Apakah kamu mengetahui tentang liquid assets? Ini adalah aset yang mudah dan cepat dicairkan menjadi uang tunai tanpa kehilangan nilai secara signifikan.
Aset likuid umumnya dimiliki oleh individu maupun perusahaan sebagai bagian dari strategi manajemen keuangan yang sehat. Pasalnya, aset ini sangat penting untuk menjaga arus kas dan memastikan operasional bisnis tetap berjalan lancar.
Bayangkan jika sebuah perusahaan tidak memiliki aset likuid yang cukup, bisa-bisa gaji karyawan terlambat dibayar peluang bisnis terlewatkan, reputasi kredit menurun, hingga biaya utang meningkat.
Cukup mengkhawatirkan, bukan? Agar hal-hal tersebut tidak terjadi, yuk kenali lebih dalam tentang aset likuid lewat artikel berikut.
Apa Itu Liquid Assets?
Liquid assets atau dalam Bahasa Indonesianya adalah aset likuid memiliki pengertian harta yang dapat dengan mudah dan cepat diuangkan tanpa kehilangan nilai signifikan.
Aset likuid yang paling umum adalah uang tunai dan sekuritas (seperti saham atau obligasi) yang dapat langsung diperdagangkan untuk uang tunai.
Tidak semua harta termasuk ke dalam aset likuid. Mengutip dari Investopedia, faktor utama aset likuid adalah ada pasarnya dan banyak pembeli, proses pemindahan kepemilikan aset harus aman sekaligus mudah, dan cepat dalam mengubah aset menjadi uang.
Baca Juga: 3 Jenis Aset dalam Bisnis yang Belum Diketahui Banyak Pengusaha
Mengapa Liquid Assets Penting Dimiliki?
Aset likuid penting untuk dimiliki oleh bisnis dan perorangan. Aset ini mencerminkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek secara cepat tanpa harus menjual aset tetap atau berutang.
Dalam konteks bisnis, aset likuid seperti kas, saldo bank, atau piutang yang mudah ditagih sangat dibutuhkan untuk membayar gaji, membeli bahan baku, atau menghadapi keadaan darurat.
Jika suatu bisnis kekurangan aset likuid, maka operasional bisa terganggu meskipun secara keseluruhan perusahaan terlihat sehat secara aset. Singkatnya, memiliki aset likuid yang cukup menjaga stabilitas keuangan bisnis.
Contoh Liquid Assets dalam Bisnis
Seperti yang telah dijelaskan di atas, aset likuid adalah harta yang bisa dicairkan dengan cepat. Contohnya adalah seperti ini:
- Uang tunai
- Deposito bank
- Saham masih berlaku dan bisa dicairkan
- Obligasi pemerintah
- Reksa dana pasar uang
- Valuta asing
- Emas atau logam mulia
- Akun investasi yang likuid
Sebagai perbandingan, harta seperti properti, emas batangan, kendaraan, saham di perusahaan tertutup, dan piutang usaha jangka panjang bukanlah aset likuid.
Perbedaan Liquid Assets dan Non-Liquid Assets
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan aset likuid dan non-liquid, simak pada tabel perbandingan di bawah:
Aspek | Aset Likuid (Liquid Assets) | Aset Non-Likuid (Non-Liquid Assets) |
Definisi | Aset yang mudah dan cepat dicairkan menjadi uang tunai tanpa kehilangan | Aset yang sulit atau butuh waktu lama untuk dicairkan menjadi uang tunai |
Tingkat Likuiditas | Tinggi (bisa dicairkan dalam hitungan hari atau bahkan jam) | Rendah (butuh waktu lama, proses jual beli, atau tidak ada pasar aktif) |
Fungsi | Digunakan untuk kebutuhan mendesak atau arus kas harian | Umumnya untuk investasi jangka panjang atau aset tetap perusahaan |
Risiko penurunan nilai saat dicairkan | Umumnya rendah | Bisa tinggi, tergantung kondisi pasar dan proses likuidasi |
Contoh kasus | Dana darurat pribadi atau kas operasional perusahaan | Investasi aset tetap seperti pembelian gedung kantor |
Dari perbedaan di atas, bias kita ketahui bahwa aset likuid cocok untuk kebutuhan jangka pendek dan menjaga kelancaran keuangan. Sedangkan, aset non-likuid cocok untuk investasi jangka panjang dan meningkatkan nilai kekayaan.
Baca Juga: Aset vs Liabilitas, Mana yang Lebih Penting untuk Bisnis?
Cara Mengembangkan Liquid Assets dalam Bisnis
Dilansir dari situs National Bank, memiliki aset likuid yang bisa digunakan kapan saja sebenarnya sangat baik, hanya saja nilai uang akan menurun terkena inflasi sehingga aset tidak berkembang, jadi perusahaan perlu melakukan manajemen pengelolaan keuangan yang tepat.
Nah, untuk mengembangkannya aset likuid, kamu bisa menerapkan cara berikut:
1. Menganalisa aset likuid yang ada
Pertama-tama analisis aset likuid yang perusahaan miliki, seperti kas, saldo rekening bank, reksadana pasar uang, dan piutang jangka pendek. Setelah itu, hitung total nilai dari aset-aset tersebut dan bandingkan dengan kewajiban jangka pendek untuk mengetahui kemampuan membayar utang dalam waktu dekat.
2. Meningkatkan arus kas masuk
Salah satu cara paling efektif untuk mengembangkan aset likuid adalah dengan mempercepat arus kas masuk. Bisnis perlu mempercepat proses penagihan piutang, misalnya dengan menerapkan sistem pembayaran lebih cepat seperti 14 hari alih-alih 30 hari.
3. Mengurangi pengeluaran yang tidak produktif
Memangkas pengeluaran yang tidak memberikan nilai tambah dapat membantu meningkatkan cadangan aset likuid. Lakukan audit rutin terhadap biaya operasional dan cari peluang efisiensi, seperti menggunakan Paper.id untuk mengautomatisasi proses pembuatan invoice.
4. Mengelola persediaan secara efisien
Persediaan yang berlebihan akan mengunci dana yang seharusnya bisa menjadi aset likuid. Untuk menghindarinya, bisnis perlu menerapkan manajemen investor yang baik, seperti sistem just-in-time atau forecasting berbasis data penjualan.
5. Berinvestasi pada instrumen keuangan yang likuid
Daripada membiarkan kas mengendap tanpa produktivitas, bisnis bisa menempatkan dana lebih pada instrumen keuangan yang likuid dan aman, seperti reksa dana pasar uang, deposito berjangka pendek, atau obligasi pemerintah jangka pendek.
Instrumen keuangan tersebut memberikan imbal hasil namun tetap mudah dicairkan ketika dibutuhkan.
6. Menjaga rasio likuiditas tetap sehat
Rasio likuiditas seperti current ratio dan quick ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Adapun, berikut adalah rumusnya:
- Current Ratio: Aktiva lancar ÷ Kewajiban Lancar
- Quick Ratio: (Aktiva lancar – Persediaan) ÷ Kewajiban Lancar
Current ratio idealnya berada di atas 1, yang berarti aset lancar lebih besar dibandingkan kewajiban lancar. Sedangkan quick ratio digunakan untuk menganalisis kemampuan membayar utang tanpa mengandalkan persediaan.
7. Diversifikasi sumber pendapatan
Mengandalkan satu produk, layanan, atau klien membuat bisnis rentan secara keuangan. Diversifikasi aliran pendapatan, seperti menambahkan produk digital, membuka layanan baru, atau menjangkau segmen pasar baru dapat menciptakan sumber kas tambahan.
8. Membangun cadangan usaha
Layaknya dana darurat pribadi, bisnis juga sebaiknya memiliki dana cadangan untuk menghadapi kondisi tak terduga, seperti krisis ekonomi atau gangguan operasional. Dana ini harus disimpan di rekening terpisah dan tetap dalam bentuk aset yang mudah dicairkan.
Dari penjelasan di atas kita bisa ketahui bahwa aset likuid adalah aset yang mudah dicairkan untuk kebutuhan mendadak. Setiap perusahaan dan bisnis membutuhkan aset ini untuk dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya, hanya saja dibutuhkan manajemen yang tepat untuk bisa mengembangkannya.
Untuk memudahkan operasional administrasi bisnis, kamu dapat gunakan Paper.id untuk mengautomatisasi proses invoice, dengan ini kamu bisa membuat invoice untuk klien setiap periodenya, sekaligus memantau informasi tagihan melalui dashboard secara real-time.
Klien juga bisa dengan mudah membayar invoice tagihan dengan 30+ metode pembayaran, termasuk kartu kredit dan cicilan melalui Paper.id.
Transformasikan bisnis kamu sekarang juga bersama pembuatan invoice digital dari Paper.id. Coba sekarang, gratis!
- Allowance: Pengertian, Tipe, dan Contoh - Mei 23, 2025
- Audit Bisnis: Definisi, Jenis-Jenis, Manfaat, dan Cara Melakukannya - Mei 21, 2025
- EBITDA: Kepanjangan, Manfaat, dan Rumus Perhitungannya - Mei 21, 2025