B2B Marketing– Bisnis tubuh subur di Indonesia. Laporan terbaru mengatakan jika ada sekitar 3% dari total seluruh penduduk di tanah air telah memulai bisnis mereka sendiri. Perkembangan itu juga didorong dengan majunya teknologi, seperti keberadaan sosial media dll.

Perusahaan startup menjadi salah satu yang paling menyita perhatian. Model jenis bisnis juga beraneka ragam, ada yang B2C (business to customer) dan ada juga yang B2B (business to business) serta beberapa lainnya. Namun saat ini, B2B belum banyak diminati lantaran dianggap terlalu lebar.

B2B Marketing adalah sebuah model bisnis yang menerapkan sistem penjualan dari seorang pebisnis terhadap pebisnis lainnya. Dengan kata lain, produk atau jasa yang diperjualbelikan hanya untuk keputusan korporat ataupun bisnis lainnya, bukan individu atau pelanggan biasa.

Contoh model jenis B2B yang berkembang pesat adalah ecommerce, seperti bhineka hingga tokodistributor. Mereka menjual produk-produk elektronik yang diperuntukkan kepada para retailer ataupun pemilik toko lainnya, bukan untuk pelanggan secara langsung.

Karena target pasar yang berbeda itulah, belum banyak pemilik usaha yang mau bermain dala usaha B2B. Lantas, bagaimana sebenarnya cara untuk menentukan target pasar dari model usaha ini?

B2B Marketing: Menentukan Target Pasar

B2B dan B2C Comparison
B2B dan B2C Comparison

Ketika berbicara tentang bisnis B2B, langkah yang akan diambil akan berbeda dengan model bisnis lainnya, yakni B2C ataupun C2B. Hal ini terjadi lantaran target pasar dari B2B itu lebih spesifik. Misalnya, kamu memiliki jasa penyalur pembersih kantor (semacam Go-Clean), kamu harus memetakan siapa saja targetmu nantinya.

Pastinya, target pasar tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang baru berdiri dan belum memiliki karyawan sendiri. Perusahaan rintisan yang baru memulai juga bisa menjadi target yang tepat. Dengan kata lain, target dari B2B jauh lebih sempit dari yang kebanyakan orang pikirkan.

Quicksprout menggambarkan perbedaan target pasar dari model bisnis B2B dengan B2C. Kamu bisa lihat jelasnya pada gambar yang tertera di atas. Dari data dalam gambar tersebut, terlihat jika bisnis B2B memiliki target yang lebih spesifik sehingga tidak bisa yang berani bermain di ranah tersebut.

Dengan kata lain, pasar yang bisa dimainkan oleh B2B lebih kecil dari pada ranah B2C. Namun, sedikitnya pasar bukan berarti B2B tidak laku. Sebab, perusahaan-perusahaan yang bermain di model bisnis tersebut masih bisa bertahan saat ini. Itu menandakan jika bisnis tumbuh stabil atau bahkan subur.

Pelanggan Jangka Panjang

B2B berbeda dengan B2C. Model bisnis B2B bisa dibilang berfokus terhadap keberadaan pelanggan dalam jangka panjang. Retention menurun lantaran pelanggan B2B akan kembali lagi untuk membeli produk atau jasa yang telah mereka beli sebelumnya. Contoh mudahnya, bisa kamu lihat dari penjualan meja makan.

Jika kamu menjual meja makan kepada seseorang pelanggan (B2C), mereka kemungkinan besar hanya akan membeli sekali. Selanjutnya? mereka tidak akan membeli lagi dalam waktu yang lama. Hal berbeda terjadi pada B2B marketing. Pelanggan mereka akan setia membeli lagi. Maksudnya bagaimana?

Kamu menjual meja makan kepada sebuah hotel baru. Hotel tersebut membutuhkan sekitar 100 meja untuk bangunan di lantai 1. Apabila kamu memberikan produk terbaik, mereka pasti akan kembali membeli produk kamu untuk pembuatan lantai-lantai berikutnya. Itulah alasan kenapa pelanggan jangka panjang sangat mudah didapatkan dalam B2B.

Pelanggan jangka panjang membutuhkan ‘pelayanan’ ekstra. Dalam artian, B2B marketing tidak bisa hanya melakukan pemasaran secara online (SEM, SEO ataupun iklan di sosial media). Sebab, produk atau jasa yang dijual akan diberikan kepada pelanggan dalam skala yang besar.

Misalnya, menjual sebuah meja makan kepada pelanggan mungkin saja bisa dilakukan secara online. Namun, apakah ada sebuah hotel yang mau membeli 1000 meja makan melalui online? Tentunya tidak. Pihak hotel pasti menginginkan jika pembelian dengan jumlah besar akan mempertemukan kedua pihak dan melihat sample produk terlebih dahulu.

Survey B2B
Survey B2B

McKinsey pernah membuat riset tentang kenyamanan pengguna dalam membeli setelah bertemu secara in person. Hasilnya, paling besar mengatakan jika mereka akan langsung membeli kembali setelah mendapatkan rekomendasi tersebut. Dengan kata lain, word of mouth disini sangatlah kuat.

Baca Juga: Word Of Mouth Gratis, Kenapa Pebisnis Lebih Pilih Iklan Berbayar?

Utamakan Kepuasan Pelanggan

Kepuasan Pelanggan
Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah concern utama dalam setiap jenis bisnis. Di B2B marketing, pelanggan juga harus merasakan hal yang sama. Kepuasan akan mengindikasikan jika mereka bakal kembali untuk membeli produk atau jasa yang diberikan. Lantas, bagaimana cara untuk mendapatkan kepuasan dari pelanggan? Lihat gambar di atas.

Tingkat kepuasan pelanggan bisa didapatkan setelah melalui customer journey yang tertera di atas:

1. Pre Trigger

Dimulai dari pengenalan sebuah brand atau merk bisnis dan juga mengenal reputasinya di kalangan masyarakat. Dampak yang diberikan dan bagaimana opini dari para pengguna sebelumnya.

2. Trigger

Kemudian, mulai mengenal dan mencari tahu tentang brand atau merk tersebut.

3. Consideration

Pelanggan mulai mempertimbangkan untuk membeli produk atau jasa terkait dengan harapan mendapatkan kepuasan tersendiri.

4. Experience

Mulai merasakan kenyamanan atas produk atau jasa yang dibeli.

5. Loyalty

Menyukai produk atau jasa yang diberikan dan tanpa sadar mempromosikannya kepada teman-teman terdekat (word of mouth).

Baca Juga: Selektif! Ini 5 Tips Mencari Software Akuntansi Terbaik Sesuai Bisnismu

Kesimpulannya, kepuasan pelanggan dapat dibuat oleh para pebisnis B2B namun harus ada usaha keras yang dilakukan untuk menciptakan sebuah produk atau jasa yang outstanding.

Banyaknya pelanggan B2B yang didapatkan, akan membuat pengelolaan bisnis akan menjadi lebih kompleks. Untuk itu, diperlukan sebuah software akuntansi yang dapat memudahkan seluruh kegiatan bisnis, mulai dari pengiriman invoice, pencatatan keuangan hingga pengaturan stok (bagi pengusaha dagang).

Untuk itu, Paper.id hadir sebagai solusi yang memudahkan pengelolaan bisnis. Hanya dengan menggunakan smartphone, Paper.id dapat diakses dengan mudah dan memperlancar bisnis walaupun sedang berada di dalam perjalanan. Klik di bawah ini untuk menggunakan Paper.id secara gratis.

 

 

Daniel Nugraha