Istilah Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang digunakan untuk mencatat transaksi yang telah ada perubahan saldo. Dan itu harus disesuaikan dengan buku besar akuntansi perusahaan di akhir siklus akuntansi. 

Jurnal penyesuaian perusahaan dagang diguanakan untuk mencatat transaksi yang telah terjadi tapi belum tercatat. Bisa juga digunakan untuk mengkoreksi catatan transaksi yang memerlukan koreksi agar nilainya sesuai dengan fakta yang ada. 

Jurnal penyesuaian perusahaan sangat dibutuhkan dan harus dimiliki oleh sebuah perusahaan dagang. Seperti yang telah disebutkan, karena jurnal ini akan mengkoreksi suatu catatan transaksi yang telah terjadi tapi belum dilakukan pencatatan pada jurnal penyesuaian perusahaan dagang. 

Selain itu juga, jurnal ini bisa dibuat dengan melakukan angka catatan transaksi secara manual maupun dengan menggunakan software aplikasi invoice online, seperti Paper.id.

Dengan Paper.id, pembuatan jurnal jadi lebih mudah. Plus, kamu juga bisa buat dan kirim invoice online hanya dalam 5 menit secara gratis yang histori transaksinya langsung terekap dalam bentuk laporan keuangan sederhana yang rapi. Tambah lagi, ada berbaga opsi pembayaran digital yang semakin mudahkan transaksi bisnismu, lho. Yuk, coba sekarang!

Untuk jurnal penyesuaian perusahaan dagang ini sendiri dapat dikategorikan menjadi dua yaitu dalam bentuk deferal atau juga dikenal sebagai pengakuan pendapatan serta beban yang akan dicatat pada akun dan akrual (pengakuan atas pendapatan serta beban yang belum dicatat pada akun).

Jika kamu ingin memahami lebih detail mengenai jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang, langsung simak penjelasan yang akan kami berikan berikut ini.

Baca Juga: Tentang Jurnal Khusus Akuntansi, Jenis, dan Manfaatnya

Pengertian Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Secara umum, jurnal penyesuaian perusahaan dagang merupakan sebuah jurnal yang akan digunakan untuk melakukan proses pencatatan ataupun pembukuan saldo pada akun tertentu.  

Pembuatan jurnal ini sangat penting, karena dengan ini, perusahaan akan mendapatkan informasi mengenai jumlah dana perusahaan dagang yang sebenarnya sebelum melanjutkannya pada proses penyusunan laporan pada aplikasi akuntansi.

Singkatnya Jurnal penyesuaian perusahaan dagang adalah sebuah jurnal yang dibuat ketika ada sebuah perubahan saldo pada suatu akun perusahaan dagang dan harus dilakukan penyesuaian ke dalam buku besar perusahaan pada akhir siklus akuntansi. Tujuannya sendiri adalah untuk mencatat pendapatan atau beban yang tidak diakui pada periode tersebut. 

Manfaat yang bisa dirasakan secara umum yaitu untuk menerapkan saldo catatan akun buku besar pada akhir periode. Dan juga menghitung pendapatan dan beban selama periode tertentu. 

Selain itu juga tujuan dibuatnya jurnal penyesuaian perusahaan dagang adalah untuk mengubah transaksi tunai menjadi sebuah metode akuntansi akrual. 

Perlu diketahui, bahwa akuntansi akrual itu memiliki sebuah prinsip pengakuan pendapatan yang berusaha mengakui pendapatannya pada periode perolehannya bukan dari periode penerimaan kas. 

Baca Juga: Materi Akuntansi, Hal Penting Untuk Pencatatan Keuangan Yang Rapi

Kelompok Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Dalam setiap bisnis, seorang pelaku usaha pasti akan melakukan pencatatan jurnal penyesuaian perusahaan dagang ataupun jasa. Semuanya tergantung dari jenis bisnis yang dilakukan.

Untukmu yang memiliki usaha seperti menjual barang atau produk, membuat catatan jurnal penyesuaian perusahaan dagang merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan. Sebab, tanpa memo tersebut, neraca keuangan pasti tidak akan stabil.

Biasanya, jurnal penyesuaian perusahaan dagang ini dibuat untuk mencatat seluruh invoice atau tagihan yang diberikan kepada pelanggan.

Selain itu, jurnal ini dirancang untuk melakukan pengkoreksian tagihan yang telah dicatat. Dengan kata lain, jurnal ini digunakan untuk memeriksa kesalahan yang biasanya terjadi secara tidak sengaja (human error).

Perusahaan dagang adalah sebuah bentuk usaha yang mana menjual lagi sebuah barang tanpa mengubah sifat ataupun fungsi barangnya. Dengan kata lain, jika kamu membeli sebidang tanah, kamu langsung menjualnya kepada orang lain dengan tujuan hanya untuk meraih laba ataupun keuntungan.

Pencatatan jurnal ini dikelompokan ke dalam dua hal yang meliputi:

  • Deferal: Penangguhan pengakuan pendapatan dan beban yang belum dicatat ke dalam akun.
  • Akrual: Pengakuan atas pendapatan dan beban yang belum dicatat ke dalam akun.

Fungsi Jurnal Penyesuaian yang Harus Diketahui

Berikut ini merupakan beberapa fungsi dari jurnal penyesuaian:

  • Menentukan akun nominal (pendapatan juga beban) untuk dapat mengetahui kondisi sebenarnya dari akun tersebut selama periode tertentu. 
  • Menentukan saldo catatan yang telah dimasukkan kedalam akun buku besar pada akhir periode akuntansi, sehingga estimasi saldo akan terlihat jumlah sebenarnya. 
  • Untuk mengetahui fakta yang sebenarnya dari akun riil pada penghujung periode yang telah dimaksud. 

8 Akun dalam Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Sejatinya, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam membuat jurnal penyesuaian dalam perusahaan dagang dan jasa. Akan tetapi, di dalam melakukan pencatatan di perusahaan dagang, ada 8 akun yang harus dibuat Namun, akun-akun tidak perlu diformat di perusahaan jasa.

1. Persediaan Barang Dagang (PDB)

Dalam melakukan penghitungan jurnal penyesuaian perusahaan dagang di PDB, ada dua metode yang harus dilakukan, yakni:

Pendekatan Ikhtisar Laba Rugi

Laba rugi selalu identik dengan penjualan sebuah produk. Biasanya, hal ini dipengaruhi oleh persediaan awal dan akhir terhadap harga jual sebuah produk yang akan dijual kepada pelanggan. Untuk mempermudah pembuatan ikhtisar laba rugi, ingatlah “IPPI“. Sebagai contoh:

Di akhir periode, saldo persediaan barang awal adalah 5.000.000,- dan saldo persediaan akhir adalah 7.000.000,- bagaimana cara pembuatan ikhtisar laba ruginya?

Ikhtisar Laba Rugi: Rp. 5.000.000,-

Persediaan Barang Dagang Awal: Rp. 5.000.000,-

Persediaan Barang Dagang Akhir: Rp. 7.000.000,-

Ikhtisar Laba Rugi: Rp. 7.000.000,-

Metode Harga Pokok Penjualan (HPP)

Berbeda dengan PDB sebelumnya, Harga Pokok Penjualan itu tidak hanya menghitung persediaan barang dagang tetapi juga empat akun lainnya, yaitu pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian & pengurangan harga (PH) serta potongan pembelian. Agar lebih mempermudah, silahkan lihat contohnya di bawah sini:

Diketahui persediaan barang dagang awal sebesar Rp. 8.000.000,- dengan melakukan pembelian sebesar Rp. 20.000.000,-retur pembelian dan PH sebesar Rp. 800.000,-. Beban angkut yang dibayarkan sebesar Rp. 400.000,- dan dengan potongan pembelian Rp. 150.000,-. Persediaan barang dagang akhir mencapai Rp. 10.000.000,-. Bagaimana cara menghitungnya?

HPP: Rp. 8.000.000

Persediaan Barang Dagang Awal: Rp. 8.000.000

HPP: Rp. 20.000.000

Pembelian: Rp. 20.000.000

HPP: Rp. 400.000

Beban Angkut Pembelian: Rp. 400.000

Retur Pembelian dan PH: Rp. 800.000

HPP: Rp. 800.000

Potongan Pembelian: Rp. Rp. 150.000

HPP: Rp. 150.000

Persediaan Barang Dagang Akhir: Rp. 10.000.000

HPP: Rp. 10.000.000

2. Perlengkapan

Dalam konteks jurnal penyesuaian perusahaan dagang, perlengkapan kerap kali dianggap sebagai harta lancar atau biasa disebut sebagai current assets. Jika ingin membuat catatan mengenai perlengkapan ini, kamu harus mengetahui nominal perlengkapan yang digunakan ataupun sudah digunakan sebelumnya.

Sebagai contoh, misalkan saldo akun perlengkapan perusahaanmu pada bulan Juni 2018 lalu berjumlah Rp. 1.500.000,- akan tetapi di akhir periode, sisa akunnya mencapai Rp. 500.000,-. Lantas, berapakah jumlah perlengkapan yang seharusnya dicatatkan?

Rp. 1.500.000- Rp. 500.000= Rp. 1.000.000

Di dalam jurnal tersebut, nominal perlengkapan tertera merupakan sisa akun yang digunakan. Jadi, kamu bisa menulisnya dengan nominal Rp. 1.000.000,-

3. Beban Dibayar di Muka

Beban yang dibayar pada awal periode sebuah peminjaman atau pembelian barang dan produk untuk mempermudah pekerjaan. Biasanya, seorang pelaku usaha melakukan hal ini ketika akan menyewa atau membeli gedung. Beban dibayar di muka dapat diklasifikasikan ke dalam dua hal, yaitu Harta dan Beban. Agar lebih mudah, silahkan cek contoh di bawah ini.

Pada awal bulan Agustus 2018, perusahaan A menyewa sebuah ruko untuk bekerja selama setahun dengan nominal Rp. 3.000.000/bulannya. Namun, karena hanya digunakan hingga akhir tahun 2018, biaya sewa yang dikeluarkan hanya 5 bulan. Bagaimana cara menghitung bebannya?

Dihitung hanya 5 bulan (Agustus – Desember).

5 x (Rp. 3.000.000: 12 (bulan dalam tahun)) = Rp. 1.250.000,-

4. Pendapatan Diterima di Muka

Pendapatan yang diterima terlebih dahulu atas transaksi terhadap pelanggan walaupun produknya belum dikirimkan. Pendapatan jenis ini bisa dimasukkan sebagai utang ataupun pendapatan. Sebagai contoh, lihat soal di bawah ini.

Sebagai seorang pemilik gedung, kamu menerima pembayaran uang sewa sebanyak Rp. 5.000.000,- selama satu tahun. Akan tetapi, penyewa baru memulai peminjamannya di bulan Oktober.

Jika kamu mencatat sebagai hutang

Perhitungan dilakukan selama 3 bulan penyewaan karena dimulai dari awal Oktober hingga akhir tahun. Jadi,

3 x (Rp. 5.000.000 : 12 (bulan dalam tahun))= Rp. 1.250.000

Jika kamu mencatat sebagai pendapatan

Perhitungannya dilakukan selama sisa bulan tanpa pemakaian jadi dari awal Januari hingga September, 9 bulan.

9 X (Rp. 5.000.000 : 12 (bulan dalam tahun))= Rp. 3.750.000

5. Beban yang Harus Dibayar

Beban yang harus dibayar biasa juga disebut sebagai hutang merupakan tunggakan yang dimiliki seorang pengusaha dan dibayarkan setiap akhir periodenya. Misalkan, kamu memiliki 5 karyawan sehingga ada beban pembayaran gaji yang harus dibayarkan. Agar lebih mudah, silahkan cek contoh di bawah ini:

Sebuah perusahaan mempunyai 100 karyawan. Perusahaan tersebut harus membayar gaji mereka dengan rincian 5 orang pemimpin Rp. 15.000.000/bulan dan 95 orang staff dengan gaji Rp. 7.000.000/bulan. Lantas, berapa beban yang harus dibayar setiap bulannya oleh perusahaan itu?

Penghitungan:

5 (Pemimpin) x 1 bulan x Rp. 15.000.000= Rp. 75.000.000,-

95 (staff) x 1 bulan x Rp. 7.000.000= Rp. 665.000.00,-

Jika dijumlah, beban yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp. 740.000.000

6. Pendapatan yang Masih Harus Diterima

Ini merupakan sebuah pendapatan yang akan diterima oleh sebuah perusahaan di masa mendatang lantaran mereka belum mendapatkan bayaran dari pelanggannya. Dengan kata lain, pendapatan ini merupakan sisa hutang yang belum dibayarkan namun akan didapatkan kemudian hari. Biasanya, para pelaku usaha juga menyebut ini sebagai piutang pendapatan. Contohnya:

Klien X membeli 10 ton beras terhadap pengusaha A dengan jumlah nominal harga mencapai Rp. 200.000.000,- namun ia membayarnya dalam 5 tahap dengan nominal yang serupa. Berapa biaya yang dibayarkan olehnya?

Rp. 200.000.000 : 5 (tahap) = Rp. 40.000.000 

Jadi, piutang pendapatan yang dapat ditulis di dalam jurnal penyesuaian perusahaan dagang adalah Rp. 40.000.000,- 

7. Penyusutan dalam Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Penyusutan merupakan kerugian yang mana dialami sebuah usaha karena menurunnya harga nilai aktiva tetap. Biasanya, benda-benda yang mengalami penyusutan adalah kendaraan bermotor (mobil, motor), mesin untuk pekerjaan dan harga gedung. Lihat contoh di bawah untuk mempermudah pemahamanmu.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, menetapkan penurunan 7% setiap tahunnya terhadap sebuah mobil yang akan dijual di sana dengan harga rata-rata Rp. 150.000.000,-. Jadi, berapakah nilai penyusutannya?

Rp. 150.000.000 x 7% = Rp. 10.500.000,-

Jadi, biaya penyusutan yang akan dicatat adalah Rp. 10.500.000,-

8. Piutang Tak Tertagih

Piutang tak tertagih merupakan sejumlah tunggakan pembayaran yang tidak dibayarkan oleh pihak pelanggan terhadap pelaku usaha. Biasanya, hal ini juga dianggap sebagai beban perusahaan. Dalam konteksnya, hal ini mengacu kepada pembayaran yang dilakukan dengan cara mencicil dalam beberapa periode tertentu. Lihat contoh agar lebih jelasnya.

Sebuah perusahaan telah menetapkan sejumlah 3% piutang tidak tertagih dari jumlah total tunggakan yang mencapai Rp. 20.000.0.00,-. Berapakah jumlah yang akan dituliskan di dalam jurnal?

Rp. 20.000.000 x 3%= Rp. 600.000,-

Jumlah yang harus dituliskan di dalam jurnal adalah sebesar Rp. 600.000,-

Baca Juga: Pentingnya Membuat Penyesuaian Barang Dagang Untuk Bisnis Anda

Contoh Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Dari penjelasan masing-masing akun yang telah dijelaskan, kalian bisa membuat jurnal penyesuaian perusahaan dagang secara menyeluruh seperti contoh dibawah ini: 

Contoh jurnal penyesuaian dagang
Sumber: Jurnal.id

Membuat sebuah pencatatan jurnal penyesuaian perusahaan dagang merupakan salah satu langkah yang penting, itu membantu dalam mengontrol kondisi perusahaan.

Dengan adanya Jurnal penyesuaian, maka performa perushaan diharapkan menjadi lebih terukur dan mampu menentukan langkah perusahaan selanjutnya.

Demikianlah penjabaran mengenai jurnal penyesuaian perusahaan dagang. Semoga dapat membantu dalam menangani usaha bisnis di kemudian hari. Jika membutuhkan mitra terbaik dalam melakukan penagihan terhadap pelanggan, kenapa tidak coba Paper.id saja?

Dengan software aplikasi invoice online dari Paper.id, kalian dapat dengan mudah membuat digital invoice online secara mudah, selain itu kalian bisa mengirim invoice melalui WhatsApp, email, dan juga SMS.

Invoice yang sudah dikirim pun langsung terhubung dengan beragam metode pembayaran, mulai dari kartu kredit, bank transfer hingga e-wallet. Yuk pakai Paper.id sekarang juga dengan klik tombol dibawah ini!

Daniel Nugraha