mencapai 0,28%. Jika dilihat dari perbandingan dua bulan terakhir, Indonesia sepertinya berada di posisi yang aman, setidaknya mencapai akhir tahun 2018 ini.
Inflasi dan deflasi merupakan dua hal yang seringkali dibicarakan. Sebab, hal tersebut akan mempengaruhi posisi perekonomian Indonesia ke depannya. Biasanya, inflasi selalu dikaitkan dengan harga barang yang semakin mahal. Sebaliknya, deflasi adalah penurunan harga barang yang dijual oleh masyarakat. Peningkatan dan penurunan harga di pasar sangat ditentukan oleh kedua hal ini.
Bukan hanya berdampak pada sektor tersebut, inflasi dan deflasi ternyata juga sangat mempengaruhi keberlangsungan pelaku usaha di Indonesia dalam melancarkan bisnisnya lantaran sebagian besar dari mereka masih banyak yang menggantungkan bahan baku secara impor dari luar negeri. Lantas, apa sih sebenarnya inflasi dan deflasi? mengapa kedua hal tersebut menjadi faktor penting dalam kesejahteraan rakyat di Indonesia?
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah meningkatnya sebuah harga secara signifikan akibat satu dan lain hal. Kenaikan harga di satu atau dua produk tidak bisa disebut sebagai inflasi. Sebab, inflasi dapat dikatakan apabila ada peningkatan sebuah harga produk dan mempengaruhi produk lainnya. Contoh yang paling terlihat adalah bahan bakar, seperti pertalite dan pertamax. Apabila kedua produk tersebut naik, otomatis seluruh harga lainnya juga akan ikut tertarik.
Penyebab Inflasi
Inflasi tidak terjadi secara sengaja sebab ada beberapa penyebab yang biasanya akan mempengaruhi kenaikan harga, semisal:
1. Kurs Rupiah Melemah
Peningkatan harga pertama terjadi karena kurs rupiah yang melemah terhadap mata uang asing. Hal ini terjadi lantaran Indonesia masih melakukan kegiatan impor di beberapa sektor, salah satunya adalah pangan.
2. Meningkatnya Daya Beli Masyarakat
Inflasi juga bisa terjadi apabila daya beli masyarakat terhadap suatu barang atau jasa meningkat. Namun, kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan jumlah barang yang siap dijual ke masyarakat. Akibatnya, penjual menaikan harga jual demi mendapatkan laba besar dan keuntungan pribadi.
3. Peningkatan Biaya Produksi
Sebuah produk pasti akan mengalami inflasi apabila biaya produksi meningkat. Biasanya, hal tersebut ditenggarai oleh beberapa hal, salah satunya kenaikan biaya BBM yang diakibatkan dari kurs rupiah yang melemah terhadap dollar.
Venezuela dan Inflasi Terparah di Dunia
Inflasi dengan skala kecil memang tidak terlalu mempengaruhi keadaan ekonomi di sebuah negara. Namun, pernahkah kalian membayangkan apa yang terjadi kepada sebuah negara apabila diguncang dengan inflasi yang besar? tengok saja Venezuela. Negara asal Benua Amerika Selatan tersebut tengah dirundung bencana inflasi super masif hingga mencapai 13 ribu persen!
Dulunya, Venezuela merupakan sebuah negara yang sangat makmur sebab mereka mempunyai cadangan minyak bumi yang berlimpah. Namun, kekayaan itu tinggal kenangan karena harga minyak dunia yang anjlok. Sejak empat tahun terakhir, Venezuela harus mengalami inflasi besar-besaran yang puncaknya terjadi saat ini. Sebagai contoh, masyarakat harus mengeluarkan uang 14 juta bolivar atau sekitar 32 ribu rupiah (kurs Indonesia) untuk membeli seekor ayam.
Usut punya usut, penyebab hyperinflasi tersebut terjadi lantaran utang luar negeri Venezuela yang cukup besar. Keadaan semakin diperparah ketika pemerintah malah mencetak uang sebanyak-banyaknya bukan memaksimalkan pajak untuk menutupi biaya utang itu sehingga perputaran uang malah lebih besar dibandingkan dengan barang dan jasa yang ada di negara tersebut.
Pengertian Deflasi
Deflasi merupakan keterbalikan dari inflasi, yakni menurunnya harga-harga atau produk di pasaran yang disebabkan oleh jumlah perputaran uang yang ada di masyarakat. Banyak yang mengatakan jika deflasi adalah hal yang menguntungkan padahal kenyataanya tidak. Deflasi sama berbahaya seperti inflasi apalagi di sektor bisnis. Para pelaku usaha pasti akan mengalami kerugian karena produknya tidak laku ataupun terpaksa memangkas harga demi memangkas ongkos produksi.
Penyebab Deflasi
Sama seperti inflasi, ada beberapa faktor yang menyebabkan deflasi terjadi di sebuah negara sehingga perputaran uang di sana menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan barang yang tersedia.
1. Produk lebih banyak dibandingkan uang
Deflasi terjadi karena perputaran uang di sebuah negara dengan jumlah barang atau produk itu tidak seimbang. Produk yang terlalu banyak membuat para pelaku usaha terpaksa menurunkan harga agar barangnya laku di pasaran. Di sisi lain, konsumen malah menunda membeli barang sehingga rantai ekonomi menjadi terganggu.
2. Menurunnya Daya Beli Masyarakat
Penurunan daya beli masyarakat juga bisa menjadi dampak dari adanya deflasi. Jika hal ini terjadi, pelaku usaha pasti akan mengalami kerugian karena produk mereka tidak laku dan hanya menumpuk di gudang.
Cara Atasi Deflasi
Deflasi berkepanjangan bukanlah sesuatu yang bagus dan malahan bisa dibilang sebagai pelemahan ekonomi. Oleh karena itu, jika deflasi terjadi, pemerintah diharapkan dapat cepat turun tangan dengan memberikan bantuan likuiditas kepada para pelaku usaha. Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan dispensasi pemotongan pajak agar perekonomian sebuah negara akan kembali berputar seperti sedia kala.
Deflasi harus diatasi dengan cepat. Karena jika tidak, peristiwa The Great Depression yang terjadi di Amerika Serikat pada sekitar tahun 1930-an akan kembali terulang. Kala itu, setiap toko sangat penuh dengan produk berkualitas. Sayangnya, tidak ada satupun konsumen yang mau membeli. Lebih lanjut, lesunya jual beli tersebut membuat angka pengangguran semakin bertambah. Sejarah mencatata sekitar 25% warga Amerika Serika menganggur kala itu.
Lebih Baik Mana, Inflasi atau Deflasi untuk Pelaku Usaha?
Inflasi dan deflasi merupakan dua hal yang selalu terjadi. Namun, menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, lebih baik merasakan inflasi dibandingkan dengan deflasi. Sebab, deflasi membuat perekonomian sebuah negara tampak lesu karena tidak ada aktivitas jual beli yang terjadi. Akan tetapi, ia juga tidak mengiyakan 100% mengenai inflasi. Karena, Venezuela menjadi contoh negara yang terpuruk akibat dari inflasi besar-besaran tersebut.
Jika berbicara mengenai sektor bisnis, manakah yang lebih antara inflasi dan deflasi?
Inflasi dengan skala kecil memberikan dampak yang baik terhadap beberapa sektor industri, salah satunya bagi para petani kopi. Seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya (klik disini), para petani kopi di Garut mendapatkan untung besar karena inflasi yang terjadi. Sebab, mereka bisa mendapatkan untung lebih besar dari biasanya.
Akan tetapi, apabila inflasi besar terjadi, pelaku usaha dapat dipastikan akan terkena imbas yang cukup besar pula. Sebab, mereka akan mengalami kerugian, mulai dari bahan pembuatan awal mula produk, biaya pengiriman hingga harga yang pastinya tidak seimbang dengan biaya pembuatan.
Dibandingkan inflasi yang masih memberikan keuntungan kepada para pemilik usaha, deflasi malah sebaliknya. Dampak yang diberikan deflasi cukup signifikan. Kenapa? karena jika perputaran uang yang terjadi di masyarakat sangat sedikit daya beli para konsumen juga dipastikan akan berkurang. Imbasnya, produk tidak laku dan seorang pelaku usaha harus melakukan sedikit penyesuaian.
Tidak lakunya produk tersebut akan berefek kepada penghasilan setiap bulannya. Jika deflasi terus menerus terjadi, seorang pelaku usaha harus memangkas anggarannya, mulai dari pembuatan produk, pemotongan gaji karyawan hingga yang terburuk pemutusan atau pemecatan dengan alasan menyelamatkan perusahaan. Jadi, mana yang lebih berbahaya di antara inflasi dan deflasi?
- Promo Double Miles Untuk UNIVERSECARD Diperpanjang, Cek di Sini! - November 20, 2024
- Terbatas! Promo Spesial Tokopedia, Bayar Invoice Double Untungnya! - November 16, 2024
- Product Update: Langsung Konversi Invoice dari Accurate ke Paper.id, Kelola Dokumen Makin Lancar! - Oktober 28, 2024