Siapa yang tidak mengenal fenomena black friday? pesta belanja yang terkenal di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tersebut biasa diadakan setiap satu tahun sekali. Ketika event ini tiba, ratusan atau bahkan ribuan orang akan berdesak-desakan untuk menuju ke toko favorit mereka. Tujuan mereka hanya satu, yakni mendapatkan barang favorit dengan harga lebih murah dari harga yang biasa mereka bayarkan.
Black Friday tak ubahnya seperti Hari Belanja Online Nasional (HARBOLNAS) yang diadakan di Indonesia. Bedanya, fenomena black friday ini tidak terlalu populer di tanah air. Selain itu, event tersebut diselenggarakan setelah hari Thanksgiving yang mana biasa dilakukan di Amerika Serikat bukan di Indonesia.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, black friday berarti hari hitam. Dalam akuntansi, hitam berarti keuntungan berlawanan dari warna merah yang menandakan sebuah kerugian. Oleh karena itu, event belanja besar-besaran ini dianggap sebagai sebuah simbiosis mutualisme yang menguntungkan pihak pembeli dan penjual. Black Friday kerap kali dikaitkan dengan Thanksgiving, kenapa?
Fenomena Black Friday dan Thanksgiving
Kenapa black friday selalu dikaitkan dengan hari thanksgiving? sebab, event tersebut memang biasanya terjadi satu hari setelah hari raya tersebut dirayakan. Thanksgiving itu sendiri merupakan hari raya pengucapan syukur yang hanya dirayakan sebagian negara saja, seperti Amerika Serikat, negara di Benua Eropa, Jepang dan beberapa negara lainnya.
Di Amerika Serikat, Hari Raya Thanksgiving selalu dimeriahkan dengan acara-acara besar. Bahkan, negara yang dipimpin oleh Donald Trump tersebut menetapkan hari tersebut sebagai libur nasional selama 4 hari dalam satu pekan. Uniknya, jatuhnya thanksgiving ini tidak memiliki tanggal tetap melainkan pada hari Kamis, November pada minggu keempat di akhir bulan.
Pada tahun 2018 ini, Thanksgiving jatuh pada hari Kamis, 22 November 2018. Biasanya, black friday ini selalu terjadi satu hari setelah hari raya tersebut usai digelar. Pada kasus tahun ini, black friday berarti terjadi pada tanggal 23 November 2018. Ketika hari tersebut tiba, semua toko di Amerika Serikat akan buka lebih pagi dan memberikan berbagai diskon menarik untuk para pengunjungnya.
Black Friday Berbeda dengan Harbolnas
Jika Harbolnas atau Single’s day dipopulerkan oleh marketplace atau ecommerce, black friday sangatlah berbeda. Sebab, event diskon belanja ini telah ada sejak tahun 1966 silam dan diinisiasi oleh swalayan atau pasar tradisional di wilayah Philadelphia, Amerika Serikat. Kala itu, perekonomian salah satu negara bagian di Paman Sam tersebut tidaklah bagus. Namun, anehnya, masyarakat disana malah berbondong-bondong menuju pasar sehari setelah thanksgiving.
Berbelanja satu hari setelah thanksgiving dilakukan oleh masyarakat lokal lantaran mereka ingin menyambut Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dalam seketika, fenomena tersebut terus terjadi setiap tahunnya, tepatnya satu hari setelah Thanksgiving dirayakan. Momen itupun ditangkap oleh para pemilik toko sehingga mereka memberikan potongan harga dan memulai kampanye “black friday” tersebut.
Layaknya sebuah tradisi, berdesak-desakan ketika menuju pusat perbelanjaan untuk merayakan black friday menjadi hal yang sangat lumrah. Para pengunjung rela antre di loket pembayaran ataupun berebut untuk mendapatkan barang idaman demi memuaskan hasrat belanja. Selain itu, mereka juga ingin menjaga tradisi itu tetap terjaga.
Penipuan Berkedok Black Friday
Berbelanja di saat black friday tidak sepenuhnya aman. Sama seperti event diskon belanja lainnya, ada banyak oknum yang memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan tindakan scamming ataupun penipuan. Lebih lanjut, penipuan yang mereka lakukan tergolong sangat niat hingga membuat sebuah halaman website abal-abal demi menarik minat konsumen.
Parahnya lagi, scamming yang dilakukan tersebut mereka sebarkan melalui pesan singkat seperti Whatsapp, BBM hingga sosial media. Berbagai cara mereka gunakan untuk menarik atensi para pembeli untuk “klik” situs yang mereka buat, salah satu yang populer adalah dengan iming-iming kupon atau cashback hingga 100% bahkan lebih.
Apabila Anda termakan penipuan tersebut, scammers bisa menyebarkan malware maupun virus yang bisa mengambil seluruh informasi data diri Anda. Jika hal itu terjadi, mereka akan ‘menyamar’ dengan menggunakan data diri Anda untuk melakukan tindakan kejahatan.
Cyber Monday, Inisiasi Toko Online Dunia
Jika Black Friday dibuat oleh toko-toko offline di Amerika Serikat, berbeda halnya dengan Cyber Monday. Event ini diadakan setiap hari senin setelah Thanksgiving. Di tahun ini, Cyber Monday jatuh pada tanggal 26 November 2018. Cyber Monday dibuat oleh serangkaian toko online di Negeri Paman Sam untuk mendorong konsumen mau berbelanja melalui sistem daring. Pada awalnya, gerakan ini telah diinisiasi sejak tahun 2005.
Kala itu, sebuah situs jualan bernama Shop.org menjadi inisiator dengan membuat sebuah gerakan bernama Cyber Monday bertajuk “Hari Jualan Online Terbesar Tahun Ini”. Event empat hari setelah Thanksgiving tersebut pun terus meluas hingga tahun ini. Bahkan, marketplace-marketpace besar serta ecommerce di dunia pun turut memeriahkan diskon tersebut.
Salah satu alasan mengapa Cyber Monday terus dilakukan adalah lantaran peningkatan penjualan yang signifikan pada setiap tahunnya. Di 2017, tercatat, perputaran uang yang terjadi dalam event tersebut mencapai 6.59 triliun dollar. Jumlah itu meningkat drastis dari penjualan di tahun 2015 yang hanya mencapai 2.59 triliun dollar Amerika.
- Kelebihan dan Kekurangan Virtual Credit Card Dibandingkan Kartu Kredit Fisik - Oktober 3, 2024
- AP Automation Cost dan Dampaknya Dalam Mengurangi Anggaran Bisnis - September 24, 2024
- Cashback s.d Rp250 Ribu Dengan Visa Commercial Card! - September 20, 2024