Paper Story- Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat dalam berbelanja sepatu semakin meningkat. Bahkan saat ini, para sneakerhead (pecinta sepatu) berani mengeluarkan kocek besar hanya untuk memuaskan hasrat mereka memiliki sepatu idaman, sebut saja Yeezy yang mencapai jutaan rupiah.

Melihat dari fakta tersebut, semakin banyak pula berkembang tempat jasa pencucian serta perawatan sepatu. Salah satu tempat besar yang bisa ditemukan adalah Shoeporter.id. Jasa cuci sepatu tersebut terletak di wilayah BSD, Tangerang Selatan.

Shoeporter.id merupakan sebuah bisnis yang sudah berdiri kurang lebih 1,5 tahun lalu oleh pengusaha muda bernama Irvan. Untuk menjalankan bisnisnya, Irvan ternyata merupakan salah satu pengguna aktif Paper.id. Profil kesuksesan bisnisnya akan kami angkat sebagai Paper Story edisi minggu ini.

Di bawah ini, terdapat hasil wawancara antara pihak Paper.id bersama dengan pemilik Shoeporter.id bernama Irvan dalam Paper Story. Bagaimana cara dia mengatasi persaingan di dunia bisnis yang sangat ketat ya sobat Paper?

Baca Juga: Kisah Sukses: Menikmati Keindahan Himalaya lewat Inframe Nepal

Apa itu Shoeporter.id dan kenapa memilih jasa bisnis cuci sepatu?

Paper Story

Shoeporter.id merupakan jasa cuci sepatu yang berada di bilangan BSD, Tangerang Selatan. Saya memilih jasa bisnis ini karena berawal dari hobi mengumpulkan sepatu. Awalnya, banyak temen-temen yang nanya masalah sepatu dan kayaknya ini bisa menjadi peluang bisnis yang bagus. Jadi, dari hobi akhirnya bisa menjadi uang.

Kenapa namanya Shoeporter.id?

Bahasa indonesia dari shoe porter adalah pelayan sepatu. Jadi, kayaknya gak mungkin kalo kasih nama seperti itu. Makanya lebih baik kalo kita ganti namanya menjadi bahasa inggris jadi Shoeporter.id. Kan, gak mungkin kita kasih nama tokonya menjadi pelayan sepatu, bukan?

Bagaimana cara memasarkan bisnis?

Kita sih sebenarnya mengandalkan offline tapi ternyata era pasar online juga cukup besar. Kita memang punya store sendiri tapi kita juga menggunakan online yang jangkauannya di kota kita sendiri. Makanya, ada juga pelanggan kita yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Online memang menjadi salah satu pasar yang bagus karena dari situ banyak orang bisa mengetahui Shoeporter.

Dee Lestari (Penulis) dan Alvin Adam (Host) pernah menggunakan jasa Shoeporter, bagaimana bisa mendapatkan target pasar yang besar?

Mereka datang dari rekomendasi teman-teman yang sudah pernah menggunakan jasa kami. Dari temen ada rekomendasi akhirnya bisa dapet pelanggan kayak mereka berdua. Omongan mulut ke mulut (word of mouth) memang sangat berpengaruh banget sih ke dalam bisnis kita. Secara, orang gosip aja nyebarnya kan bisa cepet banget gitu.

Apakah harga sepatu mempengaruhi perbedaan dalam melakukan perawatan dan pencucian?

Sebenarnya, harga sepatu itu gak mahal banget, contohnya Yeezy. Harga asli sepatunya gak terlalu mahal tapi karena di tangan reseller, harga sepatu jadi mahal banget. Mereka suka mark up harga. Kalo masalah bahan sepatu semuanya gak terlalu berbeda dan juga perawatannya juga sama aja.

Siapakah target pasar Shoeporter?

Target pasar dari Shoeporter beragam. Kita bahkan pernah melayani toddler yang harga sepatunya mencapai 3 juta rupiah. Kita gak bisa menebak siapa sebenarnya target pasar. Awalnya, target kita memang remaja namun karena efek sosial media sangat besar jadi target pasar menjadi lebih beragam.

Baca Juga: Kisah Sukses: Menilik Kesuksesan Best Foto Studio

Resep menghadapi kompetitor di persaingan pasar yang semakin besar?

Kami berpatokan kepada SOP.  Mau sebesar usaha yang dimiliki, SOP tetap menjadi hal yang terpenting agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para pelanggan Shoeporter. Selain itu, membangun hubungan dengan pelanggan lewat sharing mengenai ilmu untuk merawat sepatu juga menjadi salah satu cara untuk merawat hubungan dengan pelanggan.

Kenapa memilih Paper.id dan meninggalkan pengelolaan bisnis secara manual?

Kami sudah menggunakan Paper.id selama 9 bulan. Kami menggunakan aplikasinya di smartphone soalnya pertama kali tahu dari playstore. Seiring berjalannya waktu, kami senang pakai Paper.id soalnya respon untuk keluhan cepat. Makanya, kami pake Paper.id itu betah. Misalkan ada bug atau error, tim Paper.id cepat untuk menyelesaikan masalahnya. Saya sangat mengapresiasi sekali buat tim Paper.id karena menyediakan aplikasi yang bagus.

Gini sih, saya mengikuti perkembangan jaman. Saya juga mau membantu untuk Go Green, istilahnya mau mengurangi penggunaan kertas. Emang sih keliatannya gitu doang, tapi buat apa bikin pembukuan tapi ujung-ujungnya bakal dibuang juga? Padahalkan kertas juga lumayan banyak buat makenya kalo buat pembukuan.

Fitur Paper.id yang sering digunakan?

Kami biasanya menggunakan Paper.id buat melakukan pencatatan nota untuk pelanggan. Kalo ada komplain atau apa-apa dari pelanggan, kami biasanya juga langsung masukkan ke Paper.id. Satu lagi fitur yang sangat gunakan adalah kirim invoice apalagi di Paper.id bisa langsung via whatsapp.

Sebenarnya, bisa juga sih mengirimkan invoice via email tapi saya suka mengirimnya menggunakan whatsapp. Soalnya, banyak pelanggan kita yang juga merupakan orang tua. Mereka lebih sering menggunakan whatsapp ketimbang email. Pelanggan anak muda juga lebih sering pake whatsapp mereka paling memakai email hanya untuk tugas kantor saja.

Kirim invoice lewat whatsapp juga enak banget soalnya bisa kita kirim dalam hitungan cepat. Kalo pake nota kertas, biasanya kan lama terus belum lagi ada resiko hilang.

Itu dia Paper Story minggu ini dari Shoeporter.id. Fyi, mereka telah menggunakan Software Akuntansi dan Invoice Paper.id kurang lebih 9 bulan terakhir. Sejauh ini, Irvan mengatakan telah mengirim lebih dari 200 invoice kepada para pelanggannya. Ia juga menambahkan jika Paper.id sangat membantu bisnisnya berkembang lebih pesat.

Oh iya, Shoeporter.id menggunakan aplikasi smartphone yang bisa didownload secara gratis melalui playstore. Bagaimana dengan kamu?

google_play_customer_io
Daniel Nugraha