Paper Story– Pertumbuhan bisnis di Indonesia terbilang sangat pesat. Namun sayangnya, pertumbuhan tersebut tidak bisa dikelola dengan baik sehingga banyak pula bisnis yang berguguran dalam waktu singkat. Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan kegagalan sebuah bisnis bertahan lama.

Salah satu faktor yang paling dominan adalah ketidakmampuan seorang pemilik bisnis dalam merancang strategi pemasaran. Padahal, pemasaran bisa dilakukan dengan berbagai hal, mulai dari cara manual hingga yang lebih modern yakni dengan menggunakan media online (sosial media, google ads dll).

Karena fakta tersebut, seorang pria bernama Ferry Sinaga menciptakan Digital Marketing Agency bernama YC Media. Tujuannya adalah untuk membantu para pelaku bisnis di Indonesia, baik skala kecil hingga menengah, agar bisa mulai Go Online dalam melakukan pemasaran agar bisa mendapatkan klien yang lebih banyak.

Dalam Paper Story kali ini, Paper.id akan mengangkat kisah perjuangan Ferry Sinaga bersama dengan YC Media dalam membantu para pemilik bisnis di Indonesia memasarkan produk mereka ke pangsa pasar yang lebih luas.

Apa itu YC Media?

YC Media adalah sebuah konsultan marketing dan juga digital marketing agency. Jadi, saat ini kita sedang bekerja sama dengan beberapa perusahaan otomotif untuk meningkatkan brand trust dan juga brand awareness mereka. Kita membuatkan mereka strategi buat pemasaran gitu, mulai dari landing pagehomepage dll.

Saat ini, kami memang sedang mengerjakan beberapa projek dengan perusahaan otomotif namun kami juga melayani dari berbagai jenis usaha lain jadi tidak hanya berada di satu bidang aja.

Kapan dan bagaimana awal mula berdirinya YC Media?

YC Media berdiri sejak tahun 2012. Pada awalnya, saya juga bekerja sebagai seorang tim marketing di perusahaan mobil terkemuka di Indonesia. Ketika itu, orang-orang masih menggunakan cara konvensional untuk melakukan penjualan sedangkan saya sudah menggunakan online jadi penjualan saya bisa lebih banyak.

Ketika bekerja itu, saya masih muda namun hasil penjualan saya sangat baik sehingga pihak perusahaan penasaran kepada saya. Kemudian, mereka mencari tahu apa yang saya lakukan sehingga bisa meningkatkan penjualan perusahaan dengan sangat pesat. Saya share mereka dan akhirnya banyak juga yang tertarik buat belajar.

Berawal dari situ, banyak yang tanya-tanya akhirnya banyak yang minta bantuan juga. Akhirnya, saya terjun langsung ke bidang digital marketing.

Bagaimana Perkembangan YC Media?

Awalnya, saya kerja di perusahaan dan ini (YC Media) hanyalah usaha sampingan saya. Ketika saya bekerja di Jakarta, saya juga sempat menyewa kantor namun akhirnya saya memilih kembali ke Bandung karena masih kuliah juga. Ketika itu, YC media ternyata masih banyak permintaan, terutama dari perusahaan otomotif.

Waktu masih jadi sampingan, ada terus yang masuk tapi memang masih sedikit paling hanya 1-3 projek dalam satu bulan. Semakin kesini, saya berpikir kenapa ini menjadi semakin rame. Jadi, saya langsung buka kantor dan menggeluti bidang digital marketing agency.

Sebagian besar klien kami memang merupakan perusahaan otomotif, karena kenalan kami kebanyakan dari bidang itu. Tapi, ada banyak juga klien dari bidang usaha lainnya.

Baca Juga: Paper Story: Shoeporter.id, Jasa Cuci Sepatu Buat Para Sneakerhead!

Bagaimana Suka Duka dalam Bisnis Digital Marketing Agency?

Kalo sukanya, tentu dari awalnya dari bekerja hingga akhirnya bisa bikin usaha. Ya, saya merasa bangga bisa kayak gitu. Kemudian, saya juga bangga bisa mengajak orang untuk bergabung menjadi bagian dari usaha saya. Dari yang awalnya cuma saya, sampai sekarang sudah ada belasan orang. Saya merasa bisa menjadi berkat aja karena bisa membantu orang lain.

Untuk dukanya, klien kita gak tau kalo kita adalah jasa untuk mempromosikan usaha bukan jasa yang memberikan jaminan penjualan mereka. Nah, jadi ada beberapa klien yang merasa jika kami penjamin hal itu. Padahal dalam dunia marketing semuanya tentative dan berubah-ubah.

Banyak banget yang menuntut untuk melakukan hal itu padahal kapasitas kami disini sebagai mempromosikan usaha. Parahnya, ada juga yang minta uang mereka kembali padahal uang tersebut sudah digunakan untuk membayarkan biaya pemasaran, seperti facebook ads dan google ads.

Kita (YC Media) hanyalah media yang memfasilitasi pemasaran bagi pemilik usaha bukan penjamin yang bisa memberikan penjualan. Tapi puji tuhan, ada sekitar 80% dari 100% klien kami merasa puas dengan apa yang sudah dikerjakan.

Baca Juga: Kisah Sukses: Menikmati Keindahan Himalaya lewat Inframe Nepal

Awal Mula Penggunaan Paper.id?

Awalnya, kita pake manual tapi sekitar tahun 2016-2017 kita mulai Pakai Paper.id. Itu awalnya, saya manual dan semuanya dilakukan secara konvensional. Tapi, ternyata ada klien yang minta bukti pembayaran, invoice, kwitansi sebelum mereka mau membayar tagihannya. Jadi, saya mulai tuh cari sofware invoice gitu akhirnya saya nemu Paper.id. Saya melihat Paper.id itu dari Indonesia dan juga sangat simpel dan praktis.

Apa yang Membuat Bertahan Menggunakan Paper.id?

Ada beberapa alasan sih mas, pertama saya mendukung perusahaan start up untuk memajukan mereka. Kedua, saya juga merasa sudah nyaman dengan menggunakan Paper.id. Saya sebenarnya tidak paham dengan akuntansi makanya di Paper.id semuanya jadi mudah. Jadi, saya tinggal masukkan aja buat di expense gitu, udah selesai, laporan keuangan selesai dan lainnya juga.

Sebelum Paper.id, saya menggunakan metode manual tapi pernah juga coba software invoice lain. Tapi, waktu itu saya lupa apa namanya. Kayaknya, itu punya luar negeri. Secara apps, memang mereka terlihat lebih reliable tapi saya memilih untuk kembali pake Paper.id aja gitu, gak tau sih itu kenapa kayak gitu.

Itu dia hasil wawancara dari Paper.id bersama dengan pihak YC Media. Konsultan marketing asal Bandung tersebut diliput sebagai #PaperStory minggu ini. Apakah bisnis kamu juga ingin diliput oleh Paper.id? Gunakan saat ini juga, dan tunggu kejutan-kejutan besar yang bakal kamu dapatkan.

 

Daniel Nugraha