Ketika menyusun strategi pemasaran dan mengevaluasi operasional bisnis, istilah “omset” sering kali muncul.
Meski umum digunakan, masih banyak pelaku usaha yang menyamakan omset dengan laba atau keuntungan. Padahal, keduanya memiliki arti dan dampak yang berbeda terhadap jalannya bisnis.
Nah, Paper.id akan membahas pengertian omset, pentingnya dalam pengelolaan bisnis, cara menghitung, hingga perbedaan omset dan profit agar kamu tidak salah langkah dalam menyusun strategi finansial usaha.
Pengertian Omset
Omset adalah total pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa dalam periode tertentu, sebelum dikurangi biaya operasional, pajak, atau potongan lainnya. Dalam bahasa Inggris, omset lebih dikenal sebagai sales turnover atau revenue.
Omset, menurut Salesforce, mencerminkan seberapa besar volume penjualan yang berhasil dicapai oleh sebuah bisnis. Semakin tinggi omset, maka semakin besar pula potensi profitabilitas sebuah usaha. Meski begitu, belum tentu omset menjamin keuntungan bersih jika pengeluaran lebih tinggi dari pendapatan.
Baca Juga: 10 Cara Meningkatkan Omset Penjualan, Biar Bisnis Tak Stagnan!
Pentingnya Omset untuk Bisnis
Memahami dan menghitung omset secara akurat sangat penting dalam berbagai aspek bisnis, antara lain:
- Evaluasi kinerja penjualan: Omset memberikan gambaran langsung tentang performa penjualan atau sales dalam satu periode.
- Perencanaan keuangan: Omset menjadi dasar dalam menyusun proyeksi keuangan dan anggaran bisnis.
- Menarik investor: Calon investor biasanya melihat omset sebagai indikator potensi bisnis sebelum menanamkan modal atau pendanaan.
- Menentukan strategi pemasaran: Penurunan omset bisa menjadi sinyal perlunya perubahan strategi promosi atau target pasar.
Cara Hitung Omset dan Contoh Perhitungan
Menghitung omset cukup sederhana, mengutip Indeed, rumusnya adalah:
Omset = Harga Jual x Jumlah Barang Terjual
Contoh kasus dan cara menghitung omset:
Sebuah toko menjual 200 unit sepatu, 50 unit tas, dan 50 unit sandal dalam sebulan dengan harga per unit Rp300.000 untuk sepatu, Rp350.000 untuk tas, serta Rp70.000 untuk sandal.
Maka, untuk menghitung omset toko adalah:
- Omset = (300.000 x 200) + (350.000 x 50) + (70.000 x 50)
- Omset = 60.000.000 + 17.500.000 + 3.500.000
- Omset = Rp81.000.000
Omset toko tersebut selama sebulan adalah Rp81 juta. Nilai ini belum memperhitungkan biaya produksi, gaji karyawan, sewa, dan lainnya.
Baca Juga: 10 Usaha Budidaya dengan Omset Besar, Tertarik Memulainya?
Perbedaan Omset dan Profit
Salah satu kesalahan umum adalah menyamakan omset dengan profit (laba). Padahal, keduanya adalah dua hal yang sangat berbeda.
Menurut Investopedia, berikut adalah beberapa aspek yang membedakan omset dan profit:
Aspek | Omset | Profit |
Definisi | Pendapatan total dari penjualan | Sisa dari pendapatan setelah dikurangi biaya |
Menggambarkan | Volume penjualan | Keuntungan bersih bisnis |
Rumus | Harga x Jumlah barang terjual | Omset – Total biaya operasional |
Tujuan | Ukur pertumbuhan dan skala | Ukur efisiensi dan keberlanjutan bisnis |
Contohnya, meskipun omset mencapai Rp81 juta, jika biaya operasional Rp50 juta, maka profit bersih hanya Rp31 juta.
Itulah serba-serbi omset, dapat disimpulkan bahwa nilai ini bermanfaat untuk menilai performa penjualan dan potensi pertumbuhan bisnis.
Namun, penting juga untuk tidak terjebak dalam euforia angka besar, karena omset tinggi tidak selalu berarti keuntungan besar. Pelaku usaha tetap harus memperhatikan biaya dan efisiensi operasional.
Untuk memastikan hal tersebut, bisnis harus menggunakan sistem pencatatan keuangan bisnis yang efisien.
Contohnya adalah Software Laporan Keuangan Bisnis gratis dari Paper.id. Aplikasi ini akan membantu kamu dalam cek dan update keuangan secara real-time, juga dilengkapi dengan fitur pencatatan otomatis.
Tertarik untuk coba? Transformasi pengelolaan keuangan bisnismu dengan Paper.id sekarang juga!