Pada awal tahun 2010-an, fungsi gadget mulai berubah. Mulai dari yang awalnya hanya untuk menelepon dan memberikan kabar melalui pesan singkat (handphone) menjadi telepon pintar yang mampu melakukan segalanya (smartphone). Karena berubah menjadi telepon pintar,  segala aspek yang ada di dalamnya pun mulai berubah. Salah satu yang paling dominan adalah cara seorang pengguna menikmati musik.

Biasanya, sebelum ada smartphone, seorang pengguna akan mendengarkan musik melalui radio ataupun media download (ilegal). Akan tetapi, saat ini, mendengarkan musik menjadi lebih mudah dengan kehadiran bisnis streaming musik, seperti Spotify, Joox hingga Pandora. Hanya cukup menggunakan data internet, pemilk gadget langsung bisa mendengarkan lagu favoritnya. Plus, update lagu juga terbilang cukup cepat sebab sudah bekerja sama dengan banyak penyanyi di dunia.

Walaupun pada awalnya dianggap remeh, pengguna bisnis musik streaming online cukup besar. Menurut data yang diambil dari Statista.com, sekitar 125 juta orang telah beralih dari kaset dan CD menuju streaming. Bahkan, jumlah ini terus meningkat di setiap tahunnya dan diharapkan dapat menembus angka 260 juta pengguna di akhir tahun 2020.

Jika dilihat dari perkembangannya, streaming musik menjadi salah satu cara menggiurkan untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Akses internet yang semakin cepat juga mendukung bisnis ini berjalan. Akan tetapi, benarkah Spotify, Joox, Pandora dll bisa mendapatkan laba yang besar hanya dengan menyediakan layanan musik gratis?

Sejarah Bisnis Streaming Musik di Dunia

Sejarah Musik Streaming - Azvision. as

Sejarah Musik Streaming – Azvision. as

Banyak yang mengatakan jika Spotify merupakan pionir utama dari bisnis musik streaming di dunia. Akan tetapi, siapa sangka jika layanan musik daring sudah ada jauh sebelum itu. Mari mengulas dari awal, tepatnya pada awal tahun 1993. Kala itu, Internet Underground Music Archive (IUMA) diluncurkan sebagai musik streaming pertama di dunia. Dalam website ini, semua orang bisa mendengarkan dan mengunggah lagu mereka secara gratis.

Belasan tahun berselang, Last FM dan Pandora berturut-turut mulai hadir dengan metode yang lebih baru dan fresh. Mereka mengajak musisi dunia untuk berkolaborasi menciptakan sebuah media online agar seluruh pecinta musik bisa mendengarkan karya mereka dengan lebih mudah. Keduanya cukup terkenal hingga pada akhirnya, Sound Cloud dan Spotify mulai hadir dan menjadi pilihan para generasi 2000-an.

Setelah mendapatkan 10 juta pengguna pertama, Spotify yang berasal dari Swedia pun mulai melakukan ekspansi pasar. Sebagai langkah nyata, mereka membuat sebuah cabang yang besar di Amerika Serikat. Sontak, keberadaan mereka pun mulai menyaingi Pandora yang mempunyai pasar cukup besar. Spotify hadir dengan katalog lagu terbesar di dunia sehingga banyak pecinta musik mulai beralih secara perlahan.

Menurunkan Angka Pembajakan Musik

Pembajakan Musik - piracy.com

Pembajakan Musik – piracy.com

Keberadaan bisnis musik streaming dipandang sebagai sebuah langkah preventif terhadap pembajakan. Menurut laporan yang dibuat oleh Institute for Policy Inovation, pembajakan yang terjadi di Amerika Serikat sudah masuk ke dalam tahap yang mengenaskan. Setiap tahunnya, pembajakan merugikan hingga 12,5 triliun dollar dan membuat puluhan ribu musisi kehilangan pekerjaan sebagai penyanyi. Tak hanya sampai disitu, pajak juga terkena imbasnya dengan kerugian mencapai 422 juta dollar.

Pencegahan berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah termasuk seruan untuk tidak melakukan pembajakan. Namun, hal itu ternyata sia-sia sehingga para musisi mulai berunjuk rasa karena merasa jerih payahnya menjadi percuma. Jika tidak ditanggulangi secara cepat, pembajakan akan semakin merajalela.

Bisnis musik streaming pun kini hadir sebagai solusi alternatif. Musisi di dunia mendukung penggunaan Spotify, Joox dll sehingga akhirnya semakin banyak streamer mereka setiap harinya. Selain itu, layanan musik ini juga membayarkan royalti lagu setiap penyanyi, contohnya Spotify. Hingga pada akhir tahun 2017, mereka menggelontorkan dana mencapai 9 triliun dollar untuk membayar royalti kepada penyanyi.

Apakah Bisnis Streaming Musik Menghasilkan Uang?

Menghasilkan Uang - pinterest.com

Menghasilkan Uang – pinterest.com

Dengan pengeluaran mencapai 9 triliun dollar belum lagi biaya lainnya, bagaimana bisnis streaming musik bisa menghasilkan uang? faktanya, Spotify, Joox dan aplikasi lainnya memanfaatkan biaya subscription atau berlangganan untuk mendapatkan uang dari para usernya. Dengan memberikan sejumlah uang tertentu sesuai dengan ketentuan, pengguna aplikasi streaming tersebut akan mendapatkan keistimewaan.

Joox mempunyai jumlah pengguna sekitar 50 juta sedangkan Spotify kurang lebih 100 juta. Dari jumlah tersebut, asumsikan saja hanya sekitar 50% pengguna yang melakukan langganan alias akses VIP. Dengan biaya yang cukup murah, tidak lebih dari 10 dollar per bulannya, apakah uang tersebut bisa menutupi semua biaya yang dikeluarkan?

Faktanya, tidak semua orang yang menggunakan model streaming online mau mengeluarkan uang hanya demi mendengarkan akses mendengar lebih banyak. Sebagian besar lebih suka menggunakan fitur basic yang terbatas ke dalam beberapa lagu tertentu. Hal ini tentunya menjadi hambatan lain bagi Joox, Spotify dll dalam menghasilkan uang tambahan.

Sebelum menggunakan model ‘langganan’, aplikasi musik streaming mendapatkan pemasukkan dari iklan. Keberadaan hal ini kerap diganggu oleh para pengguna. Oleh karena itu, mereka memilih untuk menggunakan adblocker sebagai salah satu inisiatifnya. Hal itu semakin diperkuat dengan laporan dari Ad block report yang mengatakan jika ada sekitar 600 juta perangkat yang menggunakan adblocker demi menghindari iklan.

Menghasilkan Uang Bukan Berarti Untung?

Headset - pinterest.com

Headset – pinterest.com

Sejauh ini, Spotify merupakan pemilik layanan streaming musik terbesar di dunia. Sebab, ada sekitar 71 juta orang yang berlangganan dan bersedia untuk membayar sekitar 10 dollar perbulannya. Di peringkat kedua, apple memiliki jumlah mencapai 36 juta pelanggan setiap bulannya. Ketimpangan dari keduanya cukup besar sehingga membuat Spotify memang menguasai lini pasar musik dunia.

Dengan jumlah pelanggan yang cukup banyak, bisnis streaming musik memang pasti memberikan jaminan uang namun bukan berarti mereka akan mendapatkan untung. Menurut Paul Resnikoff, setiap layanan musik belum merasakan balik modal. Lebih lanjut, Paul mengatakan jika sebuah layanan musik baru akan merasakan untung apabila mereka mempunyai 100 juta pelanggan yang mau menggunakan sistem berbayar.

Kenapa keuntungan sangat sulit didapatkan bagi para pemain di bisnis ini? sebab, biaya pengeluaran mereka sangat besar, yakni 73% dibayarkan kepada label dan artis yang bersangkutan sebagai copyright dan 27% sisanya untuk melakukan pembayaran gaji dan kebutuhan bisnis lainnya.

Contohnya, Spotify mendapatkan sekitar 511 juta dollar dari konten iklan dan 4,5 miliar dollar dari para pengguna aplikasi yang menggunakan langganan berbayar setiap bulannya. Dari jumlah keuntungan yang didapatkan sepanjang tahun 2017 tersebut, raksasa streaming musik asal Swedia tersebut harus menggelontorkan dana mencapai 1,5 miliar dollar untuk pengeluaran belum lagi untuk biaya lainnya.

Spotify Bermain di Lahan yang Salah

Jimmy Iovine - slashgear.com

Jimmy Iovine – slashgear.com

“Bisnis streaming musik sangat bagus untuk masa depan dunia musik namun itu tidak membantu banyak di dalam segi bisnis. Tidak ada margins yang didapatkan dan tidak ada uang besar yang bisa dihasilkan.” kata Jimmy Iovine yang merupakan kepala eksekutif dari Apple Music.

Dalam kalimat tersebut, Jimmy menekankan jika sebuah bisnis tidak bisa mengandalkan industri musik sebagai ujung tombak utamanya. Sebab, ada beberapa pemain besar seperti Apple, Amazon dan Google yang memiliki hal lain sebagai penghasilan utama. Sedangkan, Spotify dianggap bermain di lahan yang salah karena mereka mengandalkan streaming musik berlanggan sebagai bisnis utamanya.

“Bisnis streaming musik bukanlah hal yang bagus untuk bisnis. Hal ini memang sangat bagus untuk Google, Apple dan Amazon sebab mereka memiliki usaha lain. Namun untuk Spotify? mereka hanya mengandalkan hal itu, bukan?” tutup Jimmy Iovine.