Apakah ada perusahaan asal Asia yang mampu menembus 10 besar perusahaan terbesar di dunia? Jawabannya bahkan lebih mengejutkan dari hal tersebut. Faktanya, saat ini ada satu perusahaan Asia yang mampu menempati peringkat ke-6 perusahaan terbesar di dunia, Alibaba.

Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma tersebut memiliki nilai pasar yang sangatlah besar, yakni 480.8 miliar dollar berdasarkan data dari statista. Jumlah tersebut kurang lebih setengah dari milik Amazon yang saat ini ‘berkuasa’ di model bisnis ecommerce, 916.1 miliar dollar.

Ada beberapa alasan yang membuat Alibaba sukses besar saat ini, salah satunya adalah kecerdikan mereka dalam memanfaatkan situasi. Sebagai contohnya setiap tanggal 11/11, Alibaba membuat event jualan bertajuk Single’s Day. Pada tahun ini, event tersebut berhasil meraup penjualan kotor mencapai 38 miliar dollar.

Jumlah yang didapatkan pada tahun ini, bahkan melebihi ekspektasi yang diharapkan. Bagaimana tidak, angka penjualan kotor di tahun sebelumnya hanya menyentuh 30 miliar dollar. Itu artinya, ada peningkatan hingga 8 miliar dollar dalam waktu 1 tahun saja.

Sayangnya, ada banyak laporan buruk yang mengiringi keberhasilan dari Alibaba tersebut. Ada beberapa isu yang membuat nama perusahaan besutan Jack Ma menjadi ‘kurang’ dipercayai, misalnya adalah harga murah namun kualitas buruk hingga scamming yang berujung kepada penipuan

Alibaba terletak di China dan sebagian besar supplier mereka berasal dari negara yang sama. Sedangkan, pembeli mereka ada di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Aturan ekspor impor yang ketat ternyata masih bisa kecolongan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Pertumbuhan ekspor dan impor di China, membuat Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Donald Trump, membuat peraturan baru. Negara Adidaya tersebut memberlakukan bea masuk sebesar 34 miliar dollar terhadap semua produk-produk yang berasal dari negeri Tirai Bambu.

Berasaskan pasal 301 UU Amerika Serikat tahun 1974 tentang perdagangan, Donald Trump menuding jika adanya praktik perdagangan tidak adil serta pencurian kekayaan intelektual. Lantas, apakah China diam begitu saja? Tentu tidak!

Sebagai balasan atas tudingan Amerika Serikat, China juga melakukan hal serupa. Mereka memberlakukan bea masuk untuk semua produk-produk asal Negeri Paman Sam dengan besaran yang sama. Hingga saat ini, kompetisi yang dilakukan oleh kedua negara tersebut dikenal sebagai Trade War.

Kembali lagi ke topik. Semenjak masifnya perkembangan ecommerce, pengiriman antar negara (ekspor & impor) memang selalu menjadi masalah yang akut. Bukan hanya Alibaba, perusahaan dengan model bisnis yang sama, seperti JD.ID hingga Amazon pastinya mengalami hal serupa.

Mau tau lebih lengkap mengenai ekspor dan impor? Baca daftar lengkapnya di bawah sini:

  1. Ekspor dan Impor: Fenomena Jualan Barang ke Mancanegara (Part 1) 
  2. Ekspor dan Impor: Regulasi Perdagangan yang Wajib Diketahui Pengusaha (Part 2)
  3. Ekspor dan Impor: Metode Pembayaran dalam Transaksi Jual Beli (Part 3)
  4. Ekspor dan Impor: Cara Mengirim dan Mengemas Produk ke Luar Negeri (Part 4)
  5. Ekspor dan Impor: Apakah Proses Pengiriman Via Bea Cukai Rumit? (Part 5)

Lantas, bagaimana sebenarnya regulasi dalam ekspor dan impor berlaku? Cari tahu lebih lengkap mengenai hal ini secara lebih detail disini.

Apa itu Ekspor dan Impor?

Kita hidup di jaman yang sangat menarik. Kita hidup di jaman yang serba digital dimana pengusaha bisa mendapatkan pelanggan hanya melalui sentuhan jari mereka. Lebih hebatnya lagi, pelanggan yang didapatkan tersebut berada di wilayah dengan tempat dan jam berbeda.

Peluang untuk berbisnis saat ini tentunya jauh lebih mudah daripada jaman dulu yang terbatas oleh jarak dan waktu. Jaman dulu, hanya perusahaan multinasional saja yang bisa melakukan ekspor atau impor produk ke luar negeri.

Stop disini. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ekspor dan impor produk sebuah bisnis?

Ekspor adalah pengiriman barang keluar negeri dengan tujuan menjualnya kepada orang lain disana. Sedangkan, impor adalah kegiatan membeli barang, dalam jumlah sedikit atau banyak, untuk kebutuhan penggunaan pribadi ataupun dijual kembali.

Memahami Ekspor Produk

Ekspor dibagi menjadi dua bentuk besar yaitu: Direct Exporting dan Indirect Exporting.

Direct Exporting adalah sebuah aktivitas bisnis yang terjadi di antara eksportir dan importir tanpa melibatkan pihak ketiga (jasa ekspedisi dll). Opsi ini sangat cocok digunakan oleh para pebisnis yang ingin melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri.

Indirect Exporting adalah kerjasama yang dilakukan oleh seorang pebisnis dengan perantara di negara lain. Dengan begitu, pebisnis akan melakukan ekspor ke perantara dan membiarkannya mencari pelanggan disana. Bisa dibilang mirip dengan dropshipper.

Memahami Impor Produk

Impor merupakan kebalikan dari ekspor. Tujuan dari impor produk ada dua yakni untuk dipakai sendiri ataupun dijual lagi kepada orang lain. Salah satu pengguna Paper.id, yaitu Shoppuccu melakukan bisnis serupa dengan keuntungan yang cukup lumayan besar.

Kenapa melakukan impor produk? Jawabannya adalah untuk menghindari persaingan yang semakin kompetitif. Membeli produk dari luar negeri memungkinkan seorang pengusaha mendapatkan harga yang lebih murah atau bahkan menemukan produk baru yang belum dijual di dalam negeri.

Jika kamu pikir impor produk adalah hal yang sulit, sepertinya kamu harus pikir lagi. Sebab, saat ini banyak sekali ecommerce yang mempermudah hal tersebut. Bahkan, ada dari mereka yang ‘berani’ memberikan ongkir gratis walaupun antar negara. Itu juga menjadi alasan meningkatnya impor pada beberapa tahun belakangan.

John J. Capella dalam bukunya yang berjudul Export and Import For Dummies mengatakan jika ada dua keuntungan dalam melakukan impor barang yaitu menemukan barang dengan harga yang murah dan kualitas mewah.

Manfaat dari Ekspor dan Impor

Harga murah dan produk yang unik memang merupakan manfaat dari melakukan ekspor dan impor. Namun selain kedua hal tersebut, masih ada lagi keuntungan dari melakukan transaksi antar negara yakni:

1. Meningkatkan sales dan profit

Sebuah riset yang dilakukan oleh eksportir dan importir di UK menunjukkan jika melakukan transaksi antar negara meningkatkan peningkatan produktivitas mencapai 34%. Dan, sekitar 54% pebisnis mengakui mendapatkan peningkatan signifikan dari segi penjualan.

Kenapa mereka bisa mendapatkan keuntungan besar? Sebab, mereka melakukan ekspor bahan baku dengan harga yang lebih murah dari harga lokal. Namun, murahnya harga tersebut hanya bisa didapatkan apabila kamu melakukan pembelian dalam skala besar.

Singapura merupakan contoh terbaik untuk melihat kemajuan ekspor barang. Perusahaan disana mungkin tidak akan bisa bersaing apabila hanya menjual produk di dalam negeri mengingat Singapura mempunyai populasi manusia yang tidak terlalu banyak.

Perusahaan-perusahaan di Singapura memiliki keuntungan dibandingkan negara lain karena mempunyai lebih dari 20 perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) termasuk ke negara Amerika Serikat dan China sehingga ongkos kirim yang dibebankan tidak terlalu besar. Dengan begitu, penerapan economies of scale bisa diterapkan secara maksimal.

Semakin banyak produk yang dibuat, semakin banyak pula bahan baku yang digunakan sehingga itu menekan angka produksi dari biasanya. Konsep ini sudah diterapkan oleh Henry Ford ketika dirinya mengindustrialisasikan mobil.

2. Inovasi

Tak hanya meningkatkan sales dan profit, keuntungan lainnya dalam ekspor dan impor adalah inovasi. Di Inggris, 78% eksportir mengklaim jika dirinya berhasil menemukan ide baru dalam berbisnis setelah membeli bahan baku dari luar negaranya. 

Inovasi bisa terjadi karena mereka menemukan bahan baku yang tidak bisa didapatkan di negaranya sendiri, salah satu contohnya adalah bisnis tempe.

Tempe merupakan makanan khas di Indonesia dan bisa ditemukan di berbagai jenis tempat, mulai dari warteg hingga restoran. Akan tetapi di Inggris, tempe menjadi makanan yang digandrungi dan laris dibeli warga setempat serta harganya cukup mahal. 

3. Harga Jual yang Tinggi

Manfaat terakhir dalam kegiatan ekspor barang adalah penerapan standar harga yang lebih tinggi. Sebagai contohnya, jika kamu bisa melakukan ekspor ke Amerika Serikat, mata uang yang digunakan adalah dollar. Secara kurs, dollar cukup mahal dibandingkan dengan rupiah sehingga cuan yang didapatkan juga akan lebih besar.

Tingginya harga ekspor juga terjadi karena biaya ongkos kirim yang mahal, terlebih lagi ke negara yang belum menjalin perjanjian kerjasama perdagangan bebas. Ongkir juga bisa menjadi salah satu faktor untuk menaikkan harga jual produk kamu.