Pada Oktober 2019, total nilai ekspor Indonesia hanya mencapai 14,9 juta dollar Amerika Serikat. Nilai itu turun sekitar 1 juta dollar dari ekspor pada Oktober 2018 (atau setahun sebelumnya). Itu artinya, ada penurunan yang signifikan dalam penjualan produk-produk dalam negeri ke luar negeri. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan hal itu terjadi.

Ada banyak faktor yang menyebabkan kenapa nilai ekspor Indonesia menurun. Senada dengan ekspor, kegiatan impor di Indonesia juga mengalami hal yang serupa. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi adalah kekurangan dalam melakukan kawasan perdagangan bebas (Free Trade Agreement). Namun, apakah hal tersebut sudah pasti memberikan dampak baik?

Tidak juga.

Perdagangan bebas bisa memberikan dampak baik dan buruk terhadap perkembangan bisnis di Indonesia. Alasannya apa? Sebelum menjelaskan hal tersebut, saya akan menjelaskan secara gamblang apa yang dimaksud dengan Free Trade Agreement (FTA) terlebih dahulu.

Baca juga: Ekspor Impor Menurun Akibat Corona, Ini Stimulus Non Fiskal Untuk Mengatasinya

Apa itu Perdagangan Bebas?

Singkatnya, FTA merupakan sebuah kebijakan yang biasanya dilakukan oleh dua negara atau lebih dimana perdagangan dan jasa bisa melewati batas negara tanpa dikenai tarif atau ongkos sama sekali. Perjanjian tersebut sifatnya terbuka dan semua pihak berhak untuk memberikan penjelasan masing-masing.

Contohnya, jika Indonesia melakukan perjanjian dengan negara Amerika Serikat, maka kegiatan ekspor dan impor akan jauh lebih murah. Sebab, para eksportir di tanah air tidak perlu lagi membayar mahal tarif angkut (ongkos kirim) ke negara tersebut. Namun, Indonesia juga perlu memikirkan dampak negatif apa yang akan terjadi jika FTA ini dilakukan.

Sejauh ini, Indonesia telah melakukan beberapa kerjasama FTA secara bilateral seperti Indonesia-Jepang (IJ-EPA), ASEAN-China, ASEAN-FTA (CEPT-AFTA), ASEAN-Korea, ASEAN-India dan ASEAN-Australia-Selandia Baru.

FTA Terbanyak di Dunia

Data dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menunjukkan jika Uni Eropa (28 Negara) menjadi pihak yang terbanyak melakukan kerjasama perdagangan bebas dengan negara lain. Total, mereka mempunyai 41 perjanjian per Agustus 2019 dan itu mungkin akan terus bertambah pesat seiring berjalannya waktu.

Sementara itu, United States hanya mempunyai 14 perjanjian perdagangan bebas per Agustus 2019. Hubungan bilateral yang dibangun oleh United States kebanyakan terjadi dengan negara-negara asal Amerika Latin, Amerika Utara dan juga Timur Tengah. Lantas, apakah Amerika Serikat mempunyai perjanjian FTA dengan Indonesia? Jawabannya ada.

Kerjasama antara Indonesia-Amerika Serikat sudah terjalin cukup lama. Bahkan dalam jangka 5 tahun ke depan, diharapkan nilai perdagangan yang terjadi di kedua negara bisa menembus 60 milliar dollar. Saat ini, angka tersebut masih mandeg setengahnya atau 30 milliar dollar. Namun diharapkan semuanya akan berkembang dengan pesat.

Ekspor dan impor bukanlah satu-satunya substansi yang masuk di dalam FTA. Ada beberapa lainnya semisal perdagangan barang, perdagangan jasa, hak kekayaan intelektual, investasi, tenaga kerja, prosedur kepabeanan, capacity building dan lainnya.

Hubungan FTA dan Ekspor Impor

Benarkah jika FTA bisa mempengaruhi ekspor impor di Indonesia? Jawabannya iya.

Kebijakan perdagangan bebas membuat kedua belah pihak bisa mendapatkan kemudahan dalam melakukan transaksi perdagangan. Singkatnya, perjanjian tersebut bisa membuat eksportir asal Indonesia tidak perlu mengeluarkan uang lebih ketika mengirimkan barang mereka ke luar negeri. Pemeriksaan serta pengawasan juga akan lebih mudah karena tertuang dalam perjanjian tersebut.

Pembentukan FTA juga akan memudahkan seluruh anggotanya karena mereka akan mendapatkan manfaat dua hal yakni trade creation dan trade diversion. Apakah pengertian dari kedua hal tersebut?

Mudahnya, trade creation adalah perdagangan yang akan tercipta padahal sebelumnya tidak pernah terjadi. Misalnya, Indonesia biasa mengimpor dari beras dari Thailand. Namun karena Indonesia melakukan perjanjian dengan Vietnam, maka mereka harus membeli beras dari negara yang bersangkutan pula.

Sedangkan, trade diversion adalah penurun tariff yang terjadi ketika kerjasama telah dimulai. Hal ini sudah dibicarakan di awal paragraf ini.

Dampak Negatif dari FTA

Dari penjelasan di atas, perdagangan bebas nampaknya memberikan angin segar bagi para pebisnis di Indonesia jika ingin melakukan ekspansi pasar ke luar negeri. Namun, hal ini juga ternyata bisa memberikan dampak negatif yang bisa merugikan negara dan juga para pemain bisnis khususnya industri kecil menengah sekelas UMKM.

Dampak-dampak negatif yang dimaksud adalah:

1. Kalah Kualitas

FTA tidak melulu tentang menjual barang ke luar negeri (ekspor). Jika ada barang dijual, pasti juga akan ada barang yang masuk ke dalam negeri (impor). Sebab, ada banyak produk-produk luar negeri yang bisa bersaing di dalam negeri dengan harga lebih murah tanpa mengurangi kualitas mereka dalam penggunaannya.

Sebagai contoh barang impor dari China. Saat ini, China telah berkembang pesat dan bahkan memenangkan pasar di sebagian sektor. Di sektor smartphone, ada Xiaomi yang mampu menjadi daya tarik sendiri di Indonesia sehingga mereka mempunyai pengguna yang cukup banyak di Indonesia.

2. Menurunnya Pertumbuhan dalam Negeri

Masih berhubungan dengan dampak yang pertama. Jika produk-produk impor ‘menjajah’ produk lokal, maka tingkat konsumerisme di tanah air semakin meningkat. Namun, produk-produk dalam negeri yang kalah bersaing akan membuat pertumbuhan juga tentunya akan menurun.

Beberapa aspek yang bisa memperlihatkan penurunan pertumbuhan produk dalam negeri bisa terlihat dari semakin banyaknya pengusaha yang gulung tikar hingga banyak pengangguran yang kesulitan mencari pekerjaan.

Baca juga : Ekspor dan Impor: Cara Mengirim dan Mengemas Produk ke Luar Negeri (Part 4)

Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan jika perdagangan bebas tidak 100% memberikan keuntungan bagi para eksportir dan importir dalam negeri. Semuanya dikembalikan kepada negara dan pebisnis dalam menentukan kebijakan yang bisa menguntungkan mereka tanpa harus mengorbankan kepentingan orang banyak.

Jika kalian memiliki pendapat lain mengenai hal ini, silahkan tulis pendapat kalian di kolom komentar yang ada di bawah.

Jika kalian punya bisnis dan masih mengelolanya secara manual, ini saatnya untuk mengubah secara lebih otomatis. Caranya, kalian bisa menggunakan software akuntansi dan invoice Paper.id. Klik disini buat daftar gratis selamanya.

Daniel Nugraha