Thailand merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia di kawasan ASEAN. Sepanjang Januari–September 2025, nilai impor nonmigas Indonesia dari Thailand tercatat sekitar US$4,2 miliar, menempatkannya di peringkat keenam negara asal impor, setelah Tiongkok, Jepang, dan Singapura.
Struktur impor dari Thailand didominasi oleh bahan baku dan produk penunjang industri, bukan barang konsumsi. Komoditas-komoditas ini berperan penting dalam menopang sektor manufaktur dan agroindustri nasional. Bagi importir, memahami tren ini menjadi kunci untuk menyusun strategi sourcing dan pengelolaan arus kas yang lebih efisien menjelang 2026.
Komoditas Impor Terpopuler dari Thailand ke Indonesia
1. Produk kimia dan petrokimia
Produk kimia dan petrokimia menjadi komoditas impor terbesar dari Thailand dengan nilai sekitar US$1,1 miliar, atau sekitar 26% dari total impor Indonesia dari Thailand. Produk ini banyak digunakan sebagai input industri makanan dan minuman, plastik, serta karet.
Karakter pembeliannya bersifat rutin dan berulang, sehingga menawarkan volume bisnis yang relatif stabil. Namun, frekuensi transaksi yang tinggi menuntut importir memiliki pengelolaan arus kas yang rapi agar operasional tetap lancar.
2. Plastik dan produk plastik
Impor plastik dan produk plastik dari Thailand mencapai sekitar US$850 juta. Komoditas ini digunakan luas untuk kebutuhan kemasan dan komponen industri.
Volume impor cenderung konsisten dengan margin yang relatif ketat. Dalam praktiknya, efisiensi logistik dan metode pembayaran sering kali lebih menentukan profitabilitas dibandingkan selisih harga beli semata.
3. Karet dan produk karet
Sebagai salah satu produsen karet terbesar di ASEAN, Thailand memasok karet dan produk turunannya ke Indonesia dengan nilai sekitar US$650 juta. Produk ini penting bagi industri otomotif dan manufaktur.
Permintaannya bersifat industri-driven dan relatif stabil, namun sensitif terhadap fluktuasi harga global. Oleh karena itu, timing pembelian dan pengaturan pembayaran menjadi faktor krusial bagi importir di segmen ini.
4. Produk pertanian dan olahannya
Produk pertanian dan hasil olahan dari Thailand, seperti gula dan pakan ternak, mencatat nilai impor sekitar US$520 juta. Komoditas ini mendukung sektor pangan dan peternakan di Indonesia.
Permintaannya relatif stabil, tetapi dipengaruhi faktor musiman dan pergerakan harga komoditas. Importir perlu menyesuaikan strategi pengadaan dengan siklus pasar agar tetap efisien.
Baca Juga: 5 Produk Impor Terlaris dari Jepang ke Indonesia, Peluang dari Kebutuhan Industri Besar
5. Mesin dan peralatan industri
Impor mesin dan peralatan industri dari Thailand mencapai sekitar US$380 juta, terutama untuk manufaktur ringan dan pengolahan makanan. Produk ini sering diimpor bersamaan dengan bahan baku industri lainnya.
Nilai transaksi yang berada di kisaran menengah dapat membebani kas operasional jika tidak dikelola secara holistik, terutama ketika pembelian dilakukan secara berkala.
6. Produk otomotif dan komponen
Sebagai basis produksi otomotif di ASEAN, Thailand mengekspor produk otomotif dan komponen ke Indonesia dengan nilai sekitar US$450 juta. Produk ini digunakan untuk kebutuhan perakitan maupun aftermarket.
Permintaannya relatif stabil dan berulang, namun sering melibatkan nilai transaksi yang cukup besar. Kelancaran arus kas menjadi faktor penting agar importir dapat menjaga kontinuitas pasokan.
7. Produk konsumsi
Selain bahan baku dan produk industri, Thailand juga mengekspor sejumlah produk konsumsi ke Indonesia dengan nilai sekitar US$220 juta.
Meski porsinya lebih kecil, produk ini dapat menjadi pelengkap portofolio impor.
Bagi importir, segmen ini lebih cocok sebagai diversifikasi usaha dibandingkan fokus utama bisnis.
Apa Artinya bagi Importir?
Sekitar 85% impor Indonesia dari Thailand didominasi bahan baku dan produk industri dengan permintaan berulang.
Pada 2025, total impor dari Thailand tercatat tumbuh sekitar 15% secara tahunan, mencerminkan kebutuhan industri yang terus meningkat.
Bagi importir, peluang ini datang bersamaan dengan tantangan berupa frekuensi transaksi yang tinggi dan kebutuhan pembayaran di muka yang dapat menekan arus kas jika tidak diantisipasi sejak awal.
Baca Juga: 5 Produk Impor Terlaris dari Singapura ke Indonesia: Peluang untuk Bisnis 2026
Strategi Importir Menghadapi 2026 dengan PaperXB
Untuk importir yang rutin bertransaksi dengan supplier Thailand, pendekatan pembayaran menjadi semakin strategis.
Solusi seperti PaperXB memungkinkan pembayaran ke supplier luar negeri menggunakan kartu kredit dengan tempo hingga 45 hari, sehingga modal operasional tidak langsung terkunci.
Pendekatan ini membantu mempercepat siklus pengadaan, mengurangi ketergantungan pada pembayaran di muka atau LC yang kompleks, serta mengoptimalkan likuiditas di tengah transaksi impor yang semakin kompetitif pada 2026.
Tren impor dari Thailand pada 2025 menunjukkan dominasi produk kimia, plastik, dan karet, dengan nilai yang signifikan dan permintaan yang relatif stabil. Bagi importir, peluang ini akan semakin optimal jika diiringi dengan pengelolaan arus kas yang fleksibel dan strategi pembayaran yang tepat.
Memasuki 2026, importir yang mampu beradaptasi dengan pendekatan pembayaran yang lebih efisien akan berada pada posisi yang lebih kuat dalam memanfaatkan peluang impor dari Thailand.
Jadi, yuk, maksimalkan potensi bisnismu dengan PaperXB untuk 2026 dan seterusnya!
- 7 Produk Impor Terlaris dari Thailand ke Indonesia dan Peluangnya bagi Importir - Desember 29, 2025
- 5 Produk Impor Terlaris dari Jepang ke Indonesia, Peluang dari Kebutuhan Industri Besar - Desember 29, 2025
- 5 Produk Impor Terlaris dari Singapura ke Indonesia: Peluang untuk Bisnis 2026 - Desember 29, 2025

