Setiap bisnis besar dibangun di atas fondasi yang kokoh. Namun, di era disrupsi digital, fondasi itu sering dianggap hambatan: sistem lama yang kaku, budaya yang konservatif, atau proses manual yang tak lagi relevan.
Pertanyaannya, apakah mungkin bertransformasi tanpa meruntuhkan warisan bisnis yang justru menjadi identitas perusahaan?
Jawabannya: sangat mungkin. Faktanya, transformasi digital yang berhasil bukanlah transformasi yang menghapus masa lalu, melainkan yang menyelaraskannya dengan masa depan.
Deloitte menyebut pendekatan ini sebagai rethinking technology transformation, menekankan bahwa teknologi bukan tujuan, melainkan enabler untuk hasil bisnis yang nyata.
Legacy Bukan Beban, Melainkan Aset
Seringkali, kata legacy dilekatkan pada sesuatu yang usang. Padahal, di banyak industri, legacy adalah nilai paling berharga: kepercayaan pelanggan, kualitas produk, hingga pengalaman puluhan tahun dalam mengelola rantai pasok.
Alih-alih menghapusnya, transformasi digital justru bisa memperkuat nilai ini.
Ambil contoh sektor perbankan. Bank tradisional yang telah beroperasi selama ratusan tahun tidak menanggalkan reputasinya; mereka memadukannya dengan layanan digital, seperti mobile banking dan AI-driven advisory. Hasilnya, mereka tetap dipercaya sebagai institusi konservatif, namun dengan sentuhan modern yang relevan dengan generasi baru nasabah.
Salah satu contoh nyata di Indonesia datang dari BCA yang merilis dua aplikasi mobile banking, yaitu BCA Mobile (m-BCA) dan myBCA. BCA Mobile tetap dipertahankan dengan tampilan sederhana dan “jadul” namun familiar bagi pengguna lama yang berada di golongan usia lebih tua, sementara myBCA hadir dengan antarmuka modern dan pengalaman yang lebih intuitif untuk generasi baru yang lebih tech savvy.
Strategi ini menunjukkan bagaimana transformasi digital bisa dilakukan secara bertahap: tidak memaksa seluruh nasabah untuk langsung beralih, tetapi menggandeng pengguna lama tetap merasa nyaman sekaligus membuka jalan menuju pengalaman baru yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
Hal serupa terlihat di industri ritel. Perusahaan global seperti Walmart tetap menjaga identitasnya sebagai ritel berbasis value-for-money, namun memanfaatkan data analytics dan e-commerce untuk memperluas pengalaman pelanggan. Legacy mereka tidak hilang, malah diperkuat dengan inovasi.
Baca Juga: Mengubah Pembayaran Supplier Menjadi Senjata Strategis: Pelajaran Bisnis dari Walmart
Strategi Menjadi Future-Ready tanpa Kehilangan DNA
Transformasi digital yang efektif menuntut keseimbangan. Ada tiga pilar utama yang kerap dipakai perusahaan global untuk tetap future-ready tanpa kehilangan DNA:
1. Modernisasi bertahap, bukan revolusi mendadak
Sistem lama di-upgrade dengan cloud, API, atau integrasi digital yang menjaga kesinambungan operasional.
2. Budaya inovasi di atas fondasi nilai
Teknologi boleh berubah, tetapi nilai intinya seperti integritas, kualitas, dan pelayanan untuk tetap menjadi kompas.
3. Metrik yang fokus pada hasil bisnis, bukan sekadar adopsi teknologi
Transformasi sejati terjadi ketika teknologi menghasilkan outcome nyata: efisiensi, kepuasan pelanggan, hingga revenue growth.
Baca Juga: Virtual Card dan Masa Depan Procurement: Tradisi ke Transformasi Digital
Paper UNFOLD: Rooted in Legacy, Rising in Technology
Bagi investor global, perusahaan yang bisa menyeimbangkan legacy dan teknologi adalah perusahaan yang paling menarik. Mereka melihat bukan hanya siapa yang paling cepat mengadopsi tren, tetapi siapa yang mampu menjaga fondasi bisnis sambil membangun struktur baru di atasnya.
Inilah yang akan dibahas dalam panel Investor’s Lens: Scaling What Matters di Paper UNFOLD. Para investor papan atas akan membagikan perspektif bagaimana membangun perusahaan yang tangguh, bertumbuh, namun tetap berakar pada DNA bisnisnya.
Tema besar Paper UNFOLD tahun ini, Rooted in Legacy, Rising in Technology, sejalan dengan perjalanan transformasi bisnis: menjaga inti sambil berinovasi adalah kunci untuk bertahan sekaligus berkembang. Global businesses telah membuktikannya, dan kini saatnya perusahaan di Indonesia belajar strategi yang sama.
Paper UNFOLD akan menjadi ruang untuk mempelajari strategi itu secara langsung, bagaimana bisnis dapat memanfaatkan teknologi untuk modernisasi, tanpa harus kehilangan jati diri yang membuat mereka dipercaya sejak awal.

Jangan lewatkan kesempatan untuk bergabung di Paper UNFOLD. Temui para investor, pemimpin industri, dan inovator yang akan membagikan insight nyata tentang bagaimana membangun bisnis yang tangguh, bertumbuh, dan siap menghadapi masa depan.
Ikuti event-nya dan daftar sekarang!
- Di Balik 70% Kegagalan Transformasi Digital: Insight untuk Bisnis yang Lebih Tangguh - September 15, 2025
- Dari Legacy ke Future-Ready: Kiat Transformasi Digital Tanpa Mengorbankan Fondasi Bisnis - September 15, 2025
- Qoala: Transformasi Digital Finance yang Membuka Jalan Efisiensi di Industri Insurtech - September 15, 2025