4 Jenis Rasio Likuiditas Beserta Contoh Cara Menghitungnya

Saat menjalankan bisnis, menjaga kondisi keuangan tetap sehat tentu menjadi prioritas utama. Salah satunya dengan memahami seberapa mampu bisnismu memenuhi kewajiban jangka pendek atau biasa disebut rasio likuiditas.

Rasio likuiditas membantu kamu mengetahui apakah perusahaan memiliki cukup aset lancar untuk menutupi utang yang harus dibayar. Dengan begitu, kamu bisa lebih tenang mengambil keputusan, tanpa khawatir soal kemampuan bayar di tengah jalan.

Maka dari itu, berikut pembahasan 4 jenis rasio likuiditas yang paling umum digunakan, lengkap dengan contoh cara menghitungnya agar kamu bisa langsung menerapkannya pada bisnismu. Yuk, simak selengkapnya!

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio adalah rasio likuiditas yang paling simpel dan sering digunakan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar (aset yang mudah dicairkan dalam setahun).

Rumus:

Current ratio = Aset lancar / Utang lancar

Sebagai contoh, PT Sejahtera memiliki aset lancar Rp12.000.000 dan utang lancar Rp6.000.000. Maka perhitungannya:

Current ratio = 12.000.000 / 6.000.000 = 2,0.

Jika hasilnya di atas 1, artinya perusahaan cukup aman untuk membayar utang jangka pendek. Tetapi jika terlalu tinggi (misalnya di atas 3), bisa jadi perusahaan kurang memanfaatkan aset lancar secara efisien.

Baca Juga: Jurnal Umum Akuntansi: Fungsi, Elemen, Cara Buat, dan Contohnya

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Quick ratio atau rasio cepat lebih ketat dibanding current ratio. Dalam perhitungan ini, persediaan (stok barang) tidak dihitung karena tidak secepat itu dicairkan menjadi kas.

Rumus:

Quick ratio = (Aset lancar – Persediaan) / Utang lancar

Misalnya, PT Maju Terus punya aset lancar Rp15.000.000, stok Rp3.000.000, dan utang lancar Rp5.000.000. Maka perhitungannya:

Quick ratio = (15.000.000 – 3.000.000) / 5.000.000 = 2,4.

Jika nilainya di atas 1, biasanya dianggap baik. Namun, nilai yang terlalu tinggi juga bisa menandakan dana tidak dimanfaatkan maksimal.

Untuk bisa menghitung rasio dengan akurat, tentu kamu membutuhkan pencatatan keuangan yang rapi dan lengkap. Untuk itu, kamu bisa gunakan software akuntansi online Paper.id. 

Lewat Paper.id, semua transaksi keuangan tercatat otomatis, laporan keuangan pun langsung tersedia, jadi kamu bisa pantau rasio likuiditas dan kondisi keuangan bisnismu secara real-time, tanpa repot manual.

Yuk, kelola keuangan bisnismu lebih mudah, cepat, efisien dengan Paper.id!

Baca Juga: Contoh Jurnal Akuntansi Keuangan, Serta Cara Mudah Membuatnya!

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio menilai kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendek hanya dengan kas dan surat berharga, tanpa mengandalkan aset lancar lainnya.

Rumus:

Cash ratio = (Kas + Surat berharga) / Utang lancar

Contohnya, PT Cemerlang punya kas Rp4.000.000, surat berharga Rp2.000.000, dan utang lancar Rp4.000.000. Maka perhitungannya:

Cash ratio = (4.000.000 + 2.000.000) / 4.000.000 = 1,5.

Rasio ini jarang dijadikan acuan utama karena biasanya perusahaan tidak menyimpan terlalu banyak kas agar tetap produktif.

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)

Cash turnover ratio digunakan untuk mengukur seberapa cepat kas berputar melalui penjualan dalam satu periode.

Rumus:

Cash turnover ratio = Penjualan bersih / Rata-rata kas

Misalnya, PT Sukses Abadi punya penjualan bersih Rp100.000.000 dan rata-rata kas Rp10.000.000. Maka perhitungannya:

Cash turnover ratio = 100.000.000 / 10.000.000 = 10 kali.

Semakin tinggi rasio ini, artinya kas perusahaan berputar lebih cepat, menunjukkan aktivitas operasional yang lancar dan penjualan yang sehat.

Baca Juga: Contoh Jurnal Umum, Lengkap dengan Fungsi dan Cara Buatnya

Demikian 4 jenis rasio likuiditas, lengkap dengan contoh cara menghitungnya dengan mudah. Dengan memantau rasio-rasio ini secara rutin, kamu bisa lebih sigap mengambil keputusan, menjaga operasional tetap berjalan, dan menghindari risiko gagal bayar yang bisa mengganggu kelangsungan usaha.

Namun, semua perhitungan ini tentu tidak akan maksimal jika pencatatan keuanganmu masih berantakan, apalagi jika masih dilakukan secara manual. Agar memudahkanmu dalam hal ini, kamu perlu memiliki sistem akuntansi yang rapi dan terintegrasi seperti Paper.id. 

Dengan bantuan fitur laporan keuangan yang lengkap dan otomatis dari Paper.id, kamu bisa menyempurnakan catatan akuntansi sekaligus menyediakan berbagai laporan keuangan dasar yang langsung terkoneksi.

Jadi, kamu bisa pantau kesehatan keuangan bisnis secara internal dengan lebih mudah, akurat, dan real-time.

Yuk, coba Paper.id sekarang, gratis! dan rasakan sendiri betapa praktisnya mengelola keuangan bisnismu.