Untuk sarapan, Priska suka menyantap roti coklat pisang kesukaannya. Kebetulan, tetangganya adalah pedagang roti. Karena itu, Priska bisa membeli roti langsung di tetangganya dan menyantapnya langsung sebelum berangkat kerja.

Minggu malam, Priska membayangkan betapa nikmatnya roti pisang coklat yang akan ia santap untuk sarapan. Senin paginya, ia kecewa karena toko rotinya tutup. Alhasil, Priska kecewa karena ia tidak makan roti kesukaannya.

Baca juga: Tren bisnis makanan sehat di 2020, masihkah relevan?

Agar tidak terjadi lagi, Priska akhirnya browsing roti pisang coklat di internet. Setelah mencari-cari, ia akhirnya mendapatkan salah satu brand yang cocok. Ia memesan dalam jumlah banyak dan jadi langganannya hingga sekarang.

Cerita diatas mungkin dialami banyak orang termasuk kamu. Orang-orang cenderung belanja via dunia maya. Hal ini umum terjadi di industry 4.0 dimana, para pengusaha dituntut untuk memanfaatkan internet untuk pemasaran produk mereka.

Industri 4.0 membawa efek yang besar terhadap berbagai macam bidang usaha termasuk usaha food and beverage. Sebagai sebuah bidang yang penting dan termasuk dalam kebutuhan penting manusia, para pelaku usaha F&B terus berinovasi untuk tetap bertahan di era industri 4.0. Apa tantangan dan cara dalam mengatasinya?  

Tantangan usaha food and beverage: Tampil beda dan dinamis di industri 4.0

Dilansir dari Okezone, Presiden Joko Widodo menetapkan food and beverage sebagai salah satu bidang usaha yang diprioritaskan dalam proyek Making Indonesia 4.0. Hal ini dikarenakan imbas positif bisnis F&B yang besar bagi perekonomian tanah air.

Sumbangsih bisnis F&B bagi PDB Industri non-migas pada tahun 2018 sebesar 35,73%. Tren tersebut diprediksi akan naik. Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong para pengusaha khususnya UMKM untuk menggunakan internet dan mengadopsi teknologi untuk usaha mereka.

Baca juga: 3 franchise Indonesia ini populer di 2019, bagaimana di 2020? 

Beralih ke industri 4.0 menghadirkan tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha makanan dan minuman. Menurut Fortune, konsumen menuntut produk yang lebih variatif serta lebih transparan dalam menyajikan informasi tentang makanan atau minuman.

Untuk menangkal tantangan tersebut, para pelaku usaha mengandalkan teknologi dan internet sebagai faktor pendukung untuk mendukung mereka dalam melakukan usaha. Dengan begitu, mereka bisa memenuhi keinginan konsumen.

Menjawab tantangan industri 4.0 untuk bisnis makanan dan minuman

Untuk menjawab tantangan dalam era industri 4.0, para pengusaha makanan dan minuman diminta untuk beradaptasi dengan iklim teknologi yang selalu berubah-ubah. Dengan pemikiran yang visioner serta skill yang dinamis, para pengusaha bisa memanfaatkan teknologi yang ada untuk terus mengembangkan usahanya.

Mengadopsi teknologi kedalam semua bagian bisnis tentu bukan hal yang mudah. Salah satu masalah yang terus bergulir adalah masalah gagap teknologi atau gaptek. Hampir semua orang mengalami hal ini terutama mereka yang jauh dari kota-kota besar Indonesia.

Masalah ini teratasi dengan kecanggihan aplikasi yang semakin simpel. Para produsen aplikasi atau software mencoba untuk menghadirkan sebuah software yang mudah digunakan untuk berbagai macam urusan seperti Paper.id.

Paper.id merupakan sebuah software invoice yang mudah untuk digunakan. Pengisian datanya sangat mudah dan hanya satu menit. Pengirimannya juga bisa lewat aplikasi chatting favorit kamu seperti Whatsapp, LINE, dan Telegram. Semua ini bisa kamu rasakan GRATIS!

100.000 lebih pengusaha telah merasakan pengelolaan usaha yang lebih ringkas dan praktis dengan Paper.id. Jadilah bagian dari pengusaha modern dengan Download disini!