Jika kalian pernah membayar sesuatu, entah itu barang, makanan ataupun tagihan lainnya, menggunakan smartphone atau transfer uang menggunakan QR Code di gadget, itu artinya Anda telah menjadi bagian dari masyarakat yang menggunakan fintech. Perusahaan fintech (financial technology) merupakan salah satu terobosan terbaru dalam industri keuangan non tunai yang saat ini sedang digalakan.

Fintech mempunyai peranan besar dalam perubahan ekonomi secara global. Dengan adanya medium ini, seorang pengusaha tidak perlu lagi repot untuk mengantri berlama-lama di ATM hanya untuk membayarkan tagihan uang kepada distributor. Sebab, mereka bisa membayarnya dengan mudah melalui gadget. Transfer gaji ke karyawan juga sangat mudah, hanya dengan menggunakan jari di gadget Anda.

Keberadaan fintech ini juga menguntungkan seorang konsumen, mereka bisa melakukan pinjaman secara online tanpa harus bertemu atau bertatap muka dengan kreditor sebab mereka hanya harus mengisi data diri. Jumlah uang yang diinginkan juga bisa didapatkan dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan jam. Lantas, apa itu sebenarnya fintech dan kenapa perusahaan tersebut dapat berkembang dengan pesat di dunia?

Baca juga : Peran Fintech dalam Digitalisasi Perbankan yang Lebih Mudah dan Efisien

Mengenal Perusahaan Fintech

Secara akronim fintech merupakan singkatan dari financial technology. Namun, banyak orang yang masih belum mengerti apa itu fintech sebenarnya. Jika diartikan, fintech adalah sebuah hasil gabungan dari teknologi dengan keuangan. Dengan kata lain, teknologi mengubah cara pandang uang yang dulunya secara konvensional. Kini, pengguna fintech bisa melakukan segala macam transaksi melalui sebuah gadget atau smartphone.

Sebelum fintech benar-benar dilakukan, perbankan merupakan sebuah metode yang dianggap paling ampuh dalam meminimalisasi penggunaan uang kertas. Namun, setiap bank dan perusahaan start up semakin mempermudah para konsumen mereka dengan memberikan layanan mudah melalui sebuah gadget. Transaksi jarak jauh yang biasa dilakukan dalam waktu yang lama, kini dapat diselesaikan dalam hitungan detik.

Pada awalnya, fintech dibuat atas dasar pengalaman personal para pengguna kartu kredit atau debit. Banyak konsumen yang mengeluh untuk pergi ke ATM untuk membayar tagihan mereka atau bahkan hanya untuk memeriksa tabungan mereka. Oleh karena itu, mulailah dibuat aplikasi di smartphone untuk mempermudahkan akses konsumen dalam aktivitas bisnis ataupun belanja secara online dan real time.

Perkembangan Financial Technology Saat ini

Tidak jelas kapan pertama kali fintech tumbuh berkembang di Indonesia. Namun, sebagian besar pengamat mengatakan jika benih-benih teknologi keuangan ini telah ada sejak 12 tahun silam, tepatnya pada tahun 2006. Akan tetapi, kala itu, fintech masih belum sepopuler belakangan ini. Dalam dua tahun terakhir contohnya, nilai transaksi yang ada di Indonesia sekitar 15 miliar dollar atau kurang lebih 200 triliun rupiah, menurut laporan dari Bank Indonesia (BI).

Pada awal tahun 2006, perusahaan fintech di Indonesia hanya ada sekitar 7% namun kini telah meningkat mencapai 78% dengan total penyedia mencapai lebih dari 150 perusahaan, baik itu rintisan (start up) ataupun perbankan. Ada banyak hal yang menyebabkan fintech berkembang sangat pesat di Indonesia. Namun, kemudahan dalam akses keuangan menjadi hal yang paling vital sehingga konsumen sangat menyukainya dan mulai beralih perlahan-lahan dari metode konvensional.

Ada satu fakta unik di balik perkembangan financial technology, yakni sasaran target pengguna jasa tersebut. Usut punya usut, andil dari generasi milennial sangatlah besar bahkan yang tertinggi saat ini. Menurut data yang diambil dari Asosiasi Financial Technology Indonesia (AFTECH), generasi milennial menjadi pengguna tertinggi metode keuangan modern ini.

Munculnya generasi milennial sebagai pengguna fintech terbanyak bukanlah hal yang aneh. Sebab, kebiasaan mereka menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan menjadi salah satu contohnya. Mulai dari nongkrong, minum kopi di tempat ternama hingga menonton bioskop, semua hal itu mereka bayar melalui smartphone. Alasannya sangat tertebak selain karena lebih mudah, potongan harga yang ditawarkan juga cukup besar.

Baca juga : Fintech Corner Agustus 2020 – OJK Virtual Innovation Day dan Wawancara CEO Paper.id

Teror, Masalah Usang Fintech di Indonesia

Debt Collector
Debt Collector

Penggunaan fintech di dalam kehidupan sehari-hari memang sangat membantu kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, ada sebuah masalah pelik yang berulang-ulang terjadi. Salah satu fitur yang dianggap paling berkontribusi dari fintech adalah peminjaman uang (lending). Namun, siapa sangka, jika penerapan fitur tersebut tidak maksimal, salah satu alasannya adalah teror dari pihak debt collector atau penagih hutang.

Pada bulan September 2018, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) setidaknya menerima lebih dari 100 keluhan konsumen yang menggunakan peminjaman dari perusahaan fintech. Para konsumen tersebut melakukan pengaduan sebab merasa mendapatkan teror dari pihak penagih fintech di tanah air. Mereka mengeluhkan banyak hal, mulai dari penagihan secara paksa, bunga yang terlampau tinggi hingga pelanggaran hak dari konsumen.

YLKI pun merespon permintaan tersebut dengan cara melaporkan beberapa perusahaan fintech yang bermasalah untuk ditindak oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejauh ini, sudah ada 5 perusahaan yang telah dicabut perizinannya oleh OJK sebab mereka dianggap menyulitkan para konsumen dalam hal penagihan pelanggan.

Pada intinya, fintech dibuat untuk mempermudah para pengusaha untuk melakukan transaksi terhadap konsumen mereka. Hal serupa dilakukan oleh Paper.id. Software invoicing #1 itu memberikan kemudahan untuk mengirimkan tagihan secara online tanpa perlu menunggu waktu lama dalam menerima tagihan dari pelanggan.

 

Daniel Nugraha