Apa hubungan antara Sandiaga Uno dengan tempe? jawabannya adalah makanan favorit. Saat ini, pria yang lahir di Pekanbaru tersebut tengah melakukan blusukan ke seluruh Indonesia. Seperti yang diketahui bersama, Sandi memang menjadi Calon Wakil Presiden Indonesia bersama dengan Prabowo Subianto. Oleh karena itu, ia memilih untuk mencoba mendengarkan aspirasi warga yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.

Tempe selalu menjadi konsentrasi utama bagi Sandi sebab menurutnya itu merupakan makanan pokok masyarakat. Tempe adalah sumber protein yang paling dapat dijangkau semua kalangan. Ada beberapa statemen menarik yang pernah dikatakan oleh Calon Wakil Presiden nomor urut 2 ini.

“Sekarang, tempe sudah dikecilkan bahkan hingga seukuran atm. Hal itu dilakukan para penjual untuk mengurangi dampak dari naiknya dollar,” ucap Sandi Uno beberapa waktu lalu mengomentari harga tempe.

“Setelah saya menemukan tempe setipis ATM, ternyata ada juga makanan pokok yang sebesar tablet gadget,” komentar lain dari Sandi ketika menyambangi salah satu pasar di Jawa Timur.

Dari kedua komentar tersebut dapat disimpulkan jika Sandi memang ingin memulihkan perekonomian Indonesia. Namun kenapa harus tempe? usut punya usut, pria berusia 49 tahun memang menyukai tempe sebagai makanan favoritnya. Walaupun kini Sandi memiliki aset mencapai lebih dari 3 triliun, versi Forbes, ia tetap terlihat sederhana dan masih menyukai makanan khas Indonesia.

Selain karena ingin meningkatkan kesejahteraan di Indonesia, Sandiaga Uno juga sangat dikenal luas sebagai seorang entrepreneur muda. Ketika masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, ia fokus untuk mengurangi pengangguran di ibukota dengan program OK OCE. Lantas, siapa sebenarnya Sandiaga Uno? Dan kenapa ia sanggup membuat gurita bisnis hingga menghasilkan pendapatan mencapai triliunan rupiah?

Baca juga : Manfaat dan Contoh Laporan Usaha yang Wajib Pengusaha Tahu

Sandiaga Uno Semasa Sekolah

George Washington University - Paper.id
George Washington University – Paper.id

Lahir di Pekanbaru pada 28 Juni 1969, Sandiaga Uno menghabiskan masa-masa sekolahnya di Jakarta. Mulai dari kecil, ia memang telah pindah ke ibukota bersama dengan keluarganya. Namun, karena memiliki kepintaran yang di atas rata-rata, Sandi memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Amerika Serikat. Pada tahun 1990, ia menyelesaikan studi S1 jurusan Business Administration di Wichita State University.

Dua tahun berselang, ia kemudian menyelesaikan pendidikan S2 di George Washington University dengan jurusan serupa. Hebatnya, suami dari Nur Asiah ini selalu mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sempurna, yakni 4.00. Karena kejeniusannya tersebut, ia pun mudah mendapatkan pekerjaan di berbagai perusahaan besar di dunia.

Fyi, untuk melanjutkan studi S2, Sandi tidak membayar biaya sepeserpun. Sebab, ia mendapatkan biaya beasiswa dari Bank Summa, tempat dimana ia bekerja untuk pertama kalinya. Memang, setelah menyelesaikan kuliah S1, Sandi tidak langsung berniat melanjutkan studinya. Ia memilih menjadi pegawai di Bank Multi Internasional tersebut selama beberapa waktu hingga akhirnya tawaran beasiswa itu ia terima.

Menjadi Pegawai

Bekas Pegawai Kantoran
Bekas Pegawai Kantoran

Lulusan dari universitas bertaraf internasional dan mendapatkan IPK tinggi, tidak sulit bagi Sandi untuk mencari pekerjaan. Tercatat, ia pernah menjadi di beberapa perusahaan besar. Tak pulang ke tanah air, ia menduduki posisi manajer investasi di Seapower Asia Investment Limited dan MP Holding Limited Group di Singapura. Kemudian, ia memilih resign dan mencari pengalaman baru di perusahaan besar lainnya.

Pada tahun 1995, ia melanjutkan karirnya sebagai Executive Vice President di NTI Resources Limited di Kanada. Mendapatkan posisi yang strategis, gajinya di sana ternyata mencapai 8 ribu dollar perbulan atau kurang lebih 120 juta rupiah (kurs Indonesia saat ini). Dengan pendapatan sebesar itu, tak pernah terbersit di dalam hatinya untuk menjadi pengusaha.

Akan tetapi, semuanya berubah dalam sekejap. Perusahaan yang ia naungi dinyatakan bangkrut pada tahun 1997. Kala itu, NTI Resources Limited gulung tikar bersamaan dengan krisis moneter yang dihadapi dunia. Alih-alih mencari pekerjaan baru, ia malah kembali ke Indonesia dengan status sebagai seorang pengangguran.

Mengubah Pola Pikir

Sandi Uno
Sandi Uno

Ketika meraih pendapatan yang cukup besar sebagai seorang pegawai, tak pernah terbersit di pikiran Sandi untuk menjadi seorang pengusaha. Namun, ia kemudian mengubah pola pikirnya ketika memilih pulang ke Indonesia. Sandi memulai untuk membuat bisnis bersama dengan seorang teman SMA-nya yang bernama Rosan Perkasa Roeslani. Mereka berdua kemudian membuka sebuah perusahaan jasa bernama PT. Recapital Advisors.

Pada tahun 1998, Sandi juga membuat sebuah perusahaan yakni PT. Saratoga Investama Sedaya yang bergerak di bidang telekomunikasi dan juga pertambangan. Tak sendiri, kali ini, ia berduet dengan Erwin Soeryadjaya yang merupakan anak dari Pendiri PT. Astra Internasional. Pemilihan Erwin dilakukan sebab Sandi ternyata berguru kepada ayahnya dalam membuat bisnis.

PT. Saratoga merupakan penghimpun dana investor agar bisa mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Ketidakmampuan dalam mengelola perusahaan tersebut akan dibenahi oleh PT. Saratoga dan kemudian mereka jual lagi dengan harga yang lebih tinggi apabila sudah dinyatakan sehat.

Ada beberapa perusahaan besar yang pernah ditangani oleh PT. Saratoga Investama Sedaya seperti PT. Astra Microtonics, PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan PT. Dipasena Citra Dirmaja.

Baca juga : Paper.id & HIPMI JakPus Resmi Teken MOU untuk Dorong Digitalisasi dan Proses Operasional Bisnis Para Pengusaha

Konsep Risk Taking Ala Sandi Uno

Risk Taking Concept
Risk Taking Concept

Menurut Sandi, modal pendanaan besar tidaklah cukup untuk membuat sebuah bisnis menjadi berkembang. Lebih lanjut, ia menuturkan jika mental dari masyarakat Indonesia masih lemah dan itu yang menjadi masalah besar. Etos kerja dan ulet dalam berbisnis merupakan dua hal yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha. Sebab jika permasalahannya hanya ada di modal, Anda bisa meminjamnya dari bank ataupun investor.

Dalam urusan mental, urusan risk taking menjadi alasan yang paling sentral. Sebab, Sandi mengatakan jika banyak pengusaha di Indonesia yang tidak bisa bangkit apabila mengalami kebangkrutan. Padahal semakin cepatnya bisnis Anda gagal, semakin cepat pula Anda bisa mengetahui masalahnya. Setelah itu, Anda bisa melakukan inovasi agar mampu mengembangkan bisnis ke depannya.

Dalam sebuah diskusi dengan para wirausahawan di APEC Bali beberapa waktu silam, ia menjelaskan jika masa aktif sebuah usaha hanyalah 30 hari. Apabila dalam jangka waktu tersebut Anda tidak merealisasikannya, peluang bisnis yang ada di dalamnya sudah hilang. Sebagai gantinya, Anda harus mengganti bisnis itu dengan konsep lainnya.

Daniel Nugraha