Di dunia ritel yang bergerak cepat, keterlambatan pembayaran ke supplier bisa berarti hilangnya momentum bisnis. Rak kosong, pelanggan kecewa, dan biaya tambahan hanyalah sebagian dari konsekuensi yang bisa terjadi. 

Walmart, raksasa ritel yang sudah beroperasi lebih dari 60 tahun, menyadari bahwa pembayaran supplier bukan lagi sekadar fungsi administratif, melainkan komponen strategis dari pertumbuhan.

Langkah terbaru mereka adalah mendigitalkan proses pembayaran dan memperkenalkan supplier financing untuk mempercepat aliran dana. 

Dengan cara ini, Walmart bukan hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memastikan rantai pasok tetap berjalan mulus dan siap menghadapi fluktuasi permintaan global.

Menjadikan Pembayaran sebagai Pilar Kepercayaan

Bagi bisnis berskala besar, menjaga hubungan baik dengan ribuan supplier adalah tantangan besar. Survei menunjukkan 73% perusahaan masih memproses pembayaran secara manual, menciptakan risiko keterlambatan dan kesalahan data. 

Dengan beralih ke jaringan pembayaran digital, Walmart memberi supplier kepastian pembayaran yang membantu mereka menjaga arus kas dan kapasitas produksi.

Hasilnya adalah ekosistem bisnis yang lebih sehat: supplier dapat merencanakan operasional dengan lebih tenang, dan Walmart terhindar dari gangguan pasokan yang bisa berdampak langsung pada pengalaman pelanggan.

Modal Kerja yang Lebih Cerdas

Transformasi pembayaran ini juga memperkuat strategi keuangan Walmart. Digitalisasi memungkinkan perusahaan mengoptimalkan siklus modal kerja, menyeimbangkan arus kas keluar dan masuk tanpa mengorbankan likuiditas. 

Supplier financing memberi peluang bagi vendor untuk menerima pembayaran lebih cepat, sementara Walmart tetap mengelola cash conversion cycle secara efisien.

Menurut Talk Business, Walmart bahkan memperbarui sistem audit pembayaran supplier demi menciptakan transparansi dan mengurangi risiko kesalahan manual, sebuah langkah yang memperkuat fondasi kepercayaan dalam rantai pasok.

Langkah Walmart sejalan dengan tren global yang menunjukkan pergeseran besar menuju digitalisasi pembayaran B2B. Pasar pembayaran digital B2B diproyeksikan tumbuh dari USD 4,6 miliar pada 2024 menjadi USD 57,6 miliar pada 2030, sementara volume pembayaran global B2B diperkirakan menembus USD 111 triliun pada 2027.

Minat terhadap real-time payments juga meningkat tajam. Di sektor manufaktur, 96% pelaku industri ingin beralih ke metode pembayaran real-time untuk meningkatkan kecepatan arus kas dan mengurangi ketergantungan pada cek tradisional. Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa perusahaan yang cepat beradaptasi akan lebih unggul dalam menjaga ketersediaan barang dan merespons perubahan pasar.

Saatnya Bisnismu Bertransformasi, Mulai dari Paper UNFOLD

Kisah Walmart adalah pengingat bahwa transformasi pembayaran dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. 

Pembayaran yang lebih cepat dan transparan memperkuat kepercayaan supplier, mengurangi beban manual tim keuangan, dan membuka ruang untuk investasi yang mendukung pertumbuhan.

Kamu pun dapat melakukan hal yang sama. 

Di Paper UNFOLD, business & financial conference dari Paper yang menghadirkan pembicara ternama dan ahli di bidangnya, panel Smart Payments for Real Growth akan membahas cara konkret memanfaatkan teknologi untuk menyederhanakan arus kas, memperkuat hubungan bisnis, dan mempercepat skala operasi.

Jika raksasa ritel seperti Walmart dapat menjadikan pembayaran sebagai senjata strategis, ini saatnya bisnismu memulai transformasi sendiri.

paper unfold by paper.id

Yuk, jadilah bisnis yang memimpin di industrimu dengan insight langsung dari figur-figur yang ahli, mulai dari investor, founder, praktisi berpengalaman, dan pelaku bisnis lainnya. Daftar dan hadiri event-nya sekarang!

Content Writer dengan 4 tahun pengalaman menangani konten beragam topik di berbagai industri baik B2C dan B2B, termasuk bisnis, ekonomi, keuangan, dan sebagainya. Saat ini menulis di Paper.id untuk memperkaya wawasan pemilik bisnis dan memajukan industri B2B seluruh Indonesia.
Nadiyah Rahmalia