China masih menjadi salah satu mitra dagang terpenting bagi Indonesia, khususnya sebagai negara asal impor. Bagi pelaku usaha, impor dari China bukan sekadar aktivitas perdagangan lintas negara, tetapi bagian dari strategi untuk menjaga efisiensi biaya, kontinuitas pasokan, dan daya saing bisnis.

Menariknya, produk yang paling banyak diimpor dari China ke Indonesia bukan hanya barang konsumsi, melainkan didominasi oleh barang modal, bahan baku, dan produk setengah jadi. 

Pola ini menunjukkan bahwa impor dari China berperan langsung dalam menopang aktivitas produksi dan ekspansi industri di dalam negeri. 

Di balik tren tersebut, terdapat peluang bisnis yang cukup besar bagi importir, distributor, maupun pelaku usaha B2B.

Baca Juga: 5 Tips Sukses Cari Supplier China Langsung dari Pabrik!

Tren Produk Impor Terlaris dari China ke Indonesia

1. Mesin dan peralatan mekanis

Mesin dan peralatan mekanis merupakan salah satu komoditas impor terbesar dari China. Produk ini mencakup mesin industri, peralatan pabrik, dan suku cadang manufaktur yang digunakan lintas sektor.

Tingginya impor mesin mencerminkan aktivitas investasi dan modernisasi kapasitas produksi di Indonesia, terutama pada sektor manufaktur dan konstruksi.

2. Mesin dan perlengkapan elektrik

Produk elektrik dan elektronik dari China juga sangat dominan, meliputi komponen elektronik, kabel, panel listrik, hingga perangkat otomasi. Kategori ini banyak dibutuhkan untuk pengembangan infrastruktur, digitalisasi industri, dan peningkatan efisiensi proses produksi.

3. Besi dan baja serta produk turunannya

Besi dan baja dari China masih menjadi bahan baku penting bagi sektor konstruksi, manufaktur, dan industri berat. Meski produksi domestik terus berkembang, impor tetap dibutuhkan untuk memenuhi volume dan spesifikasi tertentu.

4. Bahan kimia

China juga menjadi pemasok utama bahan kimia industri yang digunakan sebagai input produksi sektor makanan dan minuman, tekstil, farmasi, hingga manufaktur.

5. Bahan tekstil

Mengutip BPS, industri tekstil nasional masih mengimpor benang dan kain tertentu dari China untuk menjaga kapasitas produksi dan memenuhi permintaan ekspor maupun pasar domestik.

6. Barang konsumsi dan produksi rumah tangga

Produk konsumsi seperti peralatan rumah tangga dan produk plastik tetap memiliki volume impor besar, menurut Reuters

Namun, porsinya relatif lebih kecil dibanding barang modal dan bahan baku, sehingga struktur impor Indonesia tetap bersifat produktif.

Selain enam kategori utama di atas, impor dari China juga mencakup plastik dan produk plastik, produk keramik dan kaca,, aluminium dan logam non-besi lainnya, produk karet, hingga furnitur dan perlengkapan interior.

Meski kontribusinya lebih kecil, komoditas ini tetap penting bagi sektor konstruksi, manufaktur ringan, dan perdagangan.

Baca Juga: Cara Impor Barang dari China ke Indonesia, Cocok untuk Pebisnis!

Dari Tren ke Peluang Bisnis

Dominasi bahan baku, mesin, dan produk setengah jadi menunjukkan bahwa impor dari China mencerminkan permintaan industri yang nyata dan berulang. 

Bagi pelaku usaha, kondisi ini membuka beberapa peluang, seperti:

  • Distribusi dan trading B2B, terutama untuk mesin ringan, komponen elektrik, plastik, dan bahan kimia.
  • Value-added business, seperti impor barang setengah jadi untuk dirakit, dikustomisasi, atau dikemas ulang di Indonesia.
  • Substitusi pasokan yang belum stabil, khususnya untuk produk dengan spesifikasi tertentu yang belum tersedia secara konsisten di dalam negeri.

Karena permintaannya bersifat struktural, risiko pasar cenderung lebih terukur dibanding produk konsumsi musiman.

Tantangan Importir: Arus Kas dan Pembayaran Internasional

Di balik peluang tersebut, importir menghadapi tantangan utama berupa arus kas.

Pembayaran ke supplier luar negeri sering kali harus dilakukan di awal, sementara pendapatan baru masuk setelah barang tiba dan terjual. 

Metode pembayaran konvensional seperti TT atau LC juga memiliki keterbatasan dari sisi waktu dan fleksibilitas.

Untuk importir yang rutin melakukan transaksi internasional, pendekatan pembayaran yang lebih fleksibel menjadi semakin relevan. 

Salah satu opsi yang kini tersedia adalah menggunakan PaperXB, yang memungkinkan pembayaran ke supplier luar negeri dengan kartu kredit dengan kurs kompetitif, tanpa biaya tersembunyi. 

Dengan mekanisme ini, importir memiliki tempo pembayaran yang lebih panjang hingga 45 hari.

Waktu ini bisa digunakan untuk memutar barang sebelum dana benar-benar keluar, sehingga likuiditas lebih terjaga tanpa mengubah model bisnis secara drastis.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang PaperXB, Anda bisa klik di sini dan registrasi ke Paper gratis!

Tren produk impor terlaris dari China ke Indonesia didominasi oleh mesin, peralatan elektrik, besi dan baja, bahan kimia, tekstil, serta berbagai bahan baku industri lainnya. 

Pola ini menegaskan bahwa impor dari China berperan strategis dalam menopang produksi dan pertumbuhan industri nasional.

Bagi pelaku usaha, memahami tren ini bukan hanya soal mengetahui produk apa yang paling banyak diimpor, tetapi juga membaca peluang bisnis di baliknya, mulai dari distribusi B2B hingga pengembangan produk bernilai tambah.

 Dengan pengelolaan arus kas dan strategi pembayaran internasional yang tepat, aktivitas impor dapat menjadi sumber pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Content Writer dengan 4 tahun pengalaman menangani konten beragam topik di berbagai industri baik B2C dan B2B, termasuk bisnis, ekonomi, keuangan, dan sebagainya. Saat ini menulis di Paper.id untuk memperkaya wawasan pemilik bisnis dan memajukan industri B2B seluruh Indonesia.
Nadiyah Rahmalia